jpnn.com, JAKARTA - Kematian seekor anjing bernama Canon di kawasan wisata halal Pulau Panjang, Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil menjadi sorotan beberapa hari terakhir ini.
Para pecinta hewan dan kalangan artis pun memprotes cara Satpol PP mengevakuasi anjing tersebut yang diduga dengan cara menyiksa.
BACA JUGA: Kabar Terbaru Soal Mediasi Luhut Binsar dengan Haris Azhar dan Fatia, Semoga
Dalam video yang diunggah melalui akun Instagram @rosayeoh, petugas Satpol PP Aceh Singkil terlihat mengarahkan kayu dengan ujung yang bercabang untuk menundukkan anjing itu.
Direktur Hakasasi.id Haris Azhar pun turut menyuarakan protesnya.
BACA JUGA: Lihat Penampilan Haris Azhar di Polda Metro Jaya, Silakan Fokus ke Masker
Hakasasi.id adalah sebuah inisiatif besutan Haris Azhar yang mengedepankan riset dan data untuk menangani berbagai hal tentang hak asasi manusia dan hewan.
Meski pihak Satpol PP dan pemerintah setempat mencoba mengklarifikasi dengan pelbagai alasan, Haris menilai cara evakuasi hingga menyebabkan kematian anjing Canon tidak dapat dibenarkan.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Penampilan Hariz Azhar Tak Biasa, Kapolri Geram, Kompol Beddy Merasa Khawatir
"Jika benar disiksa maka semua oknum pelaku dan pihak yang bertanggung jawab harus diseret ke jalur hukum. Apapun alasannya, yang namanya kekerasan terhadap hewan tidak bisa dibenarkan!" kata Haris di Jakarta, Senin (25/10).
Menurut Haris, wisata halal itu satu konsep yang boleh dibangun, asal prinsipnya tidak boleh menciderai makhluk hidup yang telah terlebih dahulu berada di tempat itu.
Karena yang dikatakan halal itu, lanjut Haris, mengikuti konsep Islam.
"Dan dalam Islam juga dalam fikihnya juga diatur bagaimana berperilaku yang baik dengan sesama makhluk Allah. Jadi menurut saya, dalam pembangunan wisata halal, jangankan menyiksa anjing dan membunuhnya, mengusir anjing saja juga enggak boleh. Apalagi sampai memperlakukan buruk makhluk hidup atau hewan peliharaan seperti anjing," ujarnya.
"Jadi menurut saya yang dilakukan satpol PP di Singkil itu kejahatan keji, harusnya orangnya diperiksa dan dihukum, yang memberikan perintah harus diperiksa karena ia harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah diperintahkan. Ini sebetulnya preseden buruk, jelek, dan jahat sekali. Saya bahkan hampir tidak percaya hal ini terjadi di Indonesia."
Berkaca dari kasus anjing Canon, Haris mengatakan bahwa artinya ini menunjukkan pemerintah setempat tidak siap mengembangkan pariwisata di Indonesia.
"Orang mau mengatasnamakan Islam, tapi nggak paham bahwa Islam itu menjaga kehidupan, bukan hanya manusia tapi juga semua yang hidup dan bernyawa, binatang, dan juga tumbuh-tumbuhan. Jadi ketika Nabi Nuh membuat kapal, dia bawa semua binatang berpasang-pasangan termasuk anjing, untuk apa dan mengapa harus binatang yang dibawa? Agar bisa berkembangbiak dan agar manusia belajar daripadanya," ujarnya.
Jadi, kata Haris, kalau wisata halal itu identik dengan Islam maka apa yang dilakukan Kementrian Pariwisata dan Pemerintah Daerah Singkil adalah salah.
Memang Islam mengakui keindahan alam.
"Namun harus benar-benar ditata konsepnya sedemikian rupa, jangan sampai ada pendapat kalau mau lihat Tuhan maka lihatlah keindahan alam. Kan salah kaprah itu. Yang kedua, harus diatur juga cara pembangunannya jangan sampai ada yang terluka baik sengaja ataupun tidak. Ingat, segala sesuatu itu bisa saja mengandung hal yang tak disukai Tuhan, jadi tidak identik pada anjingnya, anjing itu kan yang dilarang adalah air liurnya tergolong najis. Ada hal-hal yang dilarang, tapi tidak semua hal tentang anjing itu dilarang," tegasnya.
Haris pun mengaku khawatir, kejadian ini muncul karena para pemangku jabatan malas untuk menambah literasi. Kemalasan para pejabat daerah untuk menyusun aturan tentang perilaku, ketidakpahaman pejabat dan orang-orang di sana seolah membenarkan perilaku tindakan kejam terhadap anjing.
"Turki itu contoh aja, banyak tempat yang sudah mencontohkan hal yang baik. Lihat saja Eropa Utara, walaupun bukan negara syariah, bukan negara Islam, tapi dari berbagai survei mereka itu disebut negara paling Islam yang senantiasa menegakkan nilai-nilai Islam. Ya, tidak ada yang seperti masyarakat kita dengan cerita buruk tentang Anjing."
Kematian Canon pun dinilai Haris sebagai tamparan bagi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
"Kejadian ini, tamparan telak buat menteri. Hasil riset hakasasi.id menyebutkan di banyak tempat lokasi pariwisata unggulan di Indonesia ternyata sangat tidak bersahabat dengan lingkungan termasuk hewan, saya menganggap Menteri pariwisata hanya berpikir tentang uang sehingga hal-hal seperi ini tentu terlewatkan," jelasnya.
Terkait rencana protes turis asing yang memboikot wisata halal paska kematian Canon, Haris menyebut protes tersebut bukan pada anjingnya, tapi lebih kepada karakter aparatur negara di pulau tersebut jelek dan mereka khawatir soal itu.
"Itu dia, Menteri Pariwisata lupa bahwa turis asing sangat menghargai hak hidup hewan, jadi jika hal tersebut akan berbuah penolakan dari luar negeri, ya solusinya harus segera dilakukan pembenanahan. Percuma gembar-gembor bangkitan pariwisata karena pandemi, bila ada perilaku keji yang dilakukan oknum Satpol PP seperti itu. Ingat, jika pada hewan saja perilakunya sudah kejam, pasti dengan manusia lainnya juga begitu," pungkasnya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil