jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah harus meningkatkan kecepatan dan ketepatan bantuan kepada masyarakat maupun dunia usaha.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga harus dijalankan lebih efektif agar pandemi segera mereda dan mobilitas manusia bisa dilonggarkan.
BACA JUGA: Atasi Learning Gap di Indonesia, Sistem Pembelajaran Adaptif Dinilai Jadi Solusi
Hal ini disampaikan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menanggapi anggaran kementerian yang dipangkas.
Selain ekonomi, sektor pendidikan juga dinilai perlu mendapatkan perhatian ekstra.
BACA JUGA: Tren Ikoy-ikoyan, Wirang Birawa Berkomentar Begini
Pengamat Pendidikan Andreas Tambah mengatakan pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak.
Selain Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), berbagai elemen masyarakat, BUMN, dan perusahaan swasta juga perlu turun tangan.
BACA JUGA: Guru Honorer Bersertifikasi Menagih Janji Mas Nadiem
Hal ini diperlukan demi memastikan mutu pembelajaran tidak terus terpuruk di masa pandemi.
“Pendidikan Indonesia bisa berdampak. Itu sudah teruji penelitiannya. Learning loss itu artinya tidak ada pembelajaran sama sekali sementara kita ada cuma mutunya tidak seperti yang tatap muka. Artinya terjadi penurunan kualitas pembelajaran,” kata Andreas.
Di antara program-program unggulan Kemendikbudristek yang perlu tetap dijalankan adalah Program Guru Penggerak (PGP), Program Organisasi Penggerak (POP), Program Sekolah Penggerak (PSP), Kampus Merdeka, dan berbagai program lainnya.
Seluruh program strategis tersebut merupakan rangkaian Merdeka Belajar yang saling melengkapi satu sama lainnya.
Sebagai contoh, PGP akan turut mempercepat peningkatan kapasitas guru.
POP adalah program yang melibatkan organisasi masyarakat untuk terlibat meningkatkan kualitas pendidikan di daerah-daerah.
Demikian pula dengan PSP yang mencoba meningkatkan kualitas sekolah, sehingga turut menjadi panutan dan menggerakkan sekolah lain.
Adapun Kampus Merdeka menyasar mahasiswa untuk mampu bersaing di dunia kerja.
Ancaman learning loss akibat pandemi menjadi perhatian besar sejumlah organisasi internasional seperti UNICEF, UNESCO, Bank Dunia, dan OECD.
“Kami tetap optimistis karena itu mengadopsi program yang pernah dilakukan berdasarkan pengalaman Nadiem Makarim (Mendikbudristek) selama di luar negeri. Artinya proses pembelajaran itu mau seperti apa, dibuat seperti apa yang pernah dirasakan. Saya rasa itu menjadi suatu hal yang baik dan menarik," kata Andreas.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy