JAYAPURA - Pemilihan Gubernur (Pilgub) Papua yang digelar Selasa (29/1) harus dibayar mahal. Anggota DPRD Kabupaten Tolikara, Yosea Karoba (40) dikabarkan tewas setelah dikeroyok oleh kerabatnya sendiri.
Menurut sumber Cenderawasih Pos (JPNN Group), pengeroyokan itu berawal ketika masyarakat Distrik Gilobandu mulai berkumpul di lapangan untuk melaksanakan pemungutan suara dengan menggunakan sistem Noken. Lalu pada pukul 09.30 WIT, korban Yosea Karoba yang juga Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Tolikara mendatangi TPS tersebut.
Pukul 10.00 WIT, Kepala Suku Distrik Gilobandu mengumumkan kepada masyarakat yang hadir di TPS agar menyatukan suara memilih pasangan nomor urut 3, Lukas Enembe-Klemen Tinal.
Saat kepala suku sedang menyampaikan pengumuman, tiba-tiba korban Yosea Karoba mengangkat tangannya dan menyampaikan bersuara “Silakan kalau masyarakat distrik Gilobandu akan memilih No urut 3, tapi khusus saya, karena saya adalah anggota DPR dari fraksi Golkar, maka suara saya harus diberikan kepada pasangan No urut 6,” tuturnya.
Mendengar pernyataan tersebut, masyarakat distrik Gilobandu yang mayoritas pendukung No urut 3 tidak terima dan langsung mengeroyok korban. Korban pun berlari ke arah Distrik Kanggime. Tiba di kali Toli distrik Kanggime korban pusing dan tidak sadarkan diri kemudian meninggal dunia.
Pada pukul 13.00 WIT, jenazah korban dibawa menuju RS. Karubaga oleh keluarganya dengan menggunakan mobil strada. Pada pukul 15.30 WIT, jenazah korban tiba di RS Karubaga selanjutnya langsung dilaksanakan visum oleh dokter jaga.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol I Gede Sumerta Jaya membantah jika pengeroyokan itu ada hubungannya dengan perbedaan polihan. Kata dia, pengeroyokan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan proses pemungutan suara yang sedang berlangsung.
“Tidak ada kaitannya dengan pencoblosan. Anggota DPRD itu dikeroyok keluarga sendiri karena mengeluarkan kata-kata yang yang provokatif," katanya. (ro/awa/jpnn)
Menurut sumber Cenderawasih Pos (JPNN Group), pengeroyokan itu berawal ketika masyarakat Distrik Gilobandu mulai berkumpul di lapangan untuk melaksanakan pemungutan suara dengan menggunakan sistem Noken. Lalu pada pukul 09.30 WIT, korban Yosea Karoba yang juga Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Tolikara mendatangi TPS tersebut.
Pukul 10.00 WIT, Kepala Suku Distrik Gilobandu mengumumkan kepada masyarakat yang hadir di TPS agar menyatukan suara memilih pasangan nomor urut 3, Lukas Enembe-Klemen Tinal.
Saat kepala suku sedang menyampaikan pengumuman, tiba-tiba korban Yosea Karoba mengangkat tangannya dan menyampaikan bersuara “Silakan kalau masyarakat distrik Gilobandu akan memilih No urut 3, tapi khusus saya, karena saya adalah anggota DPR dari fraksi Golkar, maka suara saya harus diberikan kepada pasangan No urut 6,” tuturnya.
Mendengar pernyataan tersebut, masyarakat distrik Gilobandu yang mayoritas pendukung No urut 3 tidak terima dan langsung mengeroyok korban. Korban pun berlari ke arah Distrik Kanggime. Tiba di kali Toli distrik Kanggime korban pusing dan tidak sadarkan diri kemudian meninggal dunia.
Pada pukul 13.00 WIT, jenazah korban dibawa menuju RS. Karubaga oleh keluarganya dengan menggunakan mobil strada. Pada pukul 15.30 WIT, jenazah korban tiba di RS Karubaga selanjutnya langsung dilaksanakan visum oleh dokter jaga.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol I Gede Sumerta Jaya membantah jika pengeroyokan itu ada hubungannya dengan perbedaan polihan. Kata dia, pengeroyokan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan proses pemungutan suara yang sedang berlangsung.
“Tidak ada kaitannya dengan pencoblosan. Anggota DPRD itu dikeroyok keluarga sendiri karena mengeluarkan kata-kata yang yang provokatif," katanya. (ro/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua KPU Kulon Progo Keteteran Ladeni Gugatan PBB
Redaktur : Tim Redaksi