Anies Baswedan Bicara Soal Isu Perempuan di Hari Ibu

Kamis, 22 Desember 2016 – 17:46 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Tiap 22 Desember, Indonesia memperingati Hari Ibu. Berbeda dengan Mother's Day di Amerika atau Eropa, di Indonesia adalah tonggak perjuangan politik.

Bermula pada 22-25 Desember 1928, saat diadakannya Kongres Perempuan yang diikuti 30 organisasi perempuan dari Jawa, Sumatera, dan Maluku. Salah satu pesertanya adalah ibunda Anies Baswedan, Aliyah Rasyid Baswedan yang mewakili organisasi Wanita Islam.

BACA JUGA: Netizen Pengin Ahok Vs Anies di Putaran Kedua

"Mereka membahas isu-isu  yang dianggap penting bagi perempuan yaitu pendidikan, perdagangan perempuan dan anak (trafficking), sera perkawinan anak," ujar Cagub DKI Jakarta, Anies Baswedan, dalam keterangan tertulis, Kamis (22/12).

Kongres Perempuan tersebut, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menambahkan, sarat nilai pluralisme, karena diikuti organisasi berbasis keagaamaan, suku, dan profesi.

BACA JUGA: Khawatir Coblosan Pilkada Serentak Sepi, KPU Genjot Sosialisasi

"Kongres itu menjadi cikal bakal pengakuan atas keragaman suku bangsa  dan agama di Indonesia. Mereka hadir dan menentukan sikap untuk terbebas dari penjajahan," jelasnya.

Pada kekinian, kata Anies, kita menghadapi penjajahan baru berupa globalisasi ekonomi yang memunculkan banyak permasalahan bagi perempuan. Misalnya, kemiskinan, akses pada keadilan, dan penggusuran.

BACA JUGA: DPT Pilkada Beres, Tapi Masih Ada Masalah untuk Diantisipasi

Berdasarkan catatan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, terjadi 113 kasus penggusuran paksa terhadap 8.154 kepala keluarga selama 2015.

Akibatnya, tercerabutnya sedikitnya dua anak-anak dari akses pendidikan dan perlindungan, lima orang dari akses layanan air bersih, dan 10 orang dari rasa aman.

"Separuh dari mereka, adalah perempuan," ungkap eks ketua Komite Etik KPK ini.

Menurut Anies, persoalan yang hadir pada 1928 juga masih terjadi hingga kini, khususnya menyangkut pendidikan anak perempuan.

Merujuk Jakarta Dalam Angka 2015 (BPS), sedikitnya 85.124 perempuan Jakarta di atas usia 10 tahun belum bisa membaca dan menulis.

Lalu, terjadi 12.520 perkawinan anak usia 15-19 tahun di Jakarta sudah melakukan perkawinan, sebagaimana Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2012.

Kemudian, berdasarkan Komnas Perempuan pada 2015, ada 321.752 kasus perdagangan manusia dan kekerasan terhadap perempuan di ibukota, tertinggi secara nasional.

"Jakarta termasuk dalam 10 wilayah dengan persoalan angka perkawinan anak terbesar di Indonesia," kata Cawagub Sandiaga Uno, pada kesempatan sama.

Juga tercatat sebagai wilayah rawan trafficking, karena selang 2005–2014, 20 persen dari 1.438 kasus trafficking dialami perempuan Jakarta, sebagaimana data International Organization for Migration (IOM) pada 2015.

"Kekerasan terhadap perempuan juga meningkat terus setiap tahunnya, tidak dibarengi dengan Women Cricis Center (WCC) yang memadai yang selama ini dikelola P2TP2A di lima daerah Jakarta. Demikian pula layanan hukum yang disediakan masih sangat kurang," tutur Sandi.

Untuk mengentaskan persoalan tersebut, katanya, paslon nomor urut 3 pada Pilkada DKI 2017 menawarkan tiga program terkait.

Pertama, membuat sistem online berbasis aplikasi Sister 123, dimana menghubungkan perempuan yang terancam tindak kekerasan bisa mendapatkan solidaritas dari warga dan penanganan hukum oleh Polri.

Agar perempuan juga lebih aman, maka bakal didirikan Rumah aman (Women Care Center/WCC) di setiap kelurahan serta memaksimalkan fungsi lampu dan keberadaan satpol PP di area publik.

Kedua, dalam rangka menciptakan perempuan yang sehat dan cerdas, maka setiap ibu dalam masa kehamilan bakal mendapatkan bantuan dari kader Posyandu.

Lalu, memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada perempuan muda, serta memastikan adanya ruang laktasi di ruang publik dan kantor pemerintah.

"Dan menjamin anak perempuan mendapat akses ke KJP Plus," ucap peraih gelar Master Business of Administration dari George Washington ini.

Terakhir, menciptakan perempuan mandiri, memperkuat ekonomi keluarga dan memaksimalkan kemampuan diri melalui pelatihan serta akses modal bagi pegiat usaha kecil menengah (UKM).

"Menyediakan sarana day care untuk anak dan cuti untuk pengasuhan anak bagi para ayah," pungkas Sandi. (dka/rmol) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Oso Optimistis Bisa Bawa Hanura Tembus Tiga Besar Jawara Pemilu 2019


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler