Antara Puntung Rokok Mahal Rara Mendut dan SPG

Selasa, 17 Mei 2016 – 17:19 WIB
Ilustrai Rara Mendut. FOTO : net

jpnn.com - Salah satu cerita yang berjalan beriringan dengan perjalanan kretek, sebagai bagian dari bangsa adalah kisah si cantik Rara Mendut. Sebagai putri boyongan dari Pati untuk penguasa Mataram, Rara Mendut sebenarnya bisa saja memilih hidup enak bersama Tumenggung Wiraguna. Sebab posisinya sebagai selir bakal memiliki wewenang atas seluruh isi rumah tangga ketumenggungan. Tapi, Rara menolak. Jiwanya ingin bebas, namun tetap tak mau melawan secara frontal.

Berjualan rokok di pasar bersama abdi menjadi pilihannya. Ritual perjalanan Rara Mendut sendiri dari ndalem Ketumenggungan  Wiraguna sampai pasar Prawiromantren selalu jadi pusat perhatian. Apalagi sesaat setelah tiba di pasar dan mulai menggelar dagangannya.

BACA JUGA: Pasukan Polwan Cantik Ini Siap Sikat Video Bokep

Rokok yang dijual Rara Mendut ada dua jenis. Yang pertama, sama dengan kebanyakan penjual lain, yakni lintingan panjang daun jagung yang diikat benang sutra. Nah, jenis kedua inilah yang berbeda dan menjadi daya tarik utama para pembeli. Rokok yang dijual adalah rokok bekas, beberapa bahkan hanya puntungnya saja.

Namun anehnya, rokok jenis kedualah yang laku mahal. ”Mengingat ada bekas bibir dan air liur Rara Mendut yang tertinggal di sana,” tulis G. Budi Subanar dalam buku “Kretek Jawa Gaya Hidup Lintas Budaya”.

BACA JUGA: Ketika Rokok jadi Media Komunikasi dengan Dunia Lain

Menurut Budi yang merupakan seorang pengajar Ilmu Religi dan Budaya di Universitas Sanata Dharma, apa yang dilakukan oleh Rara Mendut adalah dasar dari strategi menggunakan SPG (Sales Promotion Girl) dalam memasarkan rokok.

”Mulai dari gestur tubuh, tata cara pembawaannya, sampai pada tutur katanya. Barangkali ini bisa mengingatkan dengan ritual yang dijalani Rara Mendut waktu itu,” tulis dia.

BACA JUGA: Ekspedisi Langit Nusantara Klimaks di GWK Bali

Hal senada dikatakan oleh Ketua Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) Ismanu Soemiran. Menurutnya, secara sosiokultural, budaya rokok terutama kretek sudah sangat melekat di tengah masyarakat sejak ratusan tahun lalu. ”Bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka, atau ketika kita masih menyebut diri itu sebagai nusantara,” jelasnya. (jpnn/pda)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswi Berjilbab Pamer Payudara, Punya Gangguan Ini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler