Jumlah kasus virus corona di seluruh dunia telah menembus angka lima juta, dengan rekor tambahan kasus per hari sebanyak 106.000, menurut keterangan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kasus Melebihi Lima Juta
BACA JUGA: Perawat Pakai APD Transparan sehingga Pakaian Dalamnya Kelihatan, Pasien Tak Keberatan
Direktur Jjenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa dua pertiga kasus datang dari empat negara, yaitu Amerika Serikat, Rusia, Brasil, dan India.
"Perjalanan kita masih panjang dalam menghadapi pandemi ini," kata Dr Tedros.
BACA JUGA: Karawang Mampu Tekan Jumlah Pasien Positif Corona, Sisa 2 Orang!
"Kami sangat khawatir akan meningkatnya jumlah kasus di negara dengan pendapatan rendah dan menengah."
Jumlah kasus di Amerika Latin sudah mengalahkan jumlah kasus di Amerika Serikat dan Eropa, yang beberapa minggu lalu melaporkan kasus terbanyak di dunia setiap harinya.
BACA JUGA: Cerita Muslim Australia Sambut Lebaran di Tengah Teror COVID-19
Kenyataan ini telah membuka tahap baru penyebaran virus corona, yang sebelumnya menyebar luas di China di bulan Februari, sebelum menjalar ke Eropa dan Amerika Serikat.
Kasus di Amerika Latin menempati sepertiga dari 91.000 kasus yang dilaporkan awal minggu ini, sementara jumlah di Eropa dan Amerika Serikat masing-masing hanya menempati 20 persen dari total tersebut.
Sejumlah besar kasus baru berasal dari Brazil, yang baru-baru ini mengalahkan jumlah kasus di Jerman, Prancis, dan Inggris.
Kini, negara tersebut menjadi episentrum terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Rusia. Photo: Tingkat penularan di Brasil sekarang melaju cepat hampir sama dengan Amerika Serikat. (Reuters: Bruno Kelly)
Jumlah kasus di Brasil kini mengalami peningkatan setiap harinya, hampir menyerupai kejadian di Amerika Serikat. WHO tidak berkomentar soal ancaman Donald Trump Photo: Dirjen WHO Dr Tedros menyesalkan keputusan Presiden Trump untuk menghentikan pendanaan Amerika Serikat di tengah pandemi. (AP)
WHO dikecam oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menuduh bahwa organisasi tersebut gagal menangani wabah dan mengedepankan China.
Minggu ini, Donald Trump mengancam Amerika Serikat akan keluar dari WHO dan secara permanen menahan pendanaan dari negara tersebut.
Dr Tedros mengatakan memang sudah menerima surat dari Presiden Trump, namun menolak untuk membahasnya.
WHO mengumumkan telah melakukan kajian dalam menangani pandemi.
"WHO menghendaki adanya keterbukaan dan yang paling depan menyerukannya," kata Dr Tedros yang tidak memberikan keterangan kapan perubahan itu akan berlaku.
"Ini harus dilakukan dan ketika sudah dilakukan, sifatnya harus menyeluruh."
Sebanyak 41 kasus pertama virus corona dikonfirmasi di Wuhan, China pada 10 Januari dan mulai menyebar ke seluruh dunia, dan mencapai angka satu juta kasus pada tanggal 1 April.
Sejak itu, sebanyak satu juta kasus dilaporkan setiap dua minggu, menurut informasi dari kantor berita Reuters.
Ketika jumlahnya sudah melebihi lima juta kasus, virus tersebut telah menjangkiti lebih banyak orang dalam waktu kurang dari enam bulan.
Penularan ini terhitung lebih cepat dari penularan flu parah, yang dalam waktu yang sama jumlahnya mencapai tiga hingga lima juta di seluruh dunia, menurut perkiraan WHO.
Pandemi ini secara resmi telah menelan 326.000 jiwa, yang diperkirakan lebih banyak, karena terbatasnya jumlah te untuk mengetahui apakah mereka yang meninggal disebabkan COVID-19 atau bukan. Photo: Separuh dari mereka yang tewas karena COVID-19 terjadi di Eropa. (Reuters: Flavio Lo Scalzo)
Di banyak negara, kematian di luar rumah sakit tidak termasuk dalam catatan.
Lebih dari setengah total kematian terjadi di Eropa.
Tanpa menghiraukan peningkatan jumlah kasus, banyak negara masih membuka sekolah dan tempat kerja, setelah beberapa minggu melakukan 'lockdown' yang menurunkan jumlah kasus.
Bursa saham juga mengalami kenaikan dengan adanya berita bahwa hasil yang cukup menjajikan dari pengembangan vaksin di Amerika Serikat.
Vaksin tersebut saat ini sedang diujicobakan ada manusia.
ABC/wires
BACA ARTIKEL LAINNYA... Virus Corona Mengamuk di RSUD Kota Depok, Banyak Perawat jadi Korban