jpnn.com - SLEMAN – Kenakalan remaja di Sleman sulit dibendung. Kasus tawuran antarpelajar kembali terjadi. Ironisnya, para pelaku kali ini juga tergabung dalam geng motor. Mereka menamakan diri Gito Gati Street Teror (GGST).
Kini, 22 anggota geng yang sebagian besar berstatus pelajar di salah satu SMA di Seyegan itu harus mempertanggungjawabkan ulah mereka. Dua di antaranya masih SMP. Ironisnya, sebagian adalah anak aparat kepolisian, TNI, dan guru.
BACA JUGA: Empat Petak Rumah Kos-kosan Ludes Terbakar
Polisi menjerat mereka dengan pasal berlapis. Yakni Pasal 170 KUHP tentang Pengeroyokan, UU Darurat, dan Pasal 80 UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Tiga pasal itu dikenakan kepada tiga tersangka utama, Bg dan Dn yang diduga membawa senjata tajam, sekaligus pelaku penganiayaan terhadap korban berinisial NSS (17). Korbannya adalah pelajar di sebuah SMA di Tempel yang dianggap sebagai lawan dari GGST.
BACA JUGA: Selingkuh, Lima PNS Turun Pangkat
Kapolres Sleman AKBP Faried Zulkarnain mengatakan, korban dipukul dengan benda tumpul dan dibacok dengan senjata tajam pada bagian kepala hingga tak sadarkan diri.
“Satu tersangka masih buron. Kami sudah kantongi identitasnya,” ujar Faried dilansir Radar Jogja (Grup JPNN.com), Kamis (8/1).
BACA JUGA: Hansip Tewas Tertimbun Longsor saat Kerja Bhakti
Para tersangka selanjutnya ditahan dengan status titipan di Lembaga Perlindungan Anak DIJ. Barang bukti yang disita berupa empat bilah pedang samurai, empat gir sepeda motor bertali, dan sebuah botol kaca.
Kapolres yang baru sehari menjabat ini memaparkan, penangkapan para tersangka berawal dari pengembangan penyelidikan kasus penganiayaan terhadap NSS. Dari situ polisi mencium gelagat adanya rencana penyerangan oleh GGST ke sebuah sekolah di Tempel.
“Dari ejek-ejekan, saling tantang, anggota geng ini lantas melakukan penyerangan. Sebelumnya, mereka menganiaya kor ban yang sedang nongkrong,” katanya.
Tindak lanjut atas penanganan kasus ini, polisi akan melibatkan para guru dan orang tua tersangka. Fs (16), seorang tersangka mengaku kelompoknya tersinggung lantaran ditantang lebih dulu oleh kelompok pelajar lawannya.
“Ditantang dulu, lalu kami ke sana. Mereka sudah siap. Janjian dulu sebelum berangkat ke lokasi,” bebernya.
Saat beraksi, para tersangka menggunakan penutup muka. Mereka menyerang pelajar yang sedang nongkrong di warung karena dianggap sebagai lawan. Para tersangka juga merusak warung yang dipakai untuk nongkrong itu.(yog/laz/ong)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pendukung Politikus PDIP Ngamuk, Ancam Santet Pejabat
Redaktur : Tim Redaksi