Antrean Pemakaman Jenazah Covid-19 Mencapai 20 Jam, Wali Kota Eri: Aku Sedih

Jumat, 02 Juli 2021 – 21:17 WIB
Petugas saat mengecat peti mati yang akan dipakai untuk jenazah COVID-19, Jumat (2/7). Foto: Arry Saputra/JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku mendapat banyak laporan bahwa ada warga meninggal dunia harus mengantre selama 20 jam untuk dimakamkan sesuai protokol Covid-19.

Guna mengantisipasi hal itu, pihaknya telah mengerahkan pekerja membuat peti mati dengan jumlah banyak agar tak terjadi antrean kembali.

BACA JUGA: Kerahkan 150 Pekerja Membuat Peti Mati, Eri Cahyadi: Saya Berharap Tak Terpakai

”Aku sedih. Sudah seda (meninggal, red) tetapi harus mengantre,” ujar Eri Jumat (2/7).

Dia menjelaskan kendala yang membuat jenazah Covid-19 harus antre sebelum dimakamkan adalah karena keterbatasan petugas pemulasaran dan ketersediaan peti mati.

BACA JUGA: Jokowi Dinilai Perlu Mengevaluasi Posisi Menko Luhut

"Kami buat sendiri, kalau sudah (selesai) langsung dikirim ke TPU Keputih," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya, dan Tata Ruang (DPRKP-CKTR) Iman Krestian menyebut pembuatan peti mati sudah dimulai sejak Jumat (25/6).

BACA JUGA: Martin: Saya Sudah Tidak Tega Melihat Tenaga Kesehatan, Tolonglah!

"Awalnya dibuat di Makam Peneleh, tetapi karena terbatas dan mobilisasi susah kami pusatkan di sini (Balai Kota Surabaya,red)," ucap Iman.

Melihat angka kematian pasien Covid-19 yang masih tinggi, pihaknya menargetkan pembuatan 100 peti mati per hari. Anggaran tiap satu peti senilai Rp 250 ribu.

“Anggarannya swakelola satgas. Jadi, belanja triplek, kayu. Pekerjanya ada 40 orang. Pembuatannya berdasarkan standar. Jadi, enggak asal bikin," pungkas Iman. (mcr12/jpnn)


Redaktur & Reporter : Arry Saputra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler