Sebuah rumah mode asal Paris telah bekerjasama dengan pria Australia yang sudah berpengalaman di bidangnya bernama Mick Burns untuk membeli lahan bekas pertanian holtikultura dekat Darwin.

Mereka berencana untuk membangun peternakan buaya terbesar di Australia.

BACA JUGA: Amerika Serikat Akan Distribusikan Vaksin COVID-19 Buatan Pfizer Bulan Desember

Perusahaan 'PRI Farming' yang dikendalikan oleh label Paris ternama yaitu Hermès sudah membeli lahan 'The Sweet Life' yang dulunya lahan pertanian melon dan pisang di kawasan Lambels Lagoon dengan harga A$7,25 juta.

Mick Burns yang adalah veteran dari industri peternakan buaya di Australia Utara (NT) merupakan pemimpin perusahaan 'PRI Farming'.

BACA JUGA: Foto dari Abad 19 Buktikan Kuatnya Hubungan Orang Makassar dengan Aborigin

Ia memimpin perusahaan tersebut bersama tiga orang berkewarganegaraan Prancis yang juga adalah direktur Hermès.

Perusahaan tersebut berencana untuk membangun sebuah fasilitas yang dapat menampung 50.000 ekor buaya air asin, yang kulit dan dagingnya akan diperjualbelikan, dengan biaya mencapai A$40 juta.

BACA JUGA: Kepahlawanan Charlotte Maramis Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia dari Australia

Peternakan buaya terbesar di Australia

Jika menghasilkan keuntungan besar, usaha Mick akan menambah jumlah buaya yang diternak di Australia Utara hingga 50 persen.

Di dalam peternakan tersebut, akan ada laboratorium inkubator dan tempat penetasan telur, kandang pemeliharaan, area terbuka pertanian, serta area pengolahan dan penyimpanan makanan, berdasarkan dokumen yang dikumpulkan Mick kepada Agen Perlindungan Lingkungan NT.

Infrastruktur pendukung seperti bengkel, pertanian tenaga matahari, rumah akomodasi dan area penyimpanan bahan bakar juga ada dalam proposal tersebut.

Sekitar 30 orang akan dipekerjakan di peternakan tersebut dalam masa produksi penuh, sehingga akan menghasilkan 50.000 ekor buaya di tahun kelima dari sebelumnya 4.000 ekor di tahun kedua. Photo: Peternakan 'The Sweet Life' di Lambells Lagoon sebelumnya merupakan perkebunan melon dan pisang. (Colliers International)

 

Geoff McClure, konsultan peternakan buaya yang sudah bergabung dalam industri tersebut sejak tahun 1980 mengatakan calon peternakan ini akan menjadi bentuk ekspansi besar.

"Orang yang membangun peternakan ini tidak akan punya keraguan terhadap masa depan mereka," katanya.

"Infrastruktur peternakan [buaya] hanya bertahan 20 tahun dan peternakan hewan sudah semakin berkembang yang berarti bawa kami harus memperbaharui atau mengubah infrastruktur yang ada."

Inilah mengapa menurutnya terdapat alasan yang sangat baik untuk mendirikan peternakan baru. Photo: Tas merek Hermès yang terbuat dari kulit buaya dapat terjual dengan harga di atas US$30,000. (Mario Anzuoni/REUTERS)

  Merek fesyen Perancis dominasi peternakan buaya Australia

Merek fesyen seperti Hermès dan Louis Vuitton memiliki serta mengendalikan sebagian besar peternakan buaya di NT.

Geoff mengatakan peternakan buaya yang dibeli Hermès untuk pertama kalinya 10 tahun yang lalu telah menimbulkan "efek domino", yang mendorong butik mewah lainnya, Louis Vuitton untuk juga melakukan hal yang sama.

Hal ini dilakukan Louis Vuitton karena "khawatir Hermès akan menguasai pasar Australia".

"Jika mereka [Hermès dan Louis Vuitton] membeli peternakan, mereka akan terus memiliki persediaan sehingga memiliki faktor penambah nilai," kata Geoff.

Faktor penambah nilai ini menurutnya muncul karena mereka akan memanen telur di NT dan memelihara buaya di peternakan sendiri sesuai standar yang tinggi.

Standar tinggi yang dimaksudkan adalah memastikan tidak akan ada kerusakan sedikitpun pada kulit buaya, di samping dari standar prosedur produksi yang "sangat tinggi untuk fesyen berkualitas tinggi juga".

"Di sini produk tas yang saya maksudkan adalah seharga US$20,000 sampai US$30,000."

Hermès dan Louis Vuitton cenderung menyembunyikan kepemilikan peternakan buaya mereka.

Ini dilakukan dengan tidak menyebutkan keterlibatan mereka dalam situs manapun.

ABC mengetahui jika peternak buaya yang dipekerjakan merk produk mewah seringkali dilarang untuk membicarakan hal ini sesuai dalam perjanjian tertutup. Photo: Lebih dari 24.600 kulit buaya diekspor dari NT di periode 2018/2019. (ABC Capricornia: Megan Hendry)

  Alasan mengapa buaya air asin Australia

Geoff mengatakan bahwa Hermès dan Louis Vuitton suka menggunakan buaya air asin Australia karena mereka memiliki "lebih banyak sisik per bagian perutnya".

"NT sejak lama sudah menjadi tempat peternakan buaya karena faktor iklim, di sana lebih hangat," katanya.

"[Di NT], peternakan telur sudah mapan ... dan jumlah telur yang dapat dihapus di bawah perizinan semakin bertambah, sehingga ada kepastian dalam konsistensi persediaan telur, yang tidak dapat terjadi di Queensland atau Australia Barat."

Selain itu, menurutnya, di NT terdapat budaya menerima buaya sebagai bagian dari alam.

Di periode 2018/2019, lebih dari 24.600 kulit buaya diekspor dari NT, dengan industri yang menyumbang A$26,7 juta bagi perekonomian NT, menurut data dari Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam (DENR) Australia.

Mick Burns menolak permintaan ABC untuk memberikan komentar.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini.

Ikuti berita seputar pandemi Australia di ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesedihan Warga Indonesia Merespons Aturan Tahun Baruan di Sydney

Berita Terkait