jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira mengatakan perjuangan hidup Bahlil Lahadalia, yang kini menduduki puncak pimpinan tertinggi di Partai Golkar dan juga Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak muda untuk menggapai kesuksesan.
Menurut Anggawira, Bahlil meskipun berlatar belakang dari keluarga yang kurang mampu dan berasal dari daerah jauh di ujung timur wilayah Indonesia, tidak menjadikannya penghalang untuk sukses berkat kerja keras, tekad yang kuat, dan disiplin yang membuatnya akhirnya naik kelas.
BACA JUGA: KPK Kerap Mangkir dari Sidang Praperadilan, Anggota DPR Merespons
“Bahlil Lahadalia adalah contoh nyata bahwa latar belakang keluarga atau daerah asal tidak menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan, bahkan di tingkat tertinggi pemerintahan. Perjalanan Bahlil dari latar belakang keluarga kurang mampu di Indonesia Timur hingga menjadi Menteri ESDM dan Ketua Partai Golkar menunjukkan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan visi yang jelas, siapa pun bisa naik kelas,” ujar Anggawira, Kamis (12/9/2024).
Menurut Anggawira, kisah perjalanan Bahlil relevan dengan generasi muda yang sering kali merasa terbatas oleh kondisi ekonomi atau geografis.
BACA JUGA: Menteri Bahlil Bersilaturahmi ke Sheikh Sayyid Ahmad di Madinah
Namun, yang menjadi pembeda ialah Bahlil tidak menyerah dengan keadaan, mau bermimpi besar dan konsisten untuk mewujudkannya. Hal ini perlu ditiru oleh generasi muda saat ini.
“Ini adalah bukti bahwa peluang ada bagi siapa saja yang berani bermimpi besar dan konsisten memperjuangkannya. Anak muda Indonesia, terutama yang berasal dari daerah, dapat melihat Bahlil sebagai simbol bahwa perjuangan keras dapat membuahkan hasil luar biasa,” paparnya.
BACA JUGA: Pilgub Banten: Ada Sufmi Dasco di Antara Airin dan Bahlil
Lebih lanjut, Anggawira menyampaikan sebagai tokoh yang tumbuh dari wilayah Indonesia Timur, Bahlil memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan wilayah ini mendapatkan perhatian yang layak.
Dengan posisinya saat ini, Bahlil memiliki kesempatan besar untuk menjadi motor penggerak pembangunan yang lebih inklusif di Indonesia bagian timur.
“Saran saya adalah agar Bahlil terus mendorong kebijakan yang merata, baik dalam infrastruktur energi maupun akses ekonomi, sehingga potensi di Indonesia Timur dapat lebih tergali dan terealisasi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Anggawira berharap Bahlil memberikan edukasi kepada generasi penerus yang berasal dari daerahnya, khususnya bagi generasi muda yang ingin meniru jejak Bahlil menjadi pengusaha dengan dibukakan akses permodalan dan pelatihan kewirausahaan.
“Selain itu, penting bagi Bahlil untuk membangun jejaring dengan generasi muda di wilayah ini, memberi ruang lebih besar bagi mereka untuk terlibat dalam pengambilan keputusan serta membuka akses modal dan pelatihan kewirausahaan,” kata Anggawira.
Selain itu, Anggawira menyatakan bahwa Bahlil tidak hanya menginspirasi tetapi juga perlu untuk terus diikuti jejak langkahnya. Bahlil yang dulu bukan siapa-siapa, berasal dari rakyat biasa, kini memimpin Partai Golkar yang banyak diisi oleh kalangan elite.
Kepemimpinan Bahlil, kata Anggawira, menarik untuk diikuti baik di Golkar maupun di Kementerian ESDM.
“Ke depan akan sangat menarik untuk diikuti. Di Golkar, ia harus dapat mengonsolidasi kekuatan partai untuk tetap relevan di kancah politik nasional, terutama dengan tantangan politik saat ini yang semakin dinamis,” urainya.
“Di sisi lain, sebagai Menteri ESDM, Bahlil harus fokus dalam memimpin transisi energi yang sedang diupayakan pemerintah, serta memastikan bahwa sektor energi tetap menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi, sekaligus mengatasi tantangan perubahan iklim,” katanya.
Anggawira optimistis Bahlil dengan pengalaman dan rekam jejaknya, mampu membuat terobosan dan gebrakan dengan dua posisi strategisnya tersebut ke depan.
“Saya optimistis dengan kemampuan manajerial dan kepemimpinannya, Bahlil dapat membuat terobosan signifikan dalam dua posisi strategis tersebut,” ujar Anggawira.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari