Antisipasi Cuaca Buruk, Menko Luhut Ingin Bentuk Tim TMC

Jumat, 06 Januari 2023 – 21:06 WIB
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Panjaitan berniat ingin membentuk tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Ini tujuannya. ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Panjaitan berniat ingin membentuk tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengantisipasi kondisi cuaca tahun 2023.

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tahun ini akan ada potensi kemarau lebih kering dibanding tahun 2022.

BACA JUGA: Menko Luhut: Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia Sangat Pesat

Selain itu, ada kemungkinan kehadiran variabilitas iklim EL Nino lemah di akhir 2023.

Dia mengatakan dengan adanya tim tersebut bisa mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan, serta dalam rangka pengisian air di waduk-waduk guna menjamin ketersediaan air.

BACA JUGA: Kemnaker Buka Pemagangan Dalam Negeri, Menko Luhut Panjaitan Mengapresiasi

Instruksi Menko Marvest ditindak-lanjuti dengan Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) di BMKG-Jakarta, dipimpin Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada Kamis (5/1).

Acara rapat itu dihadiri oleh Deputi Menko Marves Nani Hendiarti, para Deputi BMKG, Mantan Menko Kemaritiman, Indroyono Soesilo, Tim TMC, dan Tim Industri Jasa TMC di Indonesia.

BACA JUGA: Menko Luhut Kumpulkan 100 Cukong, Ini Deretan Proyek Besar yang Ditawarkannya

Nani Hendiarti menegaskan pelaksanaan TMC diberbagai wilayah dalam beberapa tahun terakhir sukses diterapkan, termasuk dalam KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022 lalu.

"Kami mendorong pemerintah untuk memperkuat TMC baik dari segi teknologi, sumberdaya maupun kelembagaannya," kata Nanri Hendiarti dalam siaran persnya, Jumat (6/1).

Sementara itu, Pakar TMC Tri Handoko Seto memaparkan kegiatan TMC di Indonesia pada 3 tahun terakhir jumlahnya meningkat pesat setiap tahunnya.

Terutama pengisian air di waduk-waduk untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta pengurangan densitas hujan diberbagai wilayah. 

Mantan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), yang juga pakar TMC, Asep Karsidi memaparkan perkembangan teknologi TMC yang sudah bergerak maju.

Mereka melakukan penebaran benih semai dari udara menggunakan pesawat besar menuju ke operasi TMC menggunakan teknologi flares yang diangkut pesawat kecil bermesin tunggal.

Namun, memiliki daya lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pesawat besar. 

Disamping itu, tersedia pula teknologi TMC bersifat statis menggunakan flares yang dinyalakan di cerobong, dipasang diwilayah yang hujannya lebat, agar bisa membaurkan awan sehingga bisa mengurangi densitas hujan dan mencegah banjir. 

Operasionalisasi teknologi flares statis telah berlangsung di konsesi-konsesi pertambangan batubara di Kalimantan Timur guna menjamin operasi tambang tidak terganggu hujan yang lebat.

Selain kesiapan pesawat-pesawat TNI-AU untuk operasionalisasi TMC konvensional, saat ini industri jasa TMC di Indonesia telah menyiapkan 14 pesawat bermesin tunggal untuk menerapkan teknologi flares.  (ddy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Karangan Bunga Menko Luhut Hingga Jenderal Andika Penuhi Rumah Duka Menteri Tjahjo


Redaktur & Reporter : Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler