Anies Mainkan Politik Identitas, Inas Sebut Pesta Demokrasi dalam Bahaya

Jumat, 23 Desember 2022 – 23:46 WIB
Ilustrasi - Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Politikus Hanura Inas N Zubir melihat indikasi bakal capres dari Partai NasDem Anies Baswedan tidak akan segan-segan menggunakan politik identitas demi memenangkan Pilpres 2024 mendatang. Menurutnya, hal ini perlu diwaspadai.

Dia mengatakan politik identitas adalah tindakan mengeksploitasi etnis, suku, budaya, agama, sekte, kelompok agama atau yang lainnya untuk mencapai tujuan tertentu.

BACA JUGA: Deklarasi Anies Capres Dorong Partai Lain Umumkan Calonnya

Dalam praktiknya, politik identitas akan membentuk sebuah entitas yang bersifat egosentris, emosional, cenderung eksklusif dan berpendapat bahwa kelompoknya harus mendapat perhatian.

"Misalnya saja kaum LGBT yang terpinggirkan di Polandia, bergeser ke negara lain untuk memainkan politik identitas bagi kaumnya dan meraih kesukseskan menjadikan Belgia negara zona merdeka LGBT, sehingga menjadi role model bagi kaum LGBT seluruh eropa," kata Inas.

BACA JUGA: TGUPP Anies Cawe-Cawe di Balai Kota, Penghuni Thamrin City Jadi Korban

Politik dengan identitas agama juga terjadi di Timur Tengah dengan Arab Spring pada 2010 sebagai puncaknya.

Gelombang unjuk rasa memicu revolusi berdarah di hampir seluruh dunia Arab.

BACA JUGA: PKB Tidak Menutup Kemungkinan Cak Imin Jadi Cawapres Anies

"Kudeta di Tunisia dan Mesir, perang saudara di Libya, pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, Yaman dll," ujar Inas.

Pada spektrum yang lebih ekstrem, Al-Qaeda, ISIS dan lain-lain, memainkan politik identitas yang sangat mematikan dan mempunyai kecenderungan intoleran, bahkan terhadap sesama umat Islam.

Permusuhan di antara muslim pun muncul karena kelompok-kelompok tersebut mengkafirkan umat Islam yang tidak sepemahaman dengan mereka.

"Menjelang Pilpres 2024, Anies nampaknya sedang memainkan politik identitas demi syahwat politiknya, tapi dia tidak menyadari bahwa politik identitas selalu cenderung emosional, sehingga sangat membahayakan pesta demokrasi," pungkas Inas. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler