Antisipasi Krisis Tak Sentuh Sektor Riil

Buyback SUN Hanya Bantu Sektor Keuangan

Senin, 26 September 2011 – 08:56 WIB

JAKARTA – Program antisipasi krisis keuangan dunia dinilai masih kurang karena belum menyentuh sektor riilSekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani mengatakan, pemerintah harus segera menyiapkan stimulus fiskal yang langsung ditujukan untuk sektor-sektor produktif.

”Ada potensi terjadinya PHK (pemutusan hubungan kerja) pada pelaku usaha

BACA JUGA: Industri Semen Tumbuh di Atas 10 Persen

Pemerintah harus menyiapkan stimulus fiskal bagi sektor riil,” kata Aviliani, Minggu (25/9)


Dia mengatakan, saat ini langkah yang diambil untuk antisipasi krisis baru menyentuh sektor keuangan seperti buyback surat utang negara (SUN)

BACA JUGA: Coway Optimistis dengan Teknologi Reverse Osmosis

Kata Aviliani, langkah itu hanya bersifat jangka pendek


Aviliani menambahkan, pemerintah belum memiliki langkah konkret untuk mengantisipasi krisis keuangan dunia

BACA JUGA: Dahlan Iskan Ancam Pindah Kantor ke NTT

Dalam waktu dekat, KEN akan memberikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah”Kami akan merekomendasikan agar mendeteksi sektor yang rentan,” kata Aviliani.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut perekonomian dunia tengah memasuki fase bahaya baruFase itu diiringi pelemahanan aktivitas ekonomi global yang semakin merata dan risiko jebloknya kepercayaan masyarakat duniaDalam Laporan World Economic Outlook edisi September 2011, IMF  memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia, untuk tahun ini dan tahun depan.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2011 dan 2012 masing-masing hanya 4 persenProyeksi itu lebih pesimististis jika dibandingkan dengan prediksi sebelumnya yang dirilis pada Juli sebesar 4,3 persen untuk 2011 dan 4,5 persen pada 2012Dana Moneter juga merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 6,4 persen tahun ini dan 6,3 persen pada 2012Proyeksi tersebut mengoreksi prediksi sebelumnya yang memperkirakan ekonomi Indonesia di 2011 dan 2012 bisa tumbuh 6,5 persen.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) AErani Yustika mengatakan, pemerintah masih bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi 6,7 persen tahun depan”Pemerintah jangan terlalu terpengharuhKunci pokoknya sampai seberapa jauh pemerintah bia mendinamisasi ekonomi domestik,” kata EraniDia menambahkan, ekonomi domestik masih memiliki potensi besar untuk digerakkan(sof/c10/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Tomat Rp 300, Petani Menjerit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler