JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mulai siap siaga menghadapi aneka potensi bencana tahun ini. BNPB menyebutkan, sudah menyiapkan anggaran sekitar Rp 995 miliar untuk berjaga-jaga menghadapi bencana di tahun naga yang dibuka dengan banjir serentak di sejumlah daerah.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta kemarin (2/1) mengatakan, anggaran tadi diantaranya disiapkan untuk menghadapi bencana geologi. Seperti gempa bumi atau tsunami.
Apalagi, hingga saat ini belum ada teknologi yang cukup akurat untuk memprediksi kapan, dimana, dan seperti apa besarnya magnitude gempa. Sedangkan untuk untuk bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor yang disebabkan curah hujan tinggi, sudah bisa diprediksi BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika).
Selain mempersiapkan anggaran yang super jumbo itu, BNPB juga meminta kepala daerah di lokasi yang rawan gempa untuk waspada. Mereka diimbau agar terus berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). "Intinya kami meminta ditingkatkan kesiap-siagaannya," katanya.
Tugas berat BNPB diawal tahun akan dimulai dengan tingginya intensitas hujan yang mengguyur Indonesia. Sutopo memperkirakan, di Januari ini hujan turun secara merata. "Bulan ini juga menjadi puncak curah hujan. Jadi potensi banjir semakin besar," ungkapnya.
Total ada sepuluh wilayah yang dilanda banjir dalam waktu hampir bersamaan. Yaitu, di Solo, Sragen, Sleman, Kota Yogyakarta, Klaten, Brebes, Nganjuk, Pasuruan, Bungo, dan Banjar. Sutopo mengatakan, banjir yang hampir bersamaan waktunya ini masih akan berpotensi terjadi di sejumlah titik tadi. (selengkapnya lihat grafis)
Selain itu, BNPB juga menghadapi ancaman bencana gunung api meletus. Dia menjelaskan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencanan Geologi terus memantau aktivitas 127 gunung api aktif.
Selama 2011 lalu, BNPB mencatat ada 1598 bencana di seantero Indonesia. Dari sekian kasus bencana tadi, korban tewas dan hilang mencapai 834 orang. Lebih dari 325.361 orang mengungsi. Rumah rusak berat 15 ribu unit, rusak sedang tiga ribu unit, dan rusak ringan 41 ribu unit.
Dari rangkaian bencana ini, benjaga hidrometerologi, seperti banjir, banjir bandang, puting beliung, dan tanah longsor, menduduki posisi atas (75 %). Disusul kemudian bencana gelologi seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus.
"Tahun ini, potensi penyumbang bencana masih diprediksi bencana hidrometeorologi," ucap Sutopo. Perubahan iklim global, degradasi lingkungan, kemiskinan, dan pertambangan penduduk dalam jumlah besar makin memperbesar ancaman resiko bencana hidrometeorologi. (wan/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahun Ini, 100 Persen Tender sudah Sistem Elektronik
Redaktur : Tim Redaksi