Anggota DPR Nurhadi Sosialisasikan Pencegahan Stunting

Sabtu, 02 Oktober 2021 – 16:55 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Nasdem Nurhadi saat sosialisasi pencegahan stunting di Desa Deketagung, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Nasdem Nurhadi mengingatkan pentingnya perencanaan masa depan keluarga, melakukan pencegahan stunting, dan menikah di usia matang ideal.

Menurut Nurhadi, tiga hal ini dapat dilakukan dengan membantu remaja sebagai calon pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksinya secara bertanggung jawab.

BACA JUGA: Kabar Baik Perihal Prevalensi Stunting di Malang

“Pertama membantu mengarahkan menikah dalam usia ideal perkawinan, usia ideal melahirkan, jumlah ideal anak serta jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan kesehatan reproduksi," kata Nurhadi saat sosialisasi pencegahan stunting seperti dilansir dalam siaran pers pada Sabtu (2/10).

Peserta sosialiasi dihadiri oleh 150 peserta terdiri dari 100 orang remaja dan 50 orang keluarga yang memiliki remaja. Peserta dibekali dengan berbagai materi edukasi dalam upaya pencegahan stunting.

BACA JUGA: Tekan Stunting, Kimia Farma Perluas Program Bidan Inspiratif 2021

Sosialiasi ini juga menghadirikan dua narasumber yakni Sekretaris Utama BKKBN Tavip Agus Rayanto dan Deputi KSPK BKKBN Dr. Lalu Makripuddin.

Menurut Nurhadi, pendewasaan usia perkawinan dengan kampanye usia ideal menikah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki harus terus digalakkan.

BACA JUGA: Tekan Stunting, Kimia Farma Pilih 6 Orang Ini sebagai Bidan Insipratif 2021

“Ini menjadi salah satu substansi dalam pembinaan kepada remaja,” ujar Nurhadi.

Deputi Bidang KSPK BKKBN Dr. Lalu Makripuddin menambahkan kegiatan penguatan peran serta mitra kerja dan stakeholder dalam implementasi kegiatan prioritas pembangunan keluarga melalui workshop, beberapa faktor penyebab terjadinya stunting.

Pertama, praktik pengasuhan yang tidak baik sehingga berakibat kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gizi, kurangnya bayi mendapatkan ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI.

“Faktor kedua, kurangnya akses ke makanan bergizi. Makanya 1 dari 3 ibu hamil di Indonesia masih mengalami anemia. Hal ini juga terjadi akibat makanan bergizi yang dianggap mahal,” ujar Lalu Makripuddin.

Faktor lain adalah terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC, post natal, dan pembelajaran dini yang berkualitas.

“Dari data, 2 dari 3 ibu hamil belum mengonsumsi suplemen zat besi yang memadai, menurunnya tingkat kehadiran anak di posyandu, dan tidak mendapatkan akses yang memadai ke layanan imunisasi," kata dia.

Pada kesempatan itu, peserta sosialisasi khusus 100 orang remaja juga mendapat pembekalan dari beberapa fasilitator nasional dan provinsi dari unsur komunitas PIK Remaja dan Forum GenRe.

Materi disampaikan melalui simulasi workshop [tentang kita] dengan metode pembagian kelompok berdasarkan segmentasi usia remaja yaitu kelompok peserta remaja yang berusia 15-19 tahun dan kelompok peserta remaja berusia 20-24 Tahun.

Sedangkan materi khusus bagi 50 peserta keluarga yang memiliki remaja disampaikan oleh beberapa fasilitator provinsi dari unsur PLKB, Kader Komunitas BKR dan Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.

Materi disampaikan melalui simulasi workshop 1001 Cara Bicara orang tua kepada remaja yaitu bagaimana cara melakukan komunikasi yang ekektif dalam sebuah keluarga yang memiliki anak remaja dalam upaya penguatan ketahanan keluarga.

Kegiatan penguatan peran serta mitra kerja dan stakeholder dalam implementasi kegiatan prioritas pembangunan keluarga melalui workshop yang diselenggarakan di Desa Deketagung, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Kesiapan dan perencanaan membangun keluarga menjadi hal penting meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia guna peningkatan daya saing lebih tinggi.

Banyak hal harus diperhatikan, seperti meminimalisasi kematian ibu hamil, pencegahan terjadinya stunting pada anak hingga ketahanan remaja.

“Kematian ibu hamil dipicu oleh kondisi kehamilan yang tidak ideal yang disebut 4 Terlalu,” kata Sekretaris Utama BKKBN Pusat Tavip Agus Rayanto dalam keterangannya, Senin (27/9/2021).

Menurut Tavip, pemicu kematian ibu hamil pertama yakni kehamilan ibu yang terjadi di usia terlalu muda. “Usia ini kurang dari 18 tahun,” ucapnya.

Selanjutnya, lanjut Tavip, yakni usia kehamilan yang justru terlalu tua yakni di atas 34 tahun, serta jarak kehamilan terlalu dekat yakni kurang dari 2 tahun.

“Pemicu terakhir akibat kehamilan terlalu banyak. Kehamilan yang lebih dari 3 anak,” ujar Tavip.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler