Antisipasi Musim Kemarau, Daerah Diminta Manfaatkan Sumber Air yang Ada

Senin, 12 April 2021 – 21:35 WIB
Ilustrasi - Embung yang dipersiapkan untuk mengatasi kekeringan. Foto: Humas Ditjen PSP Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau dinas terkait di provinsi dan kabupaten/kota memanfaatkan sumber air yang ada. Pasalnya, kekeringan diprediksi mulai terjadi pada Juli 2021.

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi ENSO (El Nino Southern Oscillation) sampai Oktober 2020 adalah netral. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juli, Agustus, September.

BACA JUGA: Penjelasan BMKG soal Awal Musim Kemarau di Jateng

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan sumber air di lahan pertanian sudah dibangun pemerintah, seperti embung, dam parit dan irigasi perpipaan/perpompaan.

"Sumber air ini dibangun memang untuk mengantisipasi kekeringan," kata Mentan SYL, Senin (12/4).

BACA JUGA: Rachman Thaha Sentil Oknum Komisaris Pelni soal Larangan Ceramah, Kalimatnya Tajam

Pihaknya menilai strategi pompanisasi dan pipanisasi yang diterapkan Ditjen PSP sebagai langkah mitigasi kekeringan sudah efektif. Dengan begitu, petani tetap bisa bercocok tanam meskipun terancam kekeringan.

"Pompanisasi dan pipanisasi menurut saya adalah program yang sangat efektif karena bisa menanam dengan hasil tiga kali lipat. Sistem ini juga sangat efisien menghemat anggaran negara," kata Mentan SYL.

BACA JUGA: Bisa Saja Megawati Mengusung Kader Terbaiknya Ini di Pilpres 2024

Sementara itu Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, dam parit dibangun dengan membendung sungai kecil atau parit alami.

Untuk pengembangan dam parit, sungai yang dibendung memiliki debit minimal 5 liter per detik dan dengan luas lahan usaha tani yang dapat diairi minimal 25 hektare.

Tidak hanya itu, agar dampak dam parit bisa lebih besar maka pembangunannya bisa secara bertingkat dari hulu ke hilir dalam satu aliran Daerah Aliran Sungai (DAS) mikro.

"Model pengembangan dam parit bertingkat di DAS hulu sangat ideal untuk dikombinasikan dengan pengelolaan air dan sedimen di waduk atau embung besar," kata Sarwo Edhy.

Contohnya dam parit yang dibangun Poktan Mappabengngae III di Kelurahan Tiroang, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan yang dapat mengairi lahan seluas 75 hektare.

Kemudian di Desa Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang. Dam parit yang dibangun Poktan Maju Karya ini luas layanannya 32 hektare.

Sementara pembangunan embung di Desa Pangadegan, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap dibangun dengan dimensi 18×13×2,5 m3. Embung yang dibangun P3A Usaha Tani Makmur itu mampu melayani areal sawah seluas 31 hektare.

"Dari pembangunan embung dan dam parit ini peningkatan IP yang diharapkan semula 200 menjadi 300," ujar Sarwo.

Namun, dia memperingatkan agar pemeliharaan air sungai dan bangunan air tersebut harus dilakukan.

"Supaya ketika musim kemarau debit air tidak kecil, tetapi musim hujan air meluap. Sebaiknya perawatan, pemeliharaan dan konservasi harus dilakukan dari hulu ke hilir," katanya menyarankan.

Misalnya dengan pengerukan sedimen sungai yang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum musim penghujan datang. Kemudian perawatan rutin seperti membersihkan sampah yang menghalangi aliran air.

"Semuanya bisa dilakukan dengan komitmen bersama di desa setempat,” pungkas Sarwo.

Direktur Irigasi Pertanian Ditjen PSP Kementan Rahmanto menambahkan, pihaknya siap membantu menyediakan infrastruktur yang diperlukan bagi daerah-daerah terdampak kekeringan dengan menyediakan paket bantuan kepada petani.

"Pertama adalah pompanisasi dan pipanisasi. Bantuan tersebut digunakan untuk menarik air dari sumber-sumber yang ada, baik dari sungai maupun mata air,” ujarnya.

Dia juga menyebut, petani serta Dinas Pertanian setempat harus bersinergi mengantisipasi kekeringan ini. Salah satu upayanya adalah pengawalan gilir giring irigasi, penanganan illegal pumping, dan sosialisasi dalam mematuhi jadwal tanam.

Dia mencontohkan, sejumlah daerah yang telah mengikuti program pipanisasi untuk menarik air dari sungai pada musim kemarau yang lalu di antaranya Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal. Intinya, daerah yang terancam kekeringan akan dibantu dengan pompa dan pipa.

"Ini bisa menyelamatkan lahan sawah yang terancam gagal panen. Bila ada daerah lain juga membutuhkan, silakan ajukan permintaannya," ucap Rahmanto.

Kementan juga bisa menyediakan pembangunan embung atau long storage. Program itu diberikan kepada kelompok tani guna menampung air di musim hujan (bank air). Selanjutnya, air akan dialirkan ke sawah bila dibutuhkan.

Hal lain yang bisa dilakukan, kata Rahmanto, membangun sumur dangkal (sumur bor) di lahan-lahan yang mengalami kekeringan.

"Kami akan lakukan koordinasi dan memonitor ketersediaan air waduk dan bendungan. Melakukan penertiban pompa-pompa air ilegal di sepanjang saluran irigasi utama," pungkas Rahmanto. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler