Angka Kematian Covid-19 Melonjak Karena Keterlambatan Data, Begini Kata Kemenkes

Rabu, 11 Agustus 2021 – 23:59 WIB
Angka kematian Covid-19 melonjak karena keterlambatan data. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengakui adanya keterlambatan laporan angka kematian akibat Covid-19 di daerah.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati mengatakan keterlambatan tersebut terjadi karena keterbatasan tenaga kesehatan dalam memasukkan data akibat tingginya kasus Covid-19 di daerah pada beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Perempuan Berjilbab Digiring ke Markas, Pekerjaannya Bikin Melongo

“Tingginya kasus di beberapa minggu sebelumnya membuat daerah belum sempat memasukkan atau memperbarui data ke sistem National All Record (NAR) Kemenkes,” kata Widyawati dalam keterangannya, Rabu (11/8).

Tenaga Ahli Kemenkes Panji Fortuna Hadisoemarto mengungkapkan berdasarkan analisis data NAR Kemenkes, pelaporan kasus kematian di daerah tidak bersifat realtime dan merupakan akumulasi dari kematian yang terjadi pada beberapa bulan sebelumnya.

BACA JUGA: Kades dan Anaknya Menganiaya Pria Penyandang Disabilitas, Keterlaluan!

Panji menjelaskan laporan pada Selasa (10/8) yang menunjukkan angka 2.048 kematian, sebagian besar di antaranya bukan terjadi pada hari yang sama, bahkan bukan pula pada rentang waktu seminggu sebelumnya.

Sekitar 10,7 persen di antaranya, lanjut Panji, berasal dari kasus pasien positif yang sudah tercatat pada NAR lebih dari 21 hari kemudian pasien tersebut baru dilaporkan meninggal.

BACA JUGA: iPhone 13 Bakal Ditanami Mode Video Potret

“Kota Bekasi, contohnya, laporan kemarin dari 397 angka kematian yang dilaporkan, 94 persen di antaranya bukan merupakan angka kematian pada hari tersebut," ucap Panji.

Dia menerangkan angka tersebut merupakan gabungan angka kematian dari Juni dan sebelumnya sebanyak 37 persen, Juli sebanyak 57 persen, lalu 6 persen sisanya merupakan jumlah kematian di minggu pertama Agustus.

Panji juga menyebut contoh lainnya yang terjadi di Kalimantan tengah yang memiliki 70 kematian, 61 persen di antaranya adalah kasus aktif yang sudah lebih dari 21 hari kemudian diperbarui statusnya setelah meninggal.

Menurutnya, 50 ribu kasus aktif saat ini merupakan kasus yang juga sudah ada selama lebih dari 21 hari, tetapi belum diperbarui.

"Jadi, beberapa hari ke depan akan ada lonjakan di angka kematian dan kesembuhan yang bersifat anomali dalam pelaporan perkembangan kasus Covid-19 tapi ini justru akan menjadikan pelaporan kami lebih akurat lagi," tutur Panji. (mcr9/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga yang Takut Disuntik Vaksin Covid-19 Bakal Didatangi ke Rumah


Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler