Anies-Muhaimin Ingin Mencerdaskan Bangsa, Bukan Membodohi Rakyat

Minggu, 17 Desember 2023 – 19:01 WIB
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Indra Charismiadji menilai satu-satunya pasangan calon yang mempunyai konsep membangun manusia ada pada Anies dan Gus Muhaimin.

Pernyataan ini disampaikan menanggapi permasalahan pendidikan Indonesia yang dinilainya sudah berada di titik bahaya.

BACA JUGA: Anies Baswedan: Kekayaan Alam di Morowali Harus Bisa Memakmurkan Warganya

“Dan harus dibenahi,” kata Indra dalam podcast Youtube Nur Iswan Channel bertajuk PILIH CAPRES MENCERDASKAN BANGSA, BUKAN MEMBODOHKAN?I Ft. INDRA CHARISMIADJI, PEMERHATI PENDIDIKAN, Sabtu, (16/12).

Indra berharap, tidak ingin melihat bangsa ini terus dibodoh-bodohi.

BACA JUGA: Anies Prihatin Mengetahui Minimnya Pendidikan Vokasi di Morowali

“Satu-satunya paslon yang mempunyai konsep membangun manusia bukan membangun benda hanya Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Yang lain membangun benda,” ujar dia.

Indra memberi bukti bahwa Anies adalah satu-satunya menteri pendidikan yang tahu permasalahan pendidikan.

BACA JUGA: Habib Aboe Keliling Maluku Utara Demi Memenangkan PKS dan Anies Baswedan

Hal itu diperlihatkan pada saat menjabat di awal periode kabinet pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla dengan mempresentasikan makalah berjudul Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia kepada bawahannya di Kemendikbud pada 2015.

Indra menyayangkan langkah Anies membenahi dunia pendidikan harus terhenti di tengah jalan. Cucu pahlawan Abdurrahman Baswedan itu, kata dia, tidak diberi kesempatan untuk mencari obat dari masalah pendidikan.

“Karena tidak sampai dua tahun sudah di-reshuffle,” katanya.

Berbicara soal membangun manusia, menurut Indra, membutuhkan waktu. Dia membandingkan kualitas kepemimpinan di Indonesia yang terlihat ingin dipilih lagi dengan menelurkan kebijakan monumental seperti jalan tol, kereta cepat, dan bandara.

Secara fisik, kata dia, memang terlihat meski tidak terlihat membangun manusia.

Untuk membangun manusia, menurut Indra, harus bertahap. Dia memberi contoh sejak sekolah dasar sampai lulus membutuhkan waktu empat periode.

Bangsa Indonesia, kata dia, membutuhkan pemimimpin yang bukan memikirkan ingin terpilih lagi.

“Tapi memikirkan bagaimana memang anak-anak itu butuh dicerdaskan. Jadi tidak memikirkan legacy diri sendiri. Dan itu saya melihat ada pada sosok Anies Baswedan,” ujar dia.

Indra menilai masalah utama pendidikan di Indonesia saat ini bertentangan dengan cita-cita para pendiri bangsa.

Dia mengatakan apabila mengacu pada UUD 1945, harusnya tugas pemerintah adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Faktanya bangsa ini malah menjadi salah satu bangsa yang kualitas pendidikannya terburuk di dunia,” ujarnya.

Dia memberi contoh dari hasil tes PISA yang mengukur kualitas pendidikan negara-negara di dunia. Indonesia kata dia berada di posisi enam terbawah.

Hal itu dibuktikan dari kemampuan membaca, matematika, dan sains kita sangat lemah.

Efeknya kata Indra Indonesia disebut sebagai salah satu bangsa yang paling tidak bisa membedakan mana fakta mana opini akibat tidak memiliki referensi.

“Makanya bingung bedanya asal sulfat dengan asam folat. Itu contoh saja ketidakmampuan kita dalam mencari referensi. Itu parahnya di situ,” ujar Indra.

Indra menjelaskan jika ingin diurut masalahnya pemerintah sudah salah dalam mengelola pendidikan. Orang Indonesia kata dia ketika ditanya tentang pendidikan yang muncul di kepala adalah sekolah.

Nilai, ijazah, gelar, menurut Indra adalah cara pandang pendidikan saat ini.

Padahal bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara mengatakan pendidikan harus seimbang di tiga pusat yaitu rumah, pergerakan pemuda sebagai pusat pendidikan, dan perguruan atau sekolah.

Indra mengatakan Indonesia bisa membandingkan dalam soal pendidikan dengan Finlandia. Di negara tersebut menurutnya jam belajar sekolah hanya berlangsung tiga hingga empat jam.

“Mata pelajaran di sana cuma delapan, kita 18 belas. Anak sekolah dari pagi sampai sore pulang sekolah ikut bimbingan belajar. Dari data PISA, anak Indonesia mempunyai pekerjaan rumah paling banyak. Mereka mengerjakan dua jam rata-rata tiap hari,” tuturnya.

Indra menjelaskan bahwa kita tidak pernah berupaya bagaimana cara orang tua mendidik anaknya sendiri di rumah.

Orang tua di Indonesia katanya lebih banyak menyerahkan ke orang lain dalam hal pendidikan anaknya.

Alasannya tidak punya kepercayaan diri karena pendidikan itu mengerjakan sinus tangen atau sekolah.

Padahal pendidikan itu ujar dia bicara tentang kesehatan, kebersihan, etika, dialog, beragama. Hal Itu katanya dimulai dari rumah.

Anies dalam hal ini kata Indra adalah satu-satunya menteri pendidikan yang membangun Direktorat Pendidikan Orang Tua di Kementerian Pendidkan.

“Sekarang sudah dihapus lagi. Beliau (Anies) sudah tahu penyakitnya. Beliau banyak dicemoooh ketika menggulirkan program pertama hari sekolah mengantar anak,” ujar dia.

Anies, menurut Indra, melihat penyakit utama dalam dunia pendidikan adalah orang tua itu tidak menjadi bagian dari proses pendidikan yang harusnya yang pertama dan utama.

“Kita mau pergi ke negara manapun itu semua dimulai dari rumah. Jadi jangan bilang orang tua sibuk. Ada proses yang sederhana. Contohnya orang Amerika dari zaman bayi di perut sudah dibacakan cerita sampai dia lahir,” katanya. (jpnn)


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : JPNN.com

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler