PEKANBARU--Pemberantasan geng motor terus dilakukan jajaran Polresta Pekanbaru pasca penangkapan Mardiryanto alias Klewang (58), pentolan geng motor Pekanbaru beberapa waktu lalu. Senin (13/5) empat sekolah di Pekanbaru didatangi, enam siswa diciduk dari sana.
Enam orang siswa yang diamankan ini adalah AY (17), siswa SMK, ketua geng motor Sinchan Junior, dua siswa SMKN, RE (16), warga Jalan Rajawali dan Aa (16), anggota geng motor XTC, YP (16), warga Jalan Cipta Karya siswa SMK, dan dua siswa SMA swasta di Panam, Fz (15), warga Jalan HR Soebrantas, serta AP (15), warga Jalan Kualu.
Pantauan Riau Pos (Grup JPNN), penjemputan keenam orang ini dilakukan anggota Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru mulai pukul 10.00 WIB. Tim yang diturunkan mendatangi tiga sekolah dengan diawali di sebuah SMA swasta di Panam, Jalan Hr Subrantas, dua orang diamankan dari sini. Tim lalu bergerak ke SMK di Jalan Patimura, dari sini dua orang siswa diamankan. Situasi sempat ramai saat penjemputan. Siswa mengerumun untuk mencari tahu apa yang terjadi. Apa lagi penjemputan di sekolah ini dilakukan saat siswa pulang sekolah.
Sekolah terakhir yang didatangi salah satu SMK di Jalan HR Soebrantas. Satu siswa diamankan dan dibawa ke Mapolresta Pekanbaru. Satu tim terpisah yang diturunkan juga mengamankan seorang siswa dari SMK di Jalan Purwodadi. Dua dari enam orang ini diketahui merupakan anak aparat, satu orang anak anggota polisi dan satu orang anak anggota TNI.
Selain mengundang keheranan para siswa, penjemputan ini juga mengejutkan guru. Hal ini diungkapkan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan salah satu SMKN, Maryulis yang sempat diwawancarai wartawan. Ia mengaku terkejut dan tak menyangka ada siswa yang diduga terkait geng motor. ‘’Mereka setahu saya baik, tak pernah buat pelanggaran di sekolah,’’ terangnya.
Dikatakan Maryulis, sebelum penjemputan pihaknya sudah dikabari oleh pihak kepolisian. ‘’Kita sudah dikabarkan, polisi juga menunjukkan surat,’’ ujarnya.
Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar kepada Riau Pos menerangkan, penangkapan terhadap enam orang ini adalah pengembangan dari kasus yang membelit Klewang dan beberapa anggota geng motor lainnya. ‘’Mulai dari tiga bersama Klewang, lalu delapan, lalu enam yang dari sekolah. Mereka akan diperiksa, akan kita lihat nantinya, jika mereka terlibat akan kita pidanakan,’’ Kapolresta.
Meskipun banyak dari anggota geng motor ini adalah siswa sekolah, pihaknya tetap akan memberikan penindakan tegas. Bahkan, komitmen pemberantasan geng motor sudah ditunjukkan dengan kordinasi bersama Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. ‘’Jika ada anak didik yang terlibat dalam geng motor, maka akan dikeluarkan (dari sekolah),’’ ucap Adang.
Selain dengan instansi terkait, koordinasi juga dilakukan dengan klub-klub motor yang ada di Pekanbaru. Koordinasi yang dilakukan dengan merangkul dalam hal informasi. ‘’Jika mereka melihat keberadaan adanya geng motor, laporkan ke kami. Itu akan jadi atensi. Karena geng motor ini sudah berkembang hingga ke Duri dan Kampar,’’ terang Kapolresta.
Enam orang pelajar yang diamankan terkait geng motor ini menjalani pemeriksaan dengan dikonfrontir dengan beberapa anggota geng motor yang sudah lebih dahulu diamankan, Sabtu (10/5) dini hari, yakni MR (18), AA (19), Fa (17), ketiganya warga Jalan Kualu, Kecamatan Tampan, dan WA (22), warga Kecamatan Sukajadi. Serta Fi (18) dan Ar (17) yang diamankan bersama Klewang, Kamis (8/5) sore.
Di antara mereka awalnya terjadi saling bantah, terutama para siswa yang baru diamankan. Mereka mengklaim tak ikut melakukan aksi pengerusakan, meski mengakui ikut-ikut berkumpul bersama geng motor. Namun, setelah beberapa yang diamankan terlebih dahulu menunjukkan keterlibatan mereka, siswa-siswa yang ditunjuk ini hanya bisa terdiam pasrah. Apalagi ada di antara mereka yang diketahui membawa samurai saat terlibat rusuh, salah satunya di warnet Jalan Kelapa Sawit yang terjadi sekitar dua pekan lalu.
AY kepada Riau Pos menuturkan mereka biasa berkumpul di dekat SMA Plus Kubang. Biasanya setelah berkumpul mereka akan konvoi. ‘’Kami tak rusuh do bang. Cuma ganggu orang yang makai-makai bencong. Itu memang kami usir,’’ ujarnya. AY mengaku menyesal terlibat geng motor, sejak lima bulan lalu ia mengaku sudah mau keluar, namun masih ditahan oleh rekan-rekannya. ‘’Saya ikut sudah delapan bulan, belakangan ini mau keluar tapi ditahan,’’ terangnya.
Orangtuanya sendiri mengaku tidak tahu aktifitas keterlibatannya dengan geng motor. Apalagi ia tinggal sendiri di Pekanbaru, sementara sang ayah sakit-sakitan di Sumatera Barat. ‘’Ibu cuma yang kerja, buat kue bawang,’’ ujarnya tertunduk sambil mengatakan ia ikut geng motor karena ingin balap-balapan.
Dari siswa yang diamankan ini, ada pula yang ternyata telah lama mengenal Klewang. Ia adalah, RE. Dikatakannya, ia mengenal Klewang sejak tahun 2009, dia pula yang menjemput Klewang di AKAP. ‘’Jemputnya Jumat dua pekan lalu. Siang pukul 13.30 WIB di ALS,’’ jelasnya. Ia mengaku ikut merusak warnet di Jalan Kelapa Sawit dan di Jalan Durian, namun di Jalan Durian ia tiba saat warnet sudah dihancurkan,’’ katanya lagi.
Para siswa yang diangkat oleh anggota polisi setelah terdeteksi terlibat dengan aktifitas geng motor ini kebanyakan tak pernah memberitahukan pada orangtuanya perihal aktifitas mereka. Bahkan untuk bisa keluar rumah, mereka menggunakan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan alasan membuat PR. Ini dialami oleh Anis, orangtua YP. ‘’Dia kalau keluar bilangnya buat PR (pekerjaan rumah) terus,’’ ujar Anis seperti tak percaya sang anak terlibat.
Dikatakannya, YP tampak baik di rumah, bahkan ia termasuk rajin dengan sering membantu pekerjaan orangtua di rumah. Apa yang menimpa anaknya, dikatakan Anis akibat pergaulan yang tidak benar. ‘’Kita sebagai orangtua sudah berusaha sebaik mungkin mendidiknya. Jika dia seperti ini, berarti ia terpengaruh pergaulan. Jika anak saya bersalah, maka saya tak akan menghalangi polisi untuk menghukum. Karena dia harus bertanggungjawab atas perbuatannya,’’ ujar Anis.
Sementara itu, anggota DPRD Riau Tony Hidayat mendesak, harus ada tindakan cepat dalam menangani geng motor itu. Kepolisian harus memberikan rasa aman kepada masyarakat Riau, Senin (13/5).
Kepada generasi muda Riau, Tony Hidayat juga berpesan agar mencari contoh yang layak dan jadi panutan. ‘’Kepolisian dan jajarannya diminta memberi rasa aman kepada masyarakat Riau,’’ kata Tony.
Tony juga meminta kepolisian bertindak lebih giat dan meningkatkan antisipasi. ‘’Kami ucapkan terimakasih kepada pihak kepolisian karena sudah berhasil menindak pelaku geng motor ini,’’ kata Tony.
Sementara Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Sahril mengecam aksi brutal itu. Apalagi kata Sahril sampai diikuti oleh anak-anak usia sekolah sebagai anggota geng motor. ‘’Jelas perbuatan itu tidak sesuai lagi dengan norma-norma yang berlaku, dan tidak bisa ditolerir lagi. Semua anggotanya harus ditangkap, karena sudah meresahkan,’’ tegas Sahril kepada Riau Pos, Senin (13/5) di kantor DPRD Kota Pekanbaru.
Terhadap tempat Stadion Utama Riau yang dijadikan markas perlu ada pengawasan rutin, baik dari Satpol PP, maupun pihak kepolisian. ‘’Bila perlu buat pos keamanan. Apakah dari pemerintah atau polisi, atau bisa digabung dengan melibatkan semua pihak termasuk masyarakat untuk mengantisipasi dan mempersempit ruang geraknya,’’ ungkap politisi Golkar ini.
Sekretaris Komisi III DPRD Pekanbaru, Ade Hartati menyebutkan, terjebaknya anak-anak Kota Pekanbaru masuk ke dalam geng motor karena tak adanya panutan dari pihak orangtua dan guru dalam orientasi remaja dalam mencari jati diri.
‘’Kejadian ini sudah sangat meresahkan dan berbentuk kriminal, kepada orangtua kita berharap pengawasan kepada anak-anak lebih ketat lagi, ini bentuk dis orientasi siswa dan mencari jati diri. Anak-anak mencari aktualisasi diri tetapi bingung seperti apa, karena tak ada panutan dan bimbingan makanya terjadi seperti itu,’’ imbuh Ade.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Zulfadil juga menyayangkan adanya keterlibatan anak-anak sekolah dalam geng motor. Sebagai kepala dinas dia mengimbau di sekolah semua guru harus dapat menanamkan pendidikan karakter kepada anak didik.
‘’Mungkin terlibatnya anak-anak ke geng motor ada yang salah didik, dan ini akan kita perbaiki di tahun ajaran baru nanti. Ini juga tidak terlepas dari faktor sosial masyarakat. Untuk sanksi yang tepat tentu akan kita bahas nanti, karena kalau dipecat juga bukan solusi,’’ paparnya.(ali/rul/gus)
Enam orang siswa yang diamankan ini adalah AY (17), siswa SMK, ketua geng motor Sinchan Junior, dua siswa SMKN, RE (16), warga Jalan Rajawali dan Aa (16), anggota geng motor XTC, YP (16), warga Jalan Cipta Karya siswa SMK, dan dua siswa SMA swasta di Panam, Fz (15), warga Jalan HR Soebrantas, serta AP (15), warga Jalan Kualu.
Pantauan Riau Pos (Grup JPNN), penjemputan keenam orang ini dilakukan anggota Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru mulai pukul 10.00 WIB. Tim yang diturunkan mendatangi tiga sekolah dengan diawali di sebuah SMA swasta di Panam, Jalan Hr Subrantas, dua orang diamankan dari sini. Tim lalu bergerak ke SMK di Jalan Patimura, dari sini dua orang siswa diamankan. Situasi sempat ramai saat penjemputan. Siswa mengerumun untuk mencari tahu apa yang terjadi. Apa lagi penjemputan di sekolah ini dilakukan saat siswa pulang sekolah.
Sekolah terakhir yang didatangi salah satu SMK di Jalan HR Soebrantas. Satu siswa diamankan dan dibawa ke Mapolresta Pekanbaru. Satu tim terpisah yang diturunkan juga mengamankan seorang siswa dari SMK di Jalan Purwodadi. Dua dari enam orang ini diketahui merupakan anak aparat, satu orang anak anggota polisi dan satu orang anak anggota TNI.
Selain mengundang keheranan para siswa, penjemputan ini juga mengejutkan guru. Hal ini diungkapkan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan salah satu SMKN, Maryulis yang sempat diwawancarai wartawan. Ia mengaku terkejut dan tak menyangka ada siswa yang diduga terkait geng motor. ‘’Mereka setahu saya baik, tak pernah buat pelanggaran di sekolah,’’ terangnya.
Dikatakan Maryulis, sebelum penjemputan pihaknya sudah dikabari oleh pihak kepolisian. ‘’Kita sudah dikabarkan, polisi juga menunjukkan surat,’’ ujarnya.
Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar kepada Riau Pos menerangkan, penangkapan terhadap enam orang ini adalah pengembangan dari kasus yang membelit Klewang dan beberapa anggota geng motor lainnya. ‘’Mulai dari tiga bersama Klewang, lalu delapan, lalu enam yang dari sekolah. Mereka akan diperiksa, akan kita lihat nantinya, jika mereka terlibat akan kita pidanakan,’’ Kapolresta.
Meskipun banyak dari anggota geng motor ini adalah siswa sekolah, pihaknya tetap akan memberikan penindakan tegas. Bahkan, komitmen pemberantasan geng motor sudah ditunjukkan dengan kordinasi bersama Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. ‘’Jika ada anak didik yang terlibat dalam geng motor, maka akan dikeluarkan (dari sekolah),’’ ucap Adang.
Selain dengan instansi terkait, koordinasi juga dilakukan dengan klub-klub motor yang ada di Pekanbaru. Koordinasi yang dilakukan dengan merangkul dalam hal informasi. ‘’Jika mereka melihat keberadaan adanya geng motor, laporkan ke kami. Itu akan jadi atensi. Karena geng motor ini sudah berkembang hingga ke Duri dan Kampar,’’ terang Kapolresta.
Enam orang pelajar yang diamankan terkait geng motor ini menjalani pemeriksaan dengan dikonfrontir dengan beberapa anggota geng motor yang sudah lebih dahulu diamankan, Sabtu (10/5) dini hari, yakni MR (18), AA (19), Fa (17), ketiganya warga Jalan Kualu, Kecamatan Tampan, dan WA (22), warga Kecamatan Sukajadi. Serta Fi (18) dan Ar (17) yang diamankan bersama Klewang, Kamis (8/5) sore.
Di antara mereka awalnya terjadi saling bantah, terutama para siswa yang baru diamankan. Mereka mengklaim tak ikut melakukan aksi pengerusakan, meski mengakui ikut-ikut berkumpul bersama geng motor. Namun, setelah beberapa yang diamankan terlebih dahulu menunjukkan keterlibatan mereka, siswa-siswa yang ditunjuk ini hanya bisa terdiam pasrah. Apalagi ada di antara mereka yang diketahui membawa samurai saat terlibat rusuh, salah satunya di warnet Jalan Kelapa Sawit yang terjadi sekitar dua pekan lalu.
AY kepada Riau Pos menuturkan mereka biasa berkumpul di dekat SMA Plus Kubang. Biasanya setelah berkumpul mereka akan konvoi. ‘’Kami tak rusuh do bang. Cuma ganggu orang yang makai-makai bencong. Itu memang kami usir,’’ ujarnya. AY mengaku menyesal terlibat geng motor, sejak lima bulan lalu ia mengaku sudah mau keluar, namun masih ditahan oleh rekan-rekannya. ‘’Saya ikut sudah delapan bulan, belakangan ini mau keluar tapi ditahan,’’ terangnya.
Orangtuanya sendiri mengaku tidak tahu aktifitas keterlibatannya dengan geng motor. Apalagi ia tinggal sendiri di Pekanbaru, sementara sang ayah sakit-sakitan di Sumatera Barat. ‘’Ibu cuma yang kerja, buat kue bawang,’’ ujarnya tertunduk sambil mengatakan ia ikut geng motor karena ingin balap-balapan.
Dari siswa yang diamankan ini, ada pula yang ternyata telah lama mengenal Klewang. Ia adalah, RE. Dikatakannya, ia mengenal Klewang sejak tahun 2009, dia pula yang menjemput Klewang di AKAP. ‘’Jemputnya Jumat dua pekan lalu. Siang pukul 13.30 WIB di ALS,’’ jelasnya. Ia mengaku ikut merusak warnet di Jalan Kelapa Sawit dan di Jalan Durian, namun di Jalan Durian ia tiba saat warnet sudah dihancurkan,’’ katanya lagi.
Para siswa yang diangkat oleh anggota polisi setelah terdeteksi terlibat dengan aktifitas geng motor ini kebanyakan tak pernah memberitahukan pada orangtuanya perihal aktifitas mereka. Bahkan untuk bisa keluar rumah, mereka menggunakan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan alasan membuat PR. Ini dialami oleh Anis, orangtua YP. ‘’Dia kalau keluar bilangnya buat PR (pekerjaan rumah) terus,’’ ujar Anis seperti tak percaya sang anak terlibat.
Dikatakannya, YP tampak baik di rumah, bahkan ia termasuk rajin dengan sering membantu pekerjaan orangtua di rumah. Apa yang menimpa anaknya, dikatakan Anis akibat pergaulan yang tidak benar. ‘’Kita sebagai orangtua sudah berusaha sebaik mungkin mendidiknya. Jika dia seperti ini, berarti ia terpengaruh pergaulan. Jika anak saya bersalah, maka saya tak akan menghalangi polisi untuk menghukum. Karena dia harus bertanggungjawab atas perbuatannya,’’ ujar Anis.
Sementara itu, anggota DPRD Riau Tony Hidayat mendesak, harus ada tindakan cepat dalam menangani geng motor itu. Kepolisian harus memberikan rasa aman kepada masyarakat Riau, Senin (13/5).
Kepada generasi muda Riau, Tony Hidayat juga berpesan agar mencari contoh yang layak dan jadi panutan. ‘’Kepolisian dan jajarannya diminta memberi rasa aman kepada masyarakat Riau,’’ kata Tony.
Tony juga meminta kepolisian bertindak lebih giat dan meningkatkan antisipasi. ‘’Kami ucapkan terimakasih kepada pihak kepolisian karena sudah berhasil menindak pelaku geng motor ini,’’ kata Tony.
Sementara Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Sahril mengecam aksi brutal itu. Apalagi kata Sahril sampai diikuti oleh anak-anak usia sekolah sebagai anggota geng motor. ‘’Jelas perbuatan itu tidak sesuai lagi dengan norma-norma yang berlaku, dan tidak bisa ditolerir lagi. Semua anggotanya harus ditangkap, karena sudah meresahkan,’’ tegas Sahril kepada Riau Pos, Senin (13/5) di kantor DPRD Kota Pekanbaru.
Terhadap tempat Stadion Utama Riau yang dijadikan markas perlu ada pengawasan rutin, baik dari Satpol PP, maupun pihak kepolisian. ‘’Bila perlu buat pos keamanan. Apakah dari pemerintah atau polisi, atau bisa digabung dengan melibatkan semua pihak termasuk masyarakat untuk mengantisipasi dan mempersempit ruang geraknya,’’ ungkap politisi Golkar ini.
Sekretaris Komisi III DPRD Pekanbaru, Ade Hartati menyebutkan, terjebaknya anak-anak Kota Pekanbaru masuk ke dalam geng motor karena tak adanya panutan dari pihak orangtua dan guru dalam orientasi remaja dalam mencari jati diri.
‘’Kejadian ini sudah sangat meresahkan dan berbentuk kriminal, kepada orangtua kita berharap pengawasan kepada anak-anak lebih ketat lagi, ini bentuk dis orientasi siswa dan mencari jati diri. Anak-anak mencari aktualisasi diri tetapi bingung seperti apa, karena tak ada panutan dan bimbingan makanya terjadi seperti itu,’’ imbuh Ade.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Zulfadil juga menyayangkan adanya keterlibatan anak-anak sekolah dalam geng motor. Sebagai kepala dinas dia mengimbau di sekolah semua guru harus dapat menanamkan pendidikan karakter kepada anak didik.
‘’Mungkin terlibatnya anak-anak ke geng motor ada yang salah didik, dan ini akan kita perbaiki di tahun ajaran baru nanti. Ini juga tidak terlepas dari faktor sosial masyarakat. Untuk sanksi yang tepat tentu akan kita bahas nanti, karena kalau dipecat juga bukan solusi,’’ paparnya.(ali/rul/gus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Digarap di Ruang Tamu, Siswi SMA Hamil
Redaktur : Tim Redaksi