Anies-Sandi Diminta Fokus Atasi Kesenjangan Ekonomi

Minggu, 15 Oktober 2017 – 10:28 WIB
Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketimpangan ekonomi yang masih tinggi di ibu kota menjadi tantangan besar buat gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Anies dan Sandi juga diminta merealisasikan janji kampanye yang tertuang melalui program One Kecamatan, One Centre for Entrepreneurship (OK OCE). 
 
"OK OCE ini merupakan ikhtiar dari pasangan ini untuk melahirkan 200 ribu pengusaha baru. Caranya dengan membangun 44 Pos Pengembangan Kewirausahaan Warga di setiap kecamatan. Program ini dapat diikuti seluruh warga Jakarta, termasuk pekerja harian lepas provinsi. Inilah yang harusnya mulai mereka realisasikan," kata William Henley, pemerhati ekonomi dari Indosterling Capital, di Jakarta, Minggu (15/10). 

BACA JUGA: Fahri Hamzah Minta Anies Obati Luka Warga Jakarta

William meyakini jumlah peserta OK OCE ini dapat meningkat selepas pelantikan keduanya di Istana Negara, Senin (16/10).

Merujuk pada data di website jakartamajubersama.com milik Anies-Sandi, peserta OK OCE hingga kini sudah hampir mencapai 12 ribu orang.  

"Jika kita menyimak langkah-langkah melalui OK OCE, maka tambahan pelaku usaha UMKM baru bisa terwujud," ujar William. 

BACA JUGA: AM Fatwa: Anies Baswedan, Sosok Tegas Berhati Lembut

William menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Jakarta (year on year) pada kuartal kedua lalu mencapai 5,96 persen.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan ekonomi nasional yang hanya tumbuh 5,01 persen sampai dengan semester pertana 2017.

BACA JUGA: Ini Alasan Anies Enggan Beber Program 100 Hari

Namun, kata dia, tingkat ketimpangan pendapatan yang diukur dengan rasio gini hingga Maret 2017 sebesar 0,41.

Angka ini meningkat 0,01 poin jika dibandingkan dengan rasio gini pada September 2016 sebesar 0,40.

Data BPS juga memperlihatkan bahwa rasio gini Jakarta ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, yaitu 0,393.

"Artinya dengan semakin tinggi rasio, maka semakin besar ketimpangan antara masyarakat," jelas William.

Permasalahan lain yang tidak kalah penting berkaitan dengan ketersediaan lapangan kerja.

Sampai dengan Februari 2017, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jakarta mencapai 5,36 persen dari jumlah angkatan kerja sebanyak 5,461 juta orang.

TPT Jakarta sedikit lebih tinggi dibandingkan TPT secara nasional, yaitu 5,33 persen.

Fakta lain adalah rasio penempatan kerja di Jakarta hanya 20,05 persen.

"Semua ini menjadi sebuah bukti sulitnya mendapatkan lapangan kerja. Sementara tingkat partisipasi kerja pun hanya 68,7 persen," imbuh William.

Semua permasalahan itu, kata William, menjadi tantangan yang harus dientaskan dalam waktu lima tahun ke depan.

"Saya yakin dengan menggerakkan potensi kewirausahaan bisa menjadi salah satu solusi untuk merespons semua permasalahan ekonomi yang sampai kini masih menjadi persoalan di Jakarta," kata pria yang akrab disapa William Botax ini. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Bilang Pencitraan Lihat Gubernur Anies Pakai Motor


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler