Anjuran dr Astried untuk Penderita Diabetes saat Puasa

Selasa, 30 Mei 2017 – 00:59 WIB
RUTIN KONSULTASI: Agar tak menimbulkan komplikasi, dr Astried Indrasari SpPD FINASIM meminta penderita diabetes rutin konsultasi selama berpuasa. FOTO: DOKUMEN PRIBADI UNTUK KALTIM POST

jpnn.com - Beragam menu makanan seakan menggoda ketika sahur dan berbuka puasa. Namun berhati-hatilah. Apalagi bila Anda mengidap penyakit seperti diabetes melitus (DM).

ROESITA IKA WINARTI, Samarinda

BACA JUGA: Mau Bertindak Kriminal di Jakpus? Siap-Siap Saja Dibekuk Tim Khusus

Dijelaskan dr Astried Indrasari SpPD FINASIM, penderita diabetes sebaiknya berkonsultasi apakah aman untuk berpuasa? “Boleh berpuasa asal kadar gula dalam darah stabil,” ucapnya.

Dia menyebut, bagi penderita diabetes, puasa tak hanya mengubah waktu makan. Pasien diabetes perlu konsultasi soal perubahan dosis atau cara minum obat saat puasa. Jadi dokter perlu melakukan observasi menyeluruh.

BACA JUGA: Berhijab Ucapkan Selamat Berpuasa, Nikita Mirzani Malah Dihujat

Perempuan berjilbab itu mengatakan, tidak semua penderita diabetes bisa berpuasa. Larangan, ucapnya, ditujukan bagi pasien diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang mengalami komplikasi akut. Seperti hipoglikemia atau koma asidosis diabetikum.

“Selain itu, pasien yang bergantung pada pemakaian insulin disarankan tak berpuasa. Sebab pengurangan dosis insulin akan berpengaruh pada kadar gula darah," jelas Astried.

BACA JUGA: Selama Puasa, Lokalisasi Ini Tetap Diperbolehkan Operasi, tapi...

Bila pasien tetap memaksakan diri, tuturnya, namun kondisi tubuh tak memungkinkan, maka ancaman komplikasi serius yang mengancam nyawa siap mengintai.

Sebagai contoh, kata Astried, bila pasien diabetes memiliki komplikasi ginjal.

Berpuasa bisa menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kelainan ginjal lebih serius. “Minggu pertama puasa adalah critical time bagi pasien. Sebab pola makan berganti. Jika boleh berpuasa, sebaiknya tetap lakukan kontrol minimal satu kali selama Ramadan," ujarnya.

Meski tak berpuasa, bukan berarti penderita diabetes bisa menyantap segala sajian makanan. Menurut dokter berjilbab itu, tidak ada tawar-menawar dalam diet diabetes.

Penderita harus benar-benar menjauhi makanan manis. Jenis makanan ini memang banyak “bertebaran” terutama saat berbuka puasa.

Jika melanggarnya, sederet komplikasi penyakit bakal muncul. Mulai rasa lemas, lesu, gangguan kardiovaskuler hingga luka yang sukar sembuh.

Untuk meminimalisasi, penderita harus mengonsumsi makanan yang tergolong karbohidrat kompleks. Pengubahan zat ini menjadi gula akan perlahan dan berangsur.

Sehingga tidak menyebabkan lonjakan drastis gula darah. Zat ini ada di buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Berbeda dengan karbohidrat sederhana yang mengubah gula secara cepat dan menyebabkan lonjakan drastis kadar gula darah.

Biasanya, karbohidrat sederhana berasal dari makanan manis yang merupakan olahan dari gula pasir. Makanan gurih lebih direkomendasikan. Namun, jika mengandung banyak kalori dan minyak, maka lebih baik dihindari.

“Mengganti gula biasa dengan gula jagung bisa menjadi salah satu cara. Intinya harus mengatur jadwal, jumlah, dan jenis,” kata Astried.

Diabetes tergolong penyakit metabolik. Penyakit ini disebabkan kadar gula darah yang terlampau tinggi dalam jangka lama.

Nah, tingginya kadar gula darah disebabkan produksi insulin yang tidak cukup atau insulin yang tak bisa bekerja optimal.

Terlalu lama kadar gula darah tinggi, menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang berisiko menyebabkan gangguan organ-organ tubuh lain yang notabene dialiri darah.

Diketahui, diabetes melitus (DM) ada dua tipe. Tipe satu dan tipe dua. Diabetes tipe satu ini disebabkan pankreas yang tidak bisa menghasilkan insulin. Sehingga penderita banyak bergantung pada suntik insulin untuk pasokannya.

Penyebab diabetes ini bermacam-macam, bisa karena reaksi autoimun yang menyerang produsen insulin atau virus.

Sedangkan, diabetes tipe dua adalah jenis yang paling sering diderita. Penyebabnya adalah gaya hidup tidak sehat.

“Karena terlalu banyak zat gula yang dikonsumsi. Suka makanan dan minuman manis cepat saji,” imbuhnya, seperti diberitakan Kaltim Post (Jawa Pos Group).

Diabetes tidak bisa sembuh selamanya. Hanya, bisa dikontrol. Otomatis, sekali didiagnosis menderita diabetes, seseorang wajib menjaga kadar gula darahnya. Peran keluarga sangat menentukan.

Keluarga penderita diabetes harus mendukung diet yang dilakukan penderita. Sebab, tak sedikit penderita yang gagal dalam diet karena tergoda makanan manis yang dikonsumsi keluarganya.

Mengingat lebih dari 70 persen penderita diabetes di Kaltim tidak menyadari sejak awal kalau mereka mengidap penyakit yang dikenal sebagai pembunuh senyap ini.

Kondisi ketidaktahuan terus-menerus inilah yang banyak membuat penderita mengalami komplikasi dengan pelbagai kerusakan organ vital. Seperti ginjal dan jantung.

Merujuk data Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim, tahun lalu, penderita kasus lama diabetes alias kencing manis untuk laki-laki ada 13.564 orang. Perempuan ada 25.522 orang.

Adapun kasus baru diabetes pada tahun ini, laki-laki 3.974 orang dan perempuan 7.269 orang. Sepanjang kurun 2015, diabetes sudah “membunuh” 519 orang.

Yakni, 194 laki-laki dan 325 perempuan. Tiap tahun, penderita diabetes terus meningkat, itu pun baru 30 persen dari total penderita yang terdiagnosis oleh rumah sakit.

Tingginya kasus diabetes, khususnya tipe dua di Kaltim dipengaruhi pola hidup yang tidak sehat.

Masyarakat banyak mengonsumsi gula, khususnya makanan tinggi karbohidrat, malas berolahraga, dan jarang makan sayur. (riz/k18)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warung Makan Diizinkan Buka Siang Hari


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Ramadan   diabetes  

Terpopuler