MAKASSAR - Angka pernikahan dini di Sulawesi Selatan ternyata sangat tinggi. Data terakhir Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pemprov Sulsel menyebutkan, pernikahan di bawah umur di Sulsel persentasenya mencapai angka 45 persen. Kategori usia yang masuk dalam usia di bawah umur ini yakni 10-18 tahun.
Data ini memang masih 2010 lalu, namun pihak Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pemprov Sulsel meyakini tidak ada perubahan signifikan. Makanya, menurut Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB Sulsel, Suciati Saptamargani, pemerintah pusat memberikan perhatian khusus ke Sulsel terkait angka pantastis ini.
Menurut Suci, tingginya angka pernikahan dini ini disebabkan banyak faktor. Termasuk budaya, pergeseran persepsi orang berpendidikan untuk menyelamatkan anak dari perzinahan dan HIV/AIDS, serta Undang-Undang Perkawinan yang belum mendukung.
"Kita sudah berusaha masuk ke masyarakat, tapi memang sangat dilematis. Dari segi adat tidak bisa," kata Suci dalam ekspose program SKPD di kantor Gubernur Sulsel.
Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan Perlindungan Anak, Nuranti, menambahkan, tingginya angka pernikahan di bawah umur di Sulsel disebabkan jumlah anak memang sangat tinggi. Dari sekitar delapan juta penduduk Sulsel, 4,2 juta orang di antaranya masuk kategori anak atau usianya 18 tahun ke bawah. "Ini tidak bisa dihindari," ujar dia.
Karena tingginya angka pernikahan dini, tak heran muncul sejumlah kasus saat melahirkan. Misalnya terjadi pendarahan. Itu menurut Nuranti banyak disebabkan usia ibu yang masih belia.
"Banyak risiko untuk ibu yang melahirkan. Termasuk berat bayi rendah atau melahirkan cesar. Ini disebabkan pinggul perempuan baru terbentu saat usia 20 tahun ke atas," jelas Nuranti.
Selain persoalan pernikahan usia dini, Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana juga mengidentifikasi permasalahan perempuan dan anak di Sulsel. Masalah lain yang ditemukan yakni tingkat penderita HIV/AIDS di Sulsel urutan ketujuh di Indonesia. Anak-anak juga sudah cukup banyak yang menjadi pengidap. Khusus ibu rumah tangga, HIV/AIDS ini juga menjadi ancaman sebab beberapa sudah ditemukan mengidap bersama bayinya.
Kalangan anak-anak juga banyak ditemukan sebagai pengguna narkoba dan obat terlarang. Permasalahan lain di Sulsel juga makin maraknya kekerasan anak atau perlakuan tidak nyaman di lingkungan sekolah. Permasalahan lain adalah bergesernya dampak kekerasan terhadap perempuan dari fisik 30 persen menjadi psikis 70 persen. Yang lain adalah maraknya kenakalan remaja seperti balapan liar, tawuran, dan seks bebas. (adv)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Predikat WTP Masih Jauh di Mata
Redaktur : Tim Redaksi