Antara Bung Karno, Ende, dan Pancasila

Jumat, 01 Juni 2018 – 04:11 WIB
Festival Parade Pesona Kebangsaan dalam rangka Hari Lahir Pancasila 1 Juni. Foto: Ken Girsang/JPNN.com

jpnn.com - Rangkaian Festival Parade Pesona Kebangsaan menyongsong Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2018 digelar Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak Kamis (31/5) hingga Jumat (1/6).

Ken Girsang, Ende NTT

BACA JUGA: 73 Tahun Pancasila, PT Pos Rilis Prangko Tjamkan Pantja Sila

Ribuan masyarakat Ende tumpah ruah di jalan sejak Kamis pagi. Mereka begitu antusias menunggu kedatangan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Ende.

Keriuhan semakin menjadi tatkala KRI Teluk Ende bersandar di pelabuhan. Dua buah patung menyerupai "Burung Garuda" dibawa turun dari atas kapal.

BACA JUGA: Pesona Emilia Pikat Warga Ende untuk Menangkan Paket Marhaen

Lambang negara berukuran raksasa sekitar dua meter itu kemudian dipanggul enam orang mengenakan pakaian adat khas Ende berkeliling kota. Menyusuri sejumlah ruas jalan menuju rumah pengasingan Bung Karno yang terletak di Jalan Perwira.

Selama prosesi, ribuan masyarakat ikut bergabung. Sementara di bagian depan, marching band dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPD) membuka jalan.

BACA JUGA: Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni Kurang Greget

Setiba di Jalan Perwira, seorang pemuda yang tampak mengenakan pakaian keseharian Bung Karno menyambut lambang negara tersebut. Tak berapa lama, arak-arakan dilanjutkan menuju Taman Rendo, yang terletak di antara ruas Jalan M Hatta dan Jalan Kesehatan.

Taman ini dulunya sering dikunjungi Bung Karno selama empat tahun diasingkan di Ende. Berjarak sekitar 700 meter dari rumah pengasingan, persis di samping Lapangan Pancasila.

Di dalam taman terdapat sebuah Pohon Sukun. Tepat di bawah rindangnya pohon itu, Bung Karno disebut sering berkontemplasi. Di sinilah ia menemukan inspirasi mencetuskan Pancasila sebagai lambang negara.

Inspirasi itu disampaikan Bung Karno dalam pidatonya pada rapat besar Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), 1 Juni 1945 lalu.

Sesampainya di depan Pohon Sukun, "Lambang Negara" yang diarak kemudian disemayamkan. Seluruh prosesi berlangsung sekitar empat jam. Namun rangkaian Festival Parade Pesona Kebangsaan belum selesai.

Kegiatan dilanjutkan dengan berbagai atraksi budaya Nusantara pada Kamis malam. Di antaranya tarian tor-tor dari Tanah Batak. Sejumlah mahasiswa juga menghadirkan aksi teaterikal yang mengangkat pentingnya generasi muda meneruskan semangat Pancasila yang dilahirkan Bung Karno.

Rangkaian acara sepanjang Kamis kemudian ditutup dengan renungan kebangsaan persis Pukul 12 malam WITA. Untuk kemudian akan dilanjutkan kembali pada Jumat pagi. Diisi dengan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila. Rencananya Mendagri Tjahjo Kumolo akan bertindak sebagai inspektur upacara.

Ditemui di sela-sela rangkaian acara bertajuk "Pancasila Rumah Kita, Dari Ende Untuk Indonesia", Tjahjo mengatakan, Festival Parade Pesona Kebangsaan sangat baik digelar. Tujuannya untuk memberi inspirasi pada seluruh rakyat Indonesia.

"Juni itu menjadi bulan Bung Karno. Setidaknya untuk mengambil inspirasi, impian dan imajinasi Bung Karno, seorang tokoh nasional yang oleh Belanda dibuang ke Ende. Ternyata ada api semangat dari Ende yang akhirnya Bung Karno mampu menggali dan menjabarkan Pancasila itu," ucapnya.

Mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan secara pribadi juga mengemukakan kekagumannya dengan prinsip-prinsip Pancasila yang dijalankan masyarakat Ende sejak ratusan tahun lalu.

"Di bawah Pohon Sukun Proklamator merenung tentang Nusantara, bukan menggali Endenya, tapi Ende bagian dari inspirasi secara nasional. Di Ende ini antara agama sudah saling membaur," katanya.

Bung Karno diketahui diasingkan Belanda ke rumah tahanan yang terletak di Kampung Ambugaga, Ende, 14 Januari 1934 lalu. Bersamanya ikut diasingkan Inggit Garnasih (istri), Ibu Amsi (mertua) dan Ratna Djuami (anak angkat).***


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler