Antisipasi Musim Kemarau, Maskapai ini Pakai Teknologi Modifikasi Cuaca Terbaru

Sabtu, 14 Mei 2022 – 15:25 WIB
Cessna C208 Caravan yang sudah dimodifikasi memakai teknologi modifikasi cuaca (TMC). Foto: Smart Aviation

jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa prakiraan musim kemarau 2022 di Indonesia terjadi pada April hingga Juni, puncaknya pada Agustus.

Adapun spot yang mengalami tingkat kebakaran hutan cukup tinggi berada di Kalimantan dan Sumatera.

BACA JUGA: Mengenal Smart Aviation, Penghuni Baru Hanggar Malinau

Oleh karena itu, teknologi modifikasi cuaca (TMC) menjadi salah satu solusi yang bisa diandalkan untuk mereduksi kerugian akibat bencana yang disebabkan faktor iklim dan cuaca.

"Teknologi modifikasi cuaca untuk memperbanyak dan mempercepat terjadinya hujan. Kami ingin berkontribusi dalam hal tersebut,” tutur Pongky Majaya, CEO Smart Aviation dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (14/5).

BACA JUGA: Smart Aviation Sekolahkan Puluhan Calon Pilot, Sebegini Nilai Investasinya

Saat ini, kata Pongky, Smart Cakrawala Aviation tengah mempersiapkan empat pesawat jenis Cessna C208 Caravan yang sudah dimodifikasi dan bersertifikasi oleh DGCA (Directorate General of Civil Aviation).

TMC berbasis flare merupakan teknik terkini dalam penyemaian awan (cloud seeding) yang pelepasan partikelnya bersifat hygroscopis ke dalam awan dilakukan dengan cara suar atau kembang api (flare).

BACA JUGA: Maskapai Ini Berkomitmen Bantu BNPB dalam Penanggulangan Bencana

Bahan semai yang bersifat hygroscopic dihantarkan ke dalam awan awan konvectif untuk merangsang pertumbuhan awan agar menjadi hujan.

TMC berbasis flare sangat praktis, cepat, dan mudah dalam operasionalnya dibandingkan dengan teknik non-flare atau metode konvensional lainnya yang menggunakan bahan tepung (powder).

Rangkaian hygroscopic-flare dapat diinstal pada rack mounting pesawat terbang dalam hitungan menit dan sudah siap dibawa terbang.

Proses loading flare yang cepat sangat mendukung keberhasilan modifikasi cuaca karena proses penyemaian awan dapat dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat sehingga lebih efektif dan efisien.

Setiap 1 tabung flare berbanding sama dengan 700 kg bahan semai konvensional. Dalam sekali penerbangan jumlah flare yang bisa dioperasikan sebanyak 24 tabung.

Teknologi flare juga lebih ramah lingkungan dikarenakan bahan semai bersifat hygroscopis dapat langsung terserap seluruhnya oleh awan target tanpa ada residu yang akan jatuh kembali ke permukaan bumi.

"Bahan semai yang terpasang di pesawat Cessna Caravan 208 ini cukup efisien dan cukup mudah bongkar-pasangnya. Ini yang pertama di Indonesia," ujar Edi Supriadi, CEO PT Dinamika Aviasi Indonesia, design organization yang sudah tersertifikasi DGCA DOA (Design Organization Approval).

Menurut dia, alat tersebut tidak memiliki interface di pesawat karena punya bentuk yang portabel. "Segi elektrikalnya juga terpisah (menggunakan baterai)," jelasnya.

Pesawat ini sudah melewati serangkaian tes yang meliputi aspek keselamatan pesawat (safety), struktur pesawat, weight and balance dari PT Dinamika Aviasi Indonesia sebelum lepas landas. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler