Ani SBY Apresiasi Peran Fatayat NU

Senin, 28 Mei 2012 – 07:36 WIB
JAKARTA – Kiprah organisasi perempuan muda Fatayat Nahdlatul Ulama (Fatayat NU) dalam berbagai bidang mendapat apresisi khusus dari Ibu Negara Ani Susilo Bambang Yudhoyono.

"Fatayat NU sebagai organisasi perempuan muda sudah sangat banyak membantu kemajuan bangsa Indonesia. Bahkan, kehadiran Fatayat sangat banyak member andil bagi jalannya kinerja pemerin tahan SBY selama ini," ujar Ani ketika menghadiri puncak perayaan Harlah Fatayat NU ke-62 di Jakarta.

Wanita yang digadang-gadang sebagai capres Demokrat 2014 ini menegaskan, sejarah mencatat bahwa Fatayat NU sudah tampil sebagai organisasi pergerakan bagi bangsa Indonesia sejak 62 tahun silam. Namun, dengan usia yang sudah 62 tahun, sudah sepantasnya jika Fatayat NU matang dalam bergerak. Usia 62 tahun ini pun harus diikuti kedewasaan yang termanifestasi dalam sikap dan prilaku organisasi maupun kader dan anggota-anggotanya.

Ani menegaskan, kiprah Fatayat NU semakin efektif dan nyata lantaran pada umumnya seorang perempuan mudah mengulurkan tangan pada orang yang membutuhkan. Selain itu, perempuan juga memiliki kesetiaan pada pengabdian, sehingga hal ini bisa menjadi jaminan bagi eksistensi bangsa Indonesia ke depan.

"Semua mengetahui bahwa Fatayat NU sebagai tempat berkumpulnya aktifis muda perempuan yang sangat konsistem mengabdi bagi bangsa. Fatayat NU juga selalu hadir pada saat-saat ketika dibutuhkan dukungan perempuan, sekaligus pembangkitan semangat bagi kaum perempuan. Bukannya kita sombong, tapi harus diakui bahwa perempuan memiliki banyak kelebihan dibanding laki-laki dan ini harus kita syukuri," ungkapnya.

Kehadiran Ani Yudhoyono dalam Harlah Fatayat NU merupakan yang kedua kalinya sepanjang sejarah. Sebelumnya dia juga hadir dalam acara serupa di Semarang, Jawa Tengah tahun 2009. Pada puncak peringatan Harlah ke-62 Fatayat NU  kemarin dihadiri juga Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj, dan sejumlah menteri kabinet Indonesia bersatu, yakni Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini, serta sejumlah pejabat dan aktivis perempuan.

Pada acara tersebut, Ketua Fatayat NU Ida Fauziah mengatakan, Fatayat NU sekarang dan seterusnya adalah penerus perjuangan para aktivis perempuan Islam yang sudah berjuang sejak masa perjuangan kemerdekaan. Bahkan pendiri Fatayat NU sudah berjuang sebelum kemerdekaan, khusunya dalam hal pengentasan buta huruf bagi kalangan masyarakat.

Ketua Komisi VIII DPR ini menjelaskan, perjuangan dan tantangan perempuan kali ini tentu tak kalah beratnya dibanding masa kemerdekaan dulu. Karena itu, tegas dia, Fatayat NU menggerakkan semua elemen organisasi, terlebih organisasi Fatayat yang sudah menyebar ke seluruh nusantara.

"Fatayat NU hingga saat ini memiliki pengurus sangat aktif di 33 provinsi, lebih dari 423 cabang, bahkan sudah ada cabang Fatayat NU di Kuala Lumpur, Kairo, dan Hongkong. Jumlah kader Fatayat saat ini lebih dari 6 juta, alias lebih besar dibanding penduduk Sigapura yang hanya 4,7 juta,” katanya.

Tapi, kata dia, kita sadar bahwa jumlah banyak tak ada artinya apabila kualitas dan manfaat organisasinya kecil. ”Maka Fatayat terus memompa diri dan berpartisipasi di ranah publik," terangnya.

Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari mengatakan, Fatayat NU termasuk mitra kerja yang sangat efektif sehingga setiap kebijakan dan program bias mencapai sasaran. Pasalnya, organisasi dan kader Fatayat tak hanya di perkotaan maupun ibu kota di daerah-daerah, namun sudah ada di pelosok-pelosok desa yang memang menjadi target penting bagi pembangunan nasional.

"Sejak dulu Fatayat member kontribusi sangat penting bagi program-program pemerintah. Kiprahnya efektif karena jangkauannya ke semua wilayah dan peloksok-pelosok negeri. Sasarannya pun efektif meliputi keluarga-keluarga," pungkasnya. (yay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Enam Tahun Lumpur Lapindo, Derita Tak Kunjung Sirna

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler