jpnn.com - Humza Yousaf mencatat sejarah baru di dunia sebagai Muslim pertama yang menjadi pemimpin negara Barat. Yousaf terpilih menjadi perdana menteri (PM) Skotlandia dalam pemilihan yang digelar pada Selasa (28/3).
Pria 37 tahun itu adalah Muslim pertama yang memimpin partai terbesar di Skotlandia. Yousaf juga merupakan tokoh pertama dari etnis minoritas yang memimpin negeri konstituen Britania Raya itu.
BACA JUGA: Humza Yousaf Langsung Jadi Imam Salat di Rumah Dinas PM Skotlandia
Keturunan Pakistan itu lahir di Skotlandia dan menapaki karier politik yang melesat cepat seperti meteor. Yousaf menjadi fenomena diaspora Asia yang menembus elite politik Britania Raya.
Ayah Yousaf berasal dari Pakistan yang berimigrasi ke Skotlandia pada 1960-an, sedangkan ibunya lahir dari keluarga Asia Selatan di Kenya. Karena latar belakang itulah Yousaf kerap berbicara soal pelecehan rasial yang kerap dialaminya.
BACA JUGA: Profil Humza Yousaf, Sosok Muslim Muda Pemimpin Baru Skotlandia
Yousaf dididik di sekolah swasta Hutchesons’ Grammar di Glasgow. Setelah belajar politik di Universitas Glasgow, dia sempat bekerja di pusat panggilan atau call center sebelum akhirnya menjadi asisten anggota parlemen dari Partai Nasional Skotlandia.
Yousaf terpilih sebagai anggota parlemen Skotlandia untuk wilayah Glasgow pada 2011. Setahun kemudian, dia diangkat menjadi menteri luar negeri dan pembangunan internasional.
BACA JUGA: Skotlandia Pilih Muslim Jadi Perdana Menteri, Namanya Humza Yousaf, Berderet Rekornya
Dia lantas menduduki kursi menteri transportasi pada 2016 setelah memenangkan kursi anggota parlemen untuk wilayah Glasgow Pollok. Capaian itu menjadikannya sebagai kandidat pertama dari etnis minoritas yang sukses merebut kursi di Parlemen Skotlandia.
Di Inggris, Rishi Sunak menjadi perdana menteri pertama yang berasal dari keturunan imigran India. Sunak juga termasuk generasi muda dengan usia yang masih 42 tahun.
Dia menjadi perdana menteri alternatif setelah Partai Konservatif gagal mendapatkan pemimpin yang mendapatkan dukungan luas.
Liz Truss yang sebelumnya terpilih sebagai perdana menteri harus mundur setelah memerintah selama 45 hari saja. Truss memecahkan rekor perdana menteri Inggris dengan masa pemerintahan paling pendek.
Sunak muncul sebagai alternatif. Ia ahli keuangan yang sebelumnya pernah menjabat sebagai menteri keuangan.
Krisis keuangan dan ekonomi Inggris mengantar Sunak menjadi perdana menteri. Sunak melengkapi lanskap politik Inggris yang makin banyak memunculkan pemimpin keturunan imigran.
Wali Kota London Sadiq Khan juga menjadi Muslim pertama yang memimpin ibu kota Inggris itu. Kini Sadiq Khan menjabat wali kota London untuk periode kedua.
Munculnya Humza Yousaf sebagai perdana menteri menjadi fenomena menarik. Sebagai negara dengan mayoritas Kristen dan Katolik, Skotlandia ternyata bisa menerima seorang perdana menteri beragama Islam.
Hubungan Skotlandia dan Inggris yang penuh ketegangan historis akan menarik untuk diamati ketika dua imigran menjadi pemimpin di kedua negara itu.
Terdapat sejumlah negara yang menyumbangkan warga negaranya dalam daftar imigran di negara pimpinan Raja Charles III itu. Polandia menempati posisi teratas dengan 696.000 penduduk atau 11,6 persen.
Republik Irlandia dan India menduduki posisi kedua dengan masing-masing 370.000 penduduk atau 6,2 persen.?
Posisi selanjutnya ditempati Romania dan Italia dengan 342.000 atau 5,7 persen. Adapun Portugal menyumbang 268.000 penduduknya atau 4,5 persen.
Beda tipis dari Portugal, ada Spanyol yang menyumbangkan 206.000 penduduk atau 3,4 persen. Selanjutnya, Pakistan dengan 181.000 penduduk atau tiga persen. Jumlah itu tak jauh berbeda dibanding Nigeria dengan 178.000 penduduk.
?Kemunculan Rishi Sunak sempat memunculkan isu rasial karena ada yang mempertanyakan mengapa seorang imigran bisa memegang jabatan politik tertinggi di Inggris. Isu imigrasi memang masih menjadi isu sensitif di Inggris.
Sebagai negara dengan tradisi monarki demokratis paling kuat, Inggris tidak selalu merasa nyaman berhubungan dengan negara-negara tetangganya.
Dunia global yang makin terbuka memaksa negara-negara Eropa untuk bersatu menjadi sebuah union besar bernama Uni Eropa.
Inggris pernah menjadi anggota Uni Eropa. Namun, dalam perjalanannya, Inggris merasa lebih terbebani ketimbang memperoleh manfaat dari Uni Eropa.
Perdebatan di dalam negeri sangat keras mengenai keanggotaan Inggris di Uni Eropa. Hal itu kemudian dipolitisasi dan menjadi isu politik nasional sampai kemudian melahirkan referendum pada 2016.
Dalam referendum itu, kelompok anti-Eropa menang dan akhirnya terjadilah Britain Exit atau Brexit yang berarti Inggris keluar dari Uni Eropa.
Isu semacam Brexit muncul lagi seiring terpilihnya Humza Yousaf. Selama ini gerakan politik untuk memisahkan Skotlandia dari Inggris selalu hidup dan tetap menjadi aspirasi banyak warga di negeri dengan bendera salib diagonal itu.
Skotlandia merupakan bagian dari Britania Raya di bawah kekuasaan Inggris. Negara lain yang menjadi bagian dari Britania Raya ialah Republik Irlandia, Irlandia Utara, Wales, dan Inggris.
Negara-negara itu mempunyai hubungan ’love-hate relations’ atau cinta dan benci yang naik turun dengan Inggris. Di masing-masing negara itu ada partai-partai politik yang ingin memisahkan diri dari Inggris Raya.
Scottish National Party (SNP), partai terbesar di Skotlandia yang menguasai parlemen, mempunyai platform utama untuk memerdekakan diri dari Inggris Raya.
Dengan memegang jabatan perdana menteri, Yousaf memegang kendali SNP dan secara otomatis dia harus menjalankan program utama partai untuk memisahkan diri dari Ingris Raya.
Di sisi lain, Rishi Sunak yang juga keturunan imigran Asia Selatan, harus memegang teguh visi Inggris untuk mempertahankan kesatuan Britania dengan segala daya upaya.
Skotlandia sudah pernah mengadakan referendum untuk memisahkan diri dari Inggris pada 2014. Ketika itu rakyat Skotlandia yang memilih untuk tetap menjadi bagian Britania Raya memenangi referendum dengan perolehan suara 55 persen.
Kendati demikian, aspirasi untuk merdeka tetap hidup di kalangan warga Skotlandia. Di kalangan rakyat Skotlandia selalu hidup kisah heroik pahlawan bernama Willian Wallace yang memimpin perlawanan melawan Inggris pada abad ke-13.
Wallace menunjukkan semangat tidak kenal menyerah dalam perang melawan Inggris. Kisah kepahlawanannya dituangkan dalam film Hollywood berjudul ’The Braveheart’ yang dibintangi oleh Mel Gibson pada 1995.
Sekarang, Humza Yousaf memegang kendali kepemimpinan Skotlandia. Dia akan tetap melanjutkan platform partai untuk memerdekakan Skotlandia dari Inggris.
Akankah Yousaf bisa menjadi The New Braveheart? (****)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi