jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Kurniasih Mufidayati mengatakan penambahan kasus harian yang masih fluktuatif secara implisit menunjukkan penyebaran Covid-19 di Indonesia masih dalam tahap serius.
Ia menjelaskan Sabtu (9/5) lalu, penambahan kasus mencapai angka tertinggi yakni 533. Ini pertama kalinya terjadi penambahan kasus di atas 500 per hari, sejak temuan positif Covid-19 di Indonesia diumumkan awal Maret 2020.
Menurut dia, yang mengkhawatirkan ialah kasus baru makin menyebar ke berbagai daerah bahkan sampai wilayah kabupaten. Dia mengkhawatirkan penambahan kasus baru ini tidak didukung fasilitas kesehatan yang memadai untuk menanganinya.
"Oleh karena itu mata rantai penyebaran Covid-19 ini harus diputus sesegera mungkin dengan langkah-langkah yang tepat," ungkap politikus Partai Keadilan Sejahtera yang karib disapa Mufida itu.
Mufida menambahkan, satu sisi temuan kasus ini menunjukkan pengujian yang dilakukan makin banyak. Sehingga temuan kasus positif juga makin banyak ditemukan.
Menurutnya, temuan kasus positif melalui pengujian dengan polymerase chain reaction atau PCR menjadi kunci untuk melakukan langkah lanjutan memutus penyebaran virus. "Oleh karena itu pengujian dengan PCR harus lebih ditingkatkan secara massif," jelasnya.
Menurut dia, pengujian secara massif ini perlu dilakukan agar bisa segera mendeteksi kawasan atau wilayah-wilayah yang rawan penularan, seperti permukiman padat di perkotaan, dan daerah-daerah yang menjadi tujuan pemudik, termasuk di pedesaan.
"Hal ini mengingat sebagian orang sudah mudik atau pulang kampung menjelang Bulan Ramadan, dan ketika kehidupan di perkotaan dirasakan makin sulit," ujarnya.
Ia menambahkan sampai saat ini pengujian dengan PCR masih relatif sedikit di Indonesia. Sementara lebih banyak pihak yang melakukan rapid test dengan antigen.
Mufida menjelaskan berdasar data Worldmeter per 10 Mei, di Indonesia baru sekitar 579 tes per 1 juta populasi. Sementara Malaysia sudah 7.938 tes per 1 juta populasi. Filipina yang kondisinya relatif sama dengan Indonesia, sudah mampu melakukan 1489 tes per 1 juta penduduk. Bahkan Kolombia sudah melakukan 2.848 tes per 1 juta penduduk.
Mufida menambahkan hingga 10 Mei atau 2 bulan 8 hari dari pengumuman kasus pertama Covid-19 di Indonesia, pengujian dengan PCR baru dilakukan terhadap 113.452 spesimen dengan tingkat positif mencapai 12,4 persen.
Menurutnya, idealnya uji PCR dilakukan terhadap 1 persen penduduk suatu negara. Sehingga Indonesia dengan jumlah penduduk 270 juta sampai 300 juta, maka pengujian dengan PCR ini dilakukan terhadap 2,7 sampai 3 juta spesimen yang tersebar di daerah-daerah yang sidah ditemukan kasus positif.
"Apalagi saat ini laboratorium yang sudah bisa melakukan pengujian dengan PCR ini sudah mencapai 70 meskipun masih banyak berada di kota-kota besar khususnya di Jakarta dan pulau Jawa," paparnya.
Mufida meminta pemerintah segera melakukan upaya tes PCR secara massif, dengan memberikan dukungan berupa penyediaan reagen, virus transport media (VTM) maupun petugas laboratorium yang sudah melalui pelatihan untuk melakukan pengujian.
Dia menyatakan semua sumber daya yang dimiliki perlu dikerahkan untuk meningkatkan jumlah pengujian. Hal ini supaya besaran dan wilayah sebaran Covid-19 bisa segera diketahui, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah yang efektif untuk memutus mata rantai penyebaran.
Mufida khawatir bila tes masif berbasis PCR ini tidak segera ditingkatkan, akhir dari pandemi Covid-19 di Indonesia ini masih akan berlangsung panjang dan periode pemulihan lama.
"Tanpa melakukan pengujian PCR yang masih, masih sulit mendapatkan gambaran yang sebenarnya dari perkembangan dan penyeran Covid-19 di Indonesia," kata dia.
Selain tes masif PCR, Mufida juga meminta pemerintah mempercepat hasil tes laboratorium. Sebab, ujar Mufida, masih banyak korban yang meninggal dunia terpaksa dimakamkan dengan proses standar operasional prosedur (SOP) Covid-19, karena hasil tesnya belum keluar.
"Demikian juga pasien maupun keluarga pasien positif Covid-19 yang masih harus lama menunggu hasil tes yang menyebabkan aktivitasnya terhambat," ungkap dia.
Selain itu Mufida juga meminta pemerintah mendisiplinkan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), bukan malah melakukan relaksasi. Mengingat angka penambahan pasien Covid-19 masih terus meningkat tajam tiap hari di akhir-akhir ini.(boy/jpnn)
BACA JUGA: Mufida PKS: Penetapan Status Lockdown Indonesia Tak Boleh Sembarangan
Redaktur & Reporter : Boy