Anies Sebut Pemprov DKI Terus Mencari Tanda-Tanda Kemunculan Gelombang Ketiga

Rabu, 22 September 2021 – 23:23 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta proaktif mendeteksi dini dalam mengantisipasi gelombang tiga COVID-19 yang diprediksi bisa terjadi pada Desember 2021.

Menurut Anies, deteksi dini tersebut terkait dengan pengalaman Jakarta menghadapi gelombang pertama dan kedua COVID-19.

BACA JUGA: Berita Terkini dari PSI Soal Interpelasi Gubernur Anies Baswedan

"Karenanya sistem deteksi dini itu diaktifkan terus sampai sekarang belum diturunkan," kata Anies di Kawasan Monas, Jakarta, Rabu (22/9).

Kegiatan deteksi dini tersebut, kata Anies Baswedan, antara lain pengujian sampel yang tetap dengan standar tinggi, yakni 8,4 kali lipat lebih tinggi dari standar WHO, kemudian kegiatan pelacakan (tracing) yang juga tinggi.

BACA JUGA: Politikus NasDem Ini Curiga Mas Giring Tengah Mengampanyekan Anies Baswedan

"Jadi walaupun positivity rate kita telah di angka 0,7 tetapi kegiatan testing tidak direndahkan tetap tinggi, sehingga bisa mendeteksi bila terlihat kasus mulai menunjukkan tren peningkatan kita bisa langsung waspada," tutur Anies.

Kendati demiikian, Anies meminta seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga protokol kesehatan dan memastikan keluarga serta kolega untuk ikut vaksinasi.

BACA JUGA: Ferdinand Sarankan Anies Baswedan Minta Maaf Soal Program Rumah DP Nol Persen

"Karena kuncinya dari lingkungan sendiri," ucap dia.

Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengingatkan pentingnya belajar dari pengalaman untuk mencegah potensi lonjakan ketiga di Indonesia.

"Indonesia saat ini telah mengalami dua kali lonjakan yang terjadi pada Januari dan Juli 2021," kata Wiku Adisasmito melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.

Wiku mengatakan saat ini dunia tengah mengalami gelombang ketiga sehingga perlu diwaspadai Indonesia dengan mempelajari pola kenaikan kasus di dalam negeri yang cenderung lebih lambat dari kenaikan kasus dunia.

"Pada pola gelombang kedua di mana terdapat jeda tiga bulan, perlu kita antisipasi mengingat dalam tiga bulan ke depan ini kita akan memasuki periode libur Natal dan Tahun Baru 2022," katanya.

Wiku mengatakan lonjakan kasus di Indonesia pada Juli 2021 lebih disebabkan faktor internal dan bukan karena naiknya kasus global ataupun datang dari negara-negara lain.

Beberapa faktor internal penyebab kenaikan kasus dan penyebaran virus adalah meningkatnya mobilitas dalam negeri, dan aktivitas sosial masyarakat yang terjadi bersamaan dengan periode mudik Idul Fitri dan sikap abai masyarakat terhadap protokol kesehatan. (ant/dil/jpnn)

 

Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler