jpnn.com, JAKARTA - Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal 2019 dan Tahun Baru 2020, harga pangan biasanya mengalami kenaikan di beberapa wilayah. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan permintaan bahan pangan oleh masyarakat pada momen tersebut.
Terkait hal ini, Mentan Syahrul Yasin Limpo menaruh perhatian besar terhadap stok pangan yang tersedia. Khusus beras, tahun ini stok bisa dikatakan cukup. “Kebutuhan Natal dan Tahun Baru saya pastikan aman. Kami juga sudah mengantisipasi dan melakukan validasi data dari kesiapan-kesiapan panen,” papar Mentan SYL dalam keterangan tertulisnya, Kamis (5/12) lalu.
BACA JUGA: Kepala BKP Kementan: Indonesia Butuh Petani Milenial
Mentan juga menyatakan, hingga saat ini stok beras mencapai sekitar 4,7 juta ton yang tersebar di Bulog, penggilingan, pedagang, dan di masyarakat. Diprediksi dalam waktu 4 bulan ke depan akan aman untuk mencukupi kebutuhan beras dalam negeri.
Sementara itu, Kepala BKP Kementan Agung Hendriadi ketika dihubungi di kantornya pada Jumat (6/12) menerangkan pihaknya telah merumuskan langkah aksi stabilisasi pasokan dan harga pangan jelang Natal dan Tahun Baru.
BACA JUGA: BKP Kementan Menggugah Pelajar Cintai Pangan Lokal Melalui Lomba Gambar
"Guna mengantisipasi peningkatan permintaan terhadap pangan khususnya pangan pokok beras jelang Natal 2019 dan Tahun Baru 2020, salah satu aksi yang kita lakukan adalah memperlancar distribusi dan pengadaan pasokan beras dari wilayah surplus ke defisit," kata Agung.
Satu langkah aksi tahap awal ini adalah menggelontorkan 22 ton beras dari Gapoktan PUPM (Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat) Jawa Timur ke TTIC (Toko Tani Indonesia Centre) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerjasama Gapoktan PUPM Jatim dan TTIC Prov. NTT ini akan terus dilanjutkan untuk menjamin pasokan beras di TTIC Prov. NTT.
BACA JUGA: Tenang, Stok Pangan Masih Melimpah Meski Ratusan Hektare Tanaman Padi Gagal Panen
“Langkah ini kami lakukan sebagai upaya Pemerintah dalam memberikan kemudahan bagi masyarakat pangan dengan harga yang wajar sehingga jelang Nataru tahun ini tidak terjadi gejolak harga beras,” ungkap Risfaheri, Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, Badan Ketahanan Pangan.
“Ke depan pembenahan manajemen logistik dalam menggerakkan beras dari wilayah surplus ke wilayah defisit menjadi faktor penting yang harus terus dilakukan agar efisiensi rantai distribusi beras tercapai," tambah Risfaheri.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Gapoktan PUPM Jatim, Budiono menyatakan kesiapannya dalam mendukung langkah pemerintah tersebut. “Gapoktan Jatim siap menyuplai beras ke beberapa wilayah yang membutuhkan beras. Kami memiliki Asosiasi Gapoktan (ASGAP) dengan ketersediaan beras yang bisa membantu wilayah yang mengalami kekurangan beras,” paparnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Yohannes Oktavianus mengungkapkan bahwa kegiatan TTI yang digulirkan oleh Badan Ketahanan Pangan sangat membantu dan cukup dirasakan oleh masyarakat NTT sebagai wilayah konsumen. “Kami akan berkomitmen kuat untuk menjalankan kegiatan ini. TTIC Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berfungsi sebagai _distribution center_ akan menyalurkan beras dari Jatim tersebut ke pedagang beras besar di Kota Kupang seperti Pasar Naikoten dan kabupaten sekitarnya,” sambung Yohannes Oktavianus.
Beras TTI di NTT akan dipasarkan Rp 8.800/kg atau jauh di bawah harga pasar sekitar yang berkisar Rp.10.000 – 10.500/kg.
“Kami akan terus monitor bersama tim satgas pangan Provinsi NTT berbagai potensi yang akan mengganggu terjadinya fluktuasi harga pangan. Tidak hanya itu, kami juga akan melakukan operasi pasar di beberapa wilayah NTT agar harga pangan terkendali,” tutup Oktavianus.(jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi