Sebuah foto dari tahun 1873 yang kini tersimpan di salah satu museum di Kota Roma, Italia, menjadi bukti adanya hubungan kuat antara Makassar dengan Australia Utara.
*Peringatan artikel ini memuat foto-foto orang Aborigin yang telah meninggal dunia*
BACA JUGA: Kesedihan Warga Indonesia Merespons Aturan Tahun Baruan di Sydney
Foto ini membuktian jika orang Aborigin, penduduk asli benua Australia telah bepergian keluar Australia sebelum kedatangan orang Eropa terus berlangsung.
Foto yang menunjukkan beberapa pria Aborigin, termasuk anak-anak diambil oleh pengelana asal Italia Odoardo Beccari, yang berada di Makassar yang saat itu merupakan salah satu kota pelabuhan perdagangan internasional.
BACA JUGA: Perang Dagang Australia dan Tiongkok Makin Panas, Apa yang Terjadi Sebenarnya?
Salah satu komoditas yang diperdagangkan adalah teripang, yang banyak ditemukan di daerah Arnhem Land di wilayah pesisir utara Australia.
"Teripang di tahun 1800-an merupakan komoditas yang sangat tinggi nilainya," ujar Profesor Lynette Russell dari Laureate Global Encounters Monash Indegenous Studies Centre.
BACA JUGA: Kampung Halaman Kamala Harris di India Rayakan Kemenangannya Sebagai Wapres AS
Photo: Foto orang Marege yang tinggal di Kota Makassar pada tahun 1873, diabadikan oleh pengelana asal Italia Odoardo Beccari. (Museo Nazionale Pigorini)
Dalam webinar bertema 'Reconnecting with indigenous people in Makassar and the Northern Territory' yang digelar oleh Konsulat Jenderal Australia bersama Rumata Artspace, Selasa (10/11), Profesor Lynette menjelaskan pelayaran orang Makassar ke Marege berlangsung sekitar 10 hari dengan memanfaatkan angin musim barat.
Marege adalah kata Makassar untuk Australia Utara.
Orang-orang Makassar, kata Profesor Lynette, sangat menyukai wilayah Arnhem Land yang dihuni oleh suku Yolngu karena lebih bersahabat dalam menjalin hubungan perdagangan komoditas teripang.
"Mereka berhubungan dengan orang Makassar selama beberapa generasi dalam beberapa abad dan membuka kesempatan bagi orang Yolngu untuk pergi ke Makassar. Kita punya bukti-bukti kehadiran orang Yolngu di Makassar," katanya.
Hubungan yang berlangsung lama ini juga melahirkan perkawinan antara orang Aborigin dan orang Makassar.
Peneliti hubungan Makassar dan Australia Utara Profesor Campbell Macknight dalam bukunya The Voyage to Marege menyebutkan jika orang Aborigin Australia sudah terlihat di Kota Makassar sejak tahun 1824.
Profesor Campbell merujuk pada catatan arsip kunjungan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke Makassar pada tahun itu, yang mendeskripsikan kondisi fisik orang-orang Marege sebagai berikut:
"Mereka sangat hitam, posturnya tinggi, berambut keriting tapi tidak kribo seperti orang Papua, betis yang kecil dan panjang, bibir tebal, dan secara umum berbadan tegap".
Disebutkan, pada tahun 1876 tercatat 17 orang Marege yang tinggal dan bekerja di Makassar.
Tim peneliti Laureate Global Encounters memaparkan, pada akhir abad 19, seorang pria Aborigin bernama Damalatja ikut dalam perahu saat pelaut-pelaut Makassar pulang ke kampung halamannya membawa teripang.
Sekembalinya ke Arnhem Land, Damalatja menceritakan kepada kerabatnya tentang apa saja yang dilihatnya selama berada di Makassar.
Salah satunya yaitu aktivitas kaum perempuan di Makassar yang membuat kain sutra di alat tenun yang terbuat dari kayu.
Kisah tentang perempuan Makassar menenun kain sutra ini, belakangan menjadi sumber inspirasi bagi anak Damalatja, Munggerauwy Yunupingu, yang merupakan pelukis terkenal Aborigin.
Dijelaskan Munggerauwy sendiri tidak pernah berkunjung ke Makassar dan melukis karya terkenalnya "Malay Women Weaving" dari cerita yang dia dengar dari ayahnya, Damalatja. Photo: Lukisan karya Munggerawuy Yunupingu berjudul Malay Women Weaving (1948), terinspirasi dari cerita ayahnya yang pernah berkunjung ke Makassar. (Istimewa: Art Gallery of South Australia)
Menurut laporan ABC News sebelumnya, kontak dan perdagangan orang Makassar dengan Arnhem Land sudah terjadi sebelum kedatangan orang Inggris.
Hal itu disampaikan oleh Gathapura Mununggurr, seorang pemuka masyarakat di Yirrkala, Arnhem Land.
"Sejarah tersebut, dan perdagangan dengan orang Yolngu serta sejarah kehidupan pada masa itu masih ada di sana sampai sekarang," kata Gathapura.
"Orang mengungkapkannya dalam tarian dan nyanyian. Orang Yolngu saat ini sangat perlu mengingat hal ini, bahwa mereka [orang Makassar] datang dan merekalah kontak pertama orang Yolngu dengan orang luar," katanya.
Dalam webinar kemarin, Siena Stubbs dari galeri Buku Larrnggay Mulka Centre di Yirrkala menjelaskan peninggalan pelaut-pelaut Makassar yang tersimpan di sana. Photo: Siena Stubbs, remaja asal Yolngu, menjelaskan tentang serpihan gerabah peninggalan pelaut Makassar yang kini tersimpan di galeri Buku Larrnggay Mulka Centre di Yirkala, Australia Utara.
"Kakek dari kakek saya adalah orang Makassar," ujar Siena, yang memandu tur virtual di galeri tersebut.
Serpihan-serpihan gerabah, kata Siena, masih banyak ditemukan di sana-sini di wilayah pesisir di daerah itu.
"Namun ini hanya salah satu potongan sejarah dan kami masih terus melanjutkan serajah ini sekarang," kata Siena yang pernah menerbitkan buku tentang burung-burung di Yirrkala.
Sebagai upaya melanjutkan kembali hubungan orang Yolngu dan orang Makassar, pada tahun 2016 galeri uku Larrnggay Mulka Centre di Yirrkala menjalin kerjasama dengan rumah budaya Rumata di Makassar.
"Kami menerima kiriman pot dan gerabah dari Makassar di tahun 2016 dan ibu saya telah melukis beberapa motif seperti daun pohon asam," kata Siena, merujuk kepada salah satu tanaman yang dibawa pelaut Makassar ke Australia di era perdagangan teripang.
Menurut Profesor Lynette, pelaut-pelaut Makassar juga telah memperkenalkan berbagai benda kepada orang Aborigin, termasuk tembakau, arak, kain, beras, pisau, dan gerabah.
Bahkan sampai saat ini, ratusan kosakata Bahasa Makassar dan Melayu, yang merupakan lingua franca pada saat itu, terus dipergunakan dalam kosakata bahasa Yolngu misalnya Balanda (yang berarti kulit putih) dan rupiah (yang berarti ruang).
Artikel ini diproduksi untuk perayaan NAIDOC Week, yang selama sepekan merayakan sejarah, budaya, dan prestasi warga Aborigin and Torres Strait Islander.
Anda bisa mengikuti perayaan NAIDOC Week dari ABC di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masa Depan Hubungan dengan Indonesia Setelah AS Punya Presiden Baru