Anies dan Reshuffle Rabu Pon

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 31 Januari 2023 – 20:34 WIB
Bakal Capres 2024 yang diusung Koalisi Perubahan, Anies Baswedan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Ibarat permainan sepak bola, Koalisi Perubahan melakukan intersep, gerakan mencegat bola, sebelum bola sampai di kaki Joko Widodo.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengumumkan dukungannya terhadap pencalonan Anies Rasyid Baswedan (30/1), dua hari sebelum Jokowi diperkirakan akan melakukan reshuffle kabinet.

BACA JUGA: Sambangi Istana, Zulhas Sebut Reshuffle Haknya Presiden Jokowi

Kabar santer beredar Jokowi akan melakukan kocok ulang kabinet pada 1 Februari bertepatan dengan Rabu Pon dalam penanggalan Jawa.

Dalam beberapa reshuffle dan pengambilan keputusan strategis, Jokowi sering mengambil hari Rabu Pon sebagai hari keramat.

BACA JUGA: Begini Kata Arsul Sani PPP soal Reshuffle Kabinet Jokowi

Spekulasi mengenai reshuffle makin kencang setelah Jokowi bertemu dengan Surya Paloh.

Setelah Surya Paloh mengumumkan pencalonan Anies Baswedan sebagai calon presiden yang diusung Nasdem Oktober lalu, hubungannya dengan Jokowi merenggang.

BACA JUGA: Jokowi Punya Misi Khusus soal Pangan, Zulhas Sebut Semoga Buwas Bisa Merealisasikannya

Salah satu indikatornya Jokowi tidak hadir pada acara ulang tahun Nasdem.

Indikator reshuffle juga menguat setelah Jokowi memanggil Prabowo Subianto ke Istana.

Beberapa tokoh politik lain juga sudah dipanggil oleh Jokowi. 

Kocok ulang kabinet menjadi penalti terhadap Nasdem.

Tiga kader Nasdem di kabinet akan diberhentikan dan Jokowi punya 3 kursi kabinet untuk dibagi-bagikan guna memperkuat koalisinya.

Di tengah isu reshuffle yang santer, Koalisi Perubahan melakukan manuver cepat.

Setelah Partai Demokrat mengumumkan dukungan kepada Anies Baswedan, PKS secara resmi menyusul mengumumkan dukungan kepada Anies Baswedan.

Dukungan PKS ini mengakhiri teka-teki dan spekulasi yang berkembang selama 3 bulan terakhir sejak deklarasi dukungan Nasdem kepada Anies Baswedan.

Selama ini muncul berbagai isu mengenai ketidakjelasan masa depan Koalisi Perubahan.

Dengan pengumuman dukungan PKS, sah sudah Anies Baswedan menjadi calon presiden Koalisi Perubahan, dan sudah memenuhi ambang batas kepresidenan 20 persen.

Sebelum pengumuman oleh PKS, bola politik ada di kaki Jokowi. 

Dia menggocek bola untuk menyerang lawan politik.

Reshuffle adalah tendangan penalti mematikan bagi Nasdem.

Akan tetapi, dengan intersep yang tepat waktu, sekarang Jokowi kehilangan bola.

Jika Jokowi tetap melakukan reshuffle Rabu Pon, dampak serangan terhadap Nasdem tidak akan terlalu terasa.

Reshuffle malah akan memperkuat konsolidasi oposisi yang digalang oleh Koalisi Perubahan di mana Nasdem menjadi episentrumnya.

Jokowi harus berpikir keras untuk memikirkan respons antisipasi terhadap manuver Koalisi Perubahan ini.

Jokowi harus membuka lagi kitab primbon politiknya untuk memastikan apakah tetap akan melakukan reshuffle Rabu PON atau mencari cara lain.

Para Presiden RI Jokowi sering dikaitkan dengan mistisisme.

Para pendahulu Jokowi di kursi kepresidenan, seperti SBY, Megawati, Gus Dur, sampai ke Pak Harto dan Bung Karno, semua dikait-kaitkan dengan kekuatan mistis sebagai pemberi legitimasi.

Kepemimpinan modern mendapatkan legitimasi dari rakyat melalui mekanisme demokrasi seperti pemilihan umum dan sejenisnya.

Pemimpin tradisional mendaptkan legitimasi dari wangsit ataupun pulung.

Untuk menjadi pemimpin seseorang harus punya pulung wahyu kedaton.

Dalam legenda Panembahan Senopati tersebutlah kisah Ki Pemanahan yang secara tidak sengaja meminum pulung dalam buah air kelapa milik sahabatnya, Ki Ageng Giring.

Pulung ada di air buah kelapa yang harus diminum habis sekali teguk.

Pemanahan yang sedang mampir ke rumah Ki Ageng Giring tidak sengaja meneguk habis air kelapa yang sengaja disimpan oleh Ki Ageng Giring untuk diminum kalau dia haus supaya bisa menghabiskannya sekali teguk.

Ki Pemanahan yang kebetulan mampir ke rumah Ki Ageng Giring melihat kelapa tergeletak dan langsung menenggak airnya sampai tandas.

Akhirnya Ki Pemanahan ketiban rezeki nompok karena mendapatkan pulung gratis yang membuat anak turunnya menjadi penguasa Jawa seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, dan seterusnya.

Dalam tradisi Yunani, raja-raja selalu mencari legitimasi dengan menyebut dirinya sebagai anak atau keturunan Dewa Zeus atau dewa-dewa lainnya.

Dalam tradisi Mesir kuno juga demikian, malah Firaun mengaku sebagai Tuhan itu sendiri.

Dalam tradisi pewayangan para kesatria dan raja adalah keturunan para dewa, mulai dari dewa angin, dewa laut, dewa matahari, dan dewa-dewa lain.

Tradisi kepemimpinan tradisional Jawa itu sampai sekarang masih tetap dipercaya dalam politik modern Indonesia.

Pemimpin modern Indonesia merasa bahwa selain mendapatkan mandat dari rakyat mereka juga mendapatkan wangsit dan ketiban wahyu kedaton.

Karena itu keputusan-keputusan politik yang diambil tidak semuanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional.

Ada unsur-unsur irasional yang justru sering menjadi pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan.

Bung Karno dikaitkan dengan Nyi Roro Kidul, penguasa pantai selatan.

Di Hotel Indonesia Sukabumi ada satu kamar khusus yang disediakan bagi Bung Karno untuk berkomunikasi dengan Sang Nyai.

Ada lukisan besar Nyi Roro Kidul di dinding kamar itu. Suasananya singup dan magis.

Pak Harto punya kekuatan backup spritual dari Bu Tien yang punya trah biru Keraton Solo.

Konon Bu Tien-lah yang memegang wahyu kedaton.

Habibie tidak bisa lama menjadi presiden karena tidak punya jalur wahyu kedaton.

Begitu kata para yang mempercaya klenik.

Apalagi Habibie “gak jowo” bukan orang Jawa, sehingga sulit mendapatkan wangsit wahyu kedaton.

Menurut jangka Jayabaya, penguasa Indonesia dikiaskan dalam sebutan “Notonagoro”.

Secara harfiah berarti menata negara, tetapi oleh para yang mempercaya klenik ditafsirkan sebagai akronim dari nama-nama presiden Indonesia.

“No” untuk Sukarno, “To” untuk Suharto, dan seterusnya.

Makanya ketika Gus Dur, Abdurrahman Wahid, jadi presiden para yang mempercaya klenik jadi bingung karena nama Abdurrahman tidak masuk dalam skema Notonagoro.

Gus Dur sendiri dikenal sebagai penghayat budaya Jawa yang canggih.

Kata Gus Dur, nama Abdurrahman tetap masuk dalam skema akronim Jayabaya, bukan dalam skema Notonagoro, tetapi “Noto Manconagoro”.

Karena itu, setelah Noto (Sukarno dan Suharto) urutan selanjutnya adalah “Man” dan “Co”. Man, adalah Abdurrahman alias Gus Dur.

Ini tentu guyonan khas Gus Dur.

Mana ada jangka Jayabaya menyebutkan Noto Manconagoro kalau bukan karangan Gus Dur.

Ketika ditanya apakah Gus Dur juga dapat wangsit wahyu kedaton, Gus Dur menjawab dia dapat wangsit mi ayam. 

Bagi Gus Dur yang piawai dan menguasai filosofi kekuasaan Jawa, masalah-masalah mistis dan klenik dihadapi dengan guyonan saja, tidak perlu diseriusi atau dibikin repot.

Akan tetapi, bagi sebagian orang lain soal klenik dan mistis ini masalah serius dan tidak boleh dibuat main-main.

Jokowi punya hari keramat Rabu yang bertepatan dengan weton, hari kelahirannya.

Keputusan-keputusan strategis dilakukan pada hari Rabu dengan mempertimbangkan pertimbangan primbon yang rumit.

Ada ritual seperti memelihara jenis hewan tertentu seperti kodok dan sejenisnya. Ada pantangan-pantangan tertentu seperti tidak boleh berkunjung ke Kediri, atau juga isyarat-isyarat alam tertentu seperti gunung meletus atau sejenisnya.

Para presiden Indonesia semua dikaitkan dengan Gunung Lawu yang membawai wilayah Mataraman.

Para presiden disebut sebagai Putra Gunung Lawu.

Secara kebetulan semua presiden Indonesia sekarang ini adalah Putra Gunung Lawu.

Itulah ilmu gutak-gatuk matuk. Diutak-atik sehingga jadi cocok.

Dalam hal tradisi kejawen ini Anies Baswedan adalah antitesis Jokowi.

Ketika mengadakan perhelatan MotoGP di Mandalika, Jokowi memakai pawang hujan.

Ketika menggelar balapan Formula E di Jakarta, Anies tidak memakai dukun hujan tapi memakai weather forcast yang ilmiah.

Akan tetapi, Anies pun memakai idiom-idiom Jawa untuk memperkuat legitimasi budayanya.

Anies memamerkan kegemarannya memelihara ayam dan burung, dan suka menonton pertunjukan wayang. 

Rumahnya di Lebak Bulus mempunyai arsitektur joglo khas Jawa.

Anies mempunyai rumah joglo di Ponorogo Jawa Timur yang direkonstruksi dari bekas bangunan pesantren legendaris Tegalsari.

Anies ingin menunjukkan garis legitimasi kepada Kiai Hasan Besari yang melahirkan tokoh-tokoh Islam Mataram abad ke-18.

Memakai logika slengekan ala Gus Dur dalam menginterpretasikan Jangka Jayabaya, nama Anies Baswedan pun masuk dalam akronim Notonagoro sebagai calon pemimpin Indonesia.

Nama Anies masuk pada bunyi terakhir ‘’Ro’’, yaitu Rosyid Baswedan. 

Gitu saja kok repot. (**)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler