jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Nusron Wahid membantah pernyataan capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang menyebutkan Prabowo tidak tahan jadi oposisi.
Menurutnya, Prabowo memutuskan untuk tidak menjadi oposisi karena itu adalah bentuk panggilan negara.
BACA JUGA: Debat Capres, Anies Blak-blakan soal Fenomena Ordal, Prabowo Menunduk
"Pak Prabowo masuk ke pemerintahan bukan karena tidak tahan oposisi, apalagi karena selama oposisi tidak bisa berbisnis. Namun, karena panggilan bangsa dan sejarah," kata Nusron, Rabu (13/12).
Nusron menuturkan langkah Prabowo untuk bergabung dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah bentuk untuk mengatasi keterbelahan di masyarakat pada Pilpres 2019 yang saat itu terjadi gesekan yang cukup kuat di akar rumput.
BACA JUGA: Pengamat: Prabowo Tampil Lebih Luwes dan Jenaka, Kuasai Panggung Debat Capres 2024
Dia menyebutkan hal itu dilakukan untuk mengatasi masalah bangsa akibat keterbelahan yang menganga pascaPilpres 2019.
"Prabowo menjadi bagian dari aktor negara dan sejarah. Karena kebutuhan untuk Negara tidak boleh pecah dan terbelah. Sehingga dibutuhkan jiwa besar Pak Prabowo untuk bersedia bergabung dalam pemerintahan Jokowi. Ini adalah bentuk rekonsiliasi nasional," lanjutnya.
BACA JUGA: Yusril Ungkap Prabowo Bakal Bentuk Badan Baru di Bidang Hukum
Dia pun menegaskan bahwa langkah bergabungnya Prabowo ke pemerintahan bukan bentuk pragmatisme atau hanya mencari keuntungan semata.
"Ini bukan langkah pragmatis akibat tidak tahan menjadi oposisi. Namun, demi persatuan dan kesatuan Indonesia dan masa depan demokrasi di Indonesia," terang Nusron.
Lebih lanjut, Politikus Partai Golkar itu menjelaskan dengan bergabungnya Prabowo ke pemerintahan telah terbukti situasi menjadi adem dan optimal.
Menurutnya, hal itu merupakan sebuah jiwa besar yang dimiliki oleh Prabowo meskipun kalah dalam kontestasi Pilpres 2019, tetapi bersedia bergabung dengan pemerintahan Jokowi.
Dia juga menjelaskan hal itu sangat jarang dimiliki oleh pemimpin lain di Indonesia.
"Sementara, setiap pemilihan kepala desa saja, yang kalah biasanya musuhan. Sampai tidak mau omong-omongan bertahun tahun. Namun, ini Pak Prabowo tidak sama sekali. Berangkulan dengan Pak Jokowi dan membangun pemerintahan bersama," tutur dia.
Dia menegaskan bergabungnya Prabowo ke koalisi pemerintahan sebagai bentuk jiwa besarnya untuk Indonesia, karena hal itu yang menikmati adalah rakyat, bukan pribadi.
"Itu lah jiwa besar demi kesatuan Indonesia. Bukan pragmatis dan tidak tahan oposisi. Yang menikmati bukan Prabowo dan Jokowi. Namun, rakyat dan bangsa Indonesia," pungkas Nusron.(mcr8/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Kenny Kurnia Putra