"Jika cuacanya normal, bulan September ini sudah musim kemarau
BACA JUGA: Wanita dan Anak Rentan Terkena HIV
Tetapi kenyataannya masih sering turun hujan deras," kata seorang petani setempat di Desa Siwungkuk, Kecamatan Larangan, Subagyo, Sabtu (25/9) kemarin.Menurutnya, akibat cuaca yang tak menentu itu, hasil panen bawang merah yang biasanya mencapai rata-rata 15 ton per hektar, kini produktivitasnya hanya bisa mencapai rata-rata 10 ton per hektar
Subagyo pun mengatakan, jumlah kerugian yang dialaminya berkisar Rp 800 juta
BACA JUGA: Semburan Baru Muncul di Sidoharjo
Sebab, katanya pula, hasil panenan bawang akhirnya tidak bisa menutupi biaya operasional dan perawatan tanamanBACA JUGA: Sepi, Pedagang Pasar Kranggot Tolak Bayar Sewa
Tapi sekarang hasil penjualan sekitar Rp 75 juta sajaPadahal, mayoritas petani mendapatkan modal itu melalui pinjaman kepada bank," ungkapnya.Keadaan serupa juga dialami Fahmi, petani di Desa Jagalempeni, Kecamatan Wanasari, Kabupaten BrebesKarena hujan yang terus-menerus dan pasokan angin yang kurang, bobot hasil panen bawang merahnya pun berkurang tajam"Seharusnya sekarang sudah melewati musim hujan dan angin kumbang cukup," keluh Fahmi.
Sementara, tak hanya merugikan petani bawang merah, anomali cuaca juga dilaporkan telah membuat sejumlah komoditas lain seperti cabai, tomat, dan padi, ikut rusak"Tapi, kerusakan yang terbanyak adalah (untuk) bawang merahBrebes sendiri dikenal sebagai penghasil bawang merah," ujar Fahmi pula(cw1/ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Babi Berbulu Harimau Hilang dari Kandang
Redaktur : Tim Redaksi