Angka- angka seputar Opening Asian Games 2018, Oh Ternyata

Selasa, 28 Agustus 2018 – 00:05 WIB
Opening Ceremony Asian Games 2018: Dari kiri Ronald Steven, Dynand Fariz, Wishnutama, Eko Supriyanto, Rinaldy A. Yunardi, Addie M.S., dan Denny malik. Foto: ISTIMEWA

jpnn.com - Rasa bangga atas sukses dan gemerlapnya opening ceremony Asian Games 2018 pekan lalu (18/8) belum bisa sirsa. Semua itu berkat sosok-sosok kreatif yang mengeluarkan segala daya upaya demi kesuksesan acara tersebut.
---
IDE menampilkan tarian pembukaan Ratoh Jaroe dicetuskan Denny Malik. Koreografer 55 tahun itu ingin memberikan sebuah pembukaan yang dinamis, modern, tetapi tetap mengandung budaya Indonesia. Begitu digandeng Wishnutama, creative director opening Asian Games 2018, Ratoh Jaroe langsung muncul di benaknya.

Tarian yang diciptakannya itu bernama tari Garis Indonesia. ’’Inspirasi gerakannya dari Ratoh Jaroe,” jelas Denny saat ditemui di FX Lifestyle X’nter, Senayan, Kamis lalu (23/8). Dia ingin menampilkan tarian yang energik serta melambangkan spirit persatuan dan kesatuan.

BACA JUGA: AG 2018: Timnas Voli Putri Tak Berdaya di Tangan Thailand

Begitu idenya disetujui, pelantun Jalan-Jalan Sore itu langsung mengonsep gerakan baru. Dia memasukkan sedikit gerakan layaknya orang salat di tarian.

Konfigurasi atau formasi penari jika dilihat dari atas didesain agar membentuk pola kain tenun Indonesia. Sebagai sentuhan akhir, Denny menyusun agar konfigurasi membentuk bendera Indonesia.

BACA JUGA: AG 2018: Mario Jadikan Petinju Timor Leste Samsak Hidup

Selain koreografi tari Garis Indonesia, Denny merancang tarian untuk segmen water dan wind. ’’Yang tampil juga anak-anak SMA terpilih. Jumlahnya hampir 500 penari,” tambah Denny. Sementara itu, di segmen wind, Denny meminta 10 penarinya untuk tampil membawakan tari Pakarena dari Sulawesi Selatan dan kontemporer.

Dia harus membuat desain atau blueprint formasi di atas kertas selama dua minggu. Kemudian, dia melatih 40 penari intinya selama sebulan. Bisa dibilang, 40 penari inti tersebut menjadi asistennya. Setiap asisten mendapat koreografi berbeda sesuai formasi yang akan ditampilkan.

BACA JUGA: Asian Games 2018: Jonatan Christie Sempat Terganggu Suporter

Ke-40 asisten inilah yang melatih sekitar 2.200 siswi 18 SMA di Jakarta yang terpilih lewat audisi. Agar prosesnya semakin cepat, para pelajar yang punya pengalaman menari juga diminta membantu. Mereka bertugas mengajari temannya agar koreografi semakin cepat dikuasai.

Setelah empat bulan, mereka berlatih terpisah. Satu setengah bulan sebelum hari H, semua penari dikumpulkan untuk berlatih bersama. Awalnya, mereka berlatih di Lapangan ABC, Senayan, sebelum akhirnya berlatih di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Selama berlatih dan tampil, semua penari memakai wireless earpiece. Tujuannya, Denny dan pelatih lain bisa memberikan arahan tanpa harus berteriak-teriak. ’’Saya lihat dari ruang kontrol di atas untuk memantau semuanya,” kata Denny.

Selama masa latihan itu, gerakan beberapa kali diganti agar konfigurasinya lebih artistik. Begitu juga dengan formasi. ’’Cukup banyak juga (penari) yang mengeluh, tapi kami terus memotivasi mereka,’’ ungkapnya.

Di hari H, para penari bersiap sejak pukul 12.00. Ternyata, meski sudah latihan berbulan-bulan, masih banyak penari yang grogi dan demam panggung. Tugas koreografer untuk memompa lagi semangat mereka.

Lalu, ketika mereka semua tampil, Denny hanya duduk diam di ruang kontrol. Giliran dia yang deg-degan. ’’Pokoknya saya dalam hati terus baca Alfatihah sama syahadat supaya semua berjalan lancar,” ungkapnya.

Setelah semua yang mereka lalui selama berbulan-bulan, itulah hasilnya. Penampilan lima menit yang sungguh mengesankan. Banjir pujian.

Selain Denny Malik, koreografi dipercayakan kepada Eko ”Pece” Supriyanto. Di jagat seni tari, namanya sudah tak diragukan lagi. Pria yang pernah menjadi penata tari untuk konser Madonna itu bertugas membuat koreografi untuk segmen earth (tarian daerah), segmen fire, serta segmen Energy of Asia.

Sharing ide secara garis besar sudah berlangsung pada September–Oktober 2017. Kemudian, Januari 2018 pematangan konsep. Audisi untuk penari dilakukan pada April dan langsung mulai latihan.

Untuk segmen earth, pria 48 tahun itu memilih para penari yang memiliki basic tari tradisi. Segmen tersebut merangkum beragamnya tari tradisi Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Mengatur ribuan penari (tiap segmen 450–500 penari) tentu bukan hal mudah.

Sebagai gambaran, sistem latihan terbagi dalam tiga tahapan. Delapan pekan pertama pocket rehearsal. Tiap penari mendapatkan materi koreografi untuk dihafalkan. Kemudian, masuk ke compound rehearsal. ”Latihan dengan actual space, area 17 x 20 meter,” urai Eko.

Empat pekan jelang opening merupakan sesi stadium rehearsal. Simulasi dengan keseluruhan divisi lainnya, lighting, mapping, dan instalasi. Latihan berlangsung mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB.

Kerja sama tim dan seluruh volunter dirasakan Eko sangat solid sehingga membantu prosesnya lebih mudah. ”Hectic di awal, jelang opening makin enjoy,” papar Eko. Dia juga kagum dengan dedikasi para penari.

Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, rela bolak-balik untuk latihan ke Jakarta demi satu tujuan, membanggakan Indonesia. Hasilnya, suguhan opening Asian Games yang memukau seperti yang kita saksikan.

Eko sudah berpengalaman menggarap koreografi untuk ribuan penari. Dia pernah bekerja dengan 6.000 penari. ’’Namun, secara kompleksitas, opening Asian Games 2018 ini yang paling besar,” ujarnya.

Bagaimana untuk closing ceremony pada 2 September mendatang? Eko mengungkapkan, skalanya tidak sebesar opening. ”Yang saya handle ada 120 penari, konsepnya lebih kontemporer,” bebernya. (len/nor/c17/jan)

Kemegahan dalam Angka

Jumlah Penari

• Tari Ratoh Jaroe: 1.600 penari dari 18 SMA se-DKI Jakarta

• Segmen Water: 400 penari

• Segmen Earth: 467 penari

• Segmen Wind: 10 penari

• Segmen Fire: 475 penari

• Segmen Energy of Asia: 421 penari

• Usia penari paling muda 15 tahun, paling tua 80 tahun

• Ada 300 make-up artist yang stand by di belakang panggung untuk merias penari yang jumlahnya ribuan

• Tersedia 40 mesin jahit, 20 mesin cuci, dan 80 penjahit di ruangan khusus sejak dua minggu sebelum hari H. Ketika ada kostum yang kotor atau kurang pas, langsung diperbaiki.


Panggung

a. Gunung: lebar 130 meter, tinggi 27 meter

Dikerjakan 350 orang, terutama Urban (Urang Bandung)

b. Air terjun: tinggi 17 meter dari tanah, lebar 12 meter

Beban air hingga 60 ton

c. Ada 7.000 earpiece wireless monitor untuk performer yang digunakan saat acara berlangsung.

 

Kostum

• Dynand Fariz merancang 50 kostum Garuda yang dikenakan pengawal kontingen. Tiap kostum beratnya 30 kg.

• Rinaldy A. Yunardi merancang 55 kostum penari kolosal di tiga segmen (earth, fire, dan energy of Asia).

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita Fajar / Rian Usai Merobohkan Tiang Listrik Tiongkok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler