"Pencapaian derajat kesehatan masyarakat ditandai dengan menurunnya AKB, dan AKI serta menurunnya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk," jelas Nafsiah dalam peringatan HKN ke-48 di gedung Kemenkes, Senin (12/11).
Nafsiah memaparkan, berdasarkan data SDKI pada 2007, AKB di Indonesia telah menurun dari 35 per 1000 kelahiran hidup (2004) menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (2007). AKI juga mengalami penurunan dari 307 per 100 ribu kelahiran hidup (2004) menjadi 228 per 100 ribu kelahiran hidup (2007).
Selain itu, status gizi masyarakat juga menunjukkan perbaikan, meski belum signifikan. "Kita mengharapkan status gizi kurang pada Balita sebesar 17.9% (2010) bisa turun menjadi 15% (2015),"ujar Nafsiah.
Pencapaian tersebut, lanjut dia, tidak lepas dari peran para tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan. Dia memaparkan, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat cukup signifikan. Dari yang semula 61,4 persen pada 2007 menjadi 87,4 persen pada 2011. Selain itu, cakupan imunisasi campak juga meningkat dari 67 persen pada 2007 menjadi 93,3 pada 2011.
"Berkat upaya masyarakat, ibu-ibu kader, bersama petugas kesehatan di Puskesmas, saat ini laporan menunjukkan bahwa 71 persen balita mengunjungi Posyandu setiap bulan. Ini berarti sekitar 14 juta balita memanfaatkan Posyandu", kata Menkes.
Meski begitu, kata Nafsiah, capaian tersebut masih belum memenuhi target. "Target yang harus dicapai sesuai kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, yaitu AKB adalah 24 per 1000 kelahiran, dan AKI adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup,"urainya.
Menteri 72 tahun itu menambahkan, saat ini masyakarat Indonesia juga tengah menghadapi tantangan baru, yakni meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit yang disebabkan karena perubahan life style. Data Riskesdas 2010 menunjukka, 59% kematian di Indonesia disebabkan penyakit tidak menular, yang membutuhkan biaya pengobatan yang sangat besar seperti stroke, kanker, diabetes, gagal ginjal, penyakit jantung, dan AIDS.
"Sebenarnya, penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan gaya hidup sehat, antara lain pola makan dengan gizi seimbang, mengendalikan stres, olah raga secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, dan berperilaku seksual yang bertanggung jawab," jelasnya.
Karena itu, pemerintah terus berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu. Pemerintah akan fokus pada upaya-upaya promotif-preventif dengan tetap memperhatikan upaya kuratif-rehabilitatif.
"Untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan, jangkauan program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) diperluas. Sedangkan pelayanan kesehatan ibu dan anak diperkuat dengan Program Jaminan Persalinan (Jampersal)," tambahnya.
Tidak hanya itu, sejak tahun 2011, Pemerintah juga telah menyediakan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang berkisar antara Rp 75 juta sampai Rp 250 juta per Puskesmas per tahun. Dana BOK tersebut dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Puskesmas.
"Di antaranya pembinaan Posyandu dan Posbindu, percepatan Penurunan angka kematian ibu dan anak, pemulihan gizi kurang dan gizi buruk di masyarakat," imbuhnya.(ken)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Chevron Yakin Tak Ada Korupsi di Proyek Bioremediasi
Redaktur : Tim Redaksi