Apa yang Baginda Raja Salman Cari dari Tur Asia Ini?

Sabtu, 04 Maret 2017 – 14:30 WIB
Salah satu selfie Raja Salman saat singgah di Jakarta. Foto: via gulfnews

jpnn.com - jpnn.com -Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud telah memulai tur Asia Pasifik-nya akhir Februari kemarin. Dengan rombongan besar, termasuk 25 pangeran dan sepuluh menteri, Raja Salman berkunjung ke Malaysia, Indonesia, kemudian ke Brunei, Jepang, Tiongkok, Maladewa, dan singgah ke Jordania saat perjalanan pulang.

Sebuah tur regional yang pastinya sangat mewah. Di laman Aljazeera, seorang analis urusan global dan editor senior di The Diplomat, Ankit Panda, melabeli tur Raja Salman ini 'cukup ambisius'. Ya, seorang Raja Saudi jarang melakukan tur seperti ini.

BACA JUGA: Kali Ini Ahok Tak Ikut Dampingi Antar Raja Salman

"Namun usaha Raja Salman ini adalah perpanjangan jangkauan kerajaan ke Asia Pasifik, sejak kematian Raja Abdullah 2015 lalu," tulis Panda.

Pemerintah Saudi mengklaim perjalanan rombongan raja ini berkaitan dengan masalah energi dan investasi. Namun Panda melihat lebih dalam. Ada kepentingan konteks geopolitik yang lebih luas memotivasi tur selama sebulan ini. Raja Salman ingin melihat lebih dekat.

BACA JUGA: Pelat Nomor Saudi Arabia pun Berganti jadi B 1703 FRS

Panda memisahkan perjalanan raja ini menjadi dua tahapan. Tiongkok dan Jepang berada di satu kelompok, dan Malaysia, Indonesia, Brunei dan Maladewa di kelompok lain.

Untuk Tiongkok dan Jepang, kunjungan Raja Salman sangat terkait dengan harga minyak mentah yang kondisinya mulai pulih dari titik nadir sejak awal 2016. Riyadh punya rencana jangka panjang, untuk mengurangi ketergantungan pada pendapatan minyak. Dalam proyek ini, kerajaan akan membutuhkan mitra yang bersedia menjadi investor di kawasan Asia Pasifik.

BACA JUGA: Pengakuan Pak JK Bikin Kaget Raja Salman

Betul. Ini terkait dengan National Transformation Plan (NTP) yang dikomandoi oleh Wakil Putra Mahkota, Mohammed bin Salman, yang telah menetapkan hampir 350 target kepada badan-badan pemerintah Saudi untuk mendapatkan investasi langsung.

Kunjungan rombongan besar Raja Salman kali ini bisa juga dilihat sebagai puncak dari rencana Mohammed bin Salman yang muda dan ambisius, pada pertengahan 2016. Ketika itu, saat NTP diumumkan, dia sendiri yang berkunjung ke Jepang dan Tiongkok.

Di dua negara terebut, Wakil Putra Mahkota yang juga Menteri Pertahanan itu menerima jaminan dari Perdana Menteri Shinzo Abe dan Presiden Xi Jinping. Jepang dan Tiongkok tergoda untuk bekerja sama dengan kerajaan.

Tokyo dan Beijing dikenal sebagai importir besar energi. Jaringannya sudah luar biasa luas. Kerajaan (Arab Saudi) melihat hubungan dengan Tiongkok cukup fundamental dalam kepentingan nasional mereka. Ingat, urusan impor minyak mentah, Tiongkok melampaui Amerika Serikat pada Oktober 2016.

Mencari investasi dari negara kelas berat Asia sekelas Tiongkok dan Jepang butuh perhatian Sang Raja. Jadi, tidak mengherankan, tur Raja Salman berhenti di dua negara ekonomi terbesar di kawasan Asia itu.

Khusus untuk Tiongkok, Arab Saudi juga memandang Negeri Panda sebagai penyeimbang geopolitik yang semakin signifikan. Kebijakan-kebijakan luar negeri Tiongkok sudah semakin berkembang sejak pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS.

Suara Beijing di Dewan Keamanan PBB juga semakin kuat. Tak heran jika Saudi melihat Tiongkok bisa menjadi mitra berharga bagi Arab Saudi.

Bagaimana dengan Malaysia, Indonesia, Brunei dan Maladewa. Panda melihat kelompok ini juga sangat menarik buat Saudi, sebagai target geopolitik yang menarik.

Keempat negara tadi mayoritas berpenduduk muslim Sunni. Bahkan di Brunei dan Maladewa, Islam adalah agama negara. Keempat negara itu juga anggota Organization of the Islamic Cooperation (Organisasi Kerja sama Islam-OKI).

Kunjungan Raja Salman ke negara-negara ini sangat lekat dengan lensa Islam. Tingkat kepentingan politis Riyadh masih kental. Saudi ingin menekankan kembali kesamaan misi memerangi kelompok bersenjata global, termasuk ISIS dan Alqaeda.

Tahun lalu, di bawah pimpinan Wakil Putra Mahkota, Riyadh sudah mendeklarasikan Aliansi Militer Islam, menyatukan berbagai negara mayoritas muslim. Pada Januari 2016, Wakil Putra Mahkota telah bertemu dengan para menteri pertahanan dari Indonesia, Malaysia, dan Wakil Menteri Pertahanan Brunei untuk membahas hal itu.

Tak hanya soal keamanan, Saudi juga menganggap Malaysia dan Indonesia sebagai potensi mitra di banyak bidang, termasuk ekonomi. Khusus buat Indonesia, kunjungan Raja Salman ini sangat bersejarah, mengingat terakhir kali seorang Raja Saudi berkunjung sudah 47 tahun yang lalu.

Kunjungan rombongan besar Raja Salman juga bertepatan dengan panasnya suhu politik di Jakarta, akibat kasus penodaan Islam yang diduga dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Jadi semuanya sangat terencana. Tur Raja Salman ke arah timur Asia bukan tiba-tiba, tetapi membawa rencana dan misi strategis NTP dan agenda global Arab Saudi yang lebih luas. Ya, meski harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, dan sedikit dibumbui liburan ke Bali.

Saudi sebagai 'negara pemimpin dunia' muslim Sunni sudah pasang kuda-kuda. Mereka bersiap melakoni kemungkinan pergeseran model ekonomi dari Barat ke Timur di tahun-tahun mendatang. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Giliran Jusuf Kalla Antar Kepulangan Raja Arab Salman


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler