jpnn.com - JAKARTA -- Aksi penembakan yang dilakukan Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) di Papua terus terjadi tanpa bisa dihentikan aparat keamanan.
Bahkan di awal 2014, tepatnya 4 Januari sore KSB kembali menyerang pos polisi di Kulirik, Puncak Jaya, Papua.
BACA JUGA: Koordinasi Kurang, Banyak Pasien BPJS Ditolak RS
"Dua brimob yang ada di pos itu melarikan diri saat diserang, sehingga delapan pucuk senjata api milik Brimob dirampas KSB," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane, Senin (6/1).
IPW mencatat, dari 2009 hingga awal 2014 terus terjadi aksi kekerasan bersenjata di Papua. Tahun 2009 hingga 2010 ada 41 orang tewas, baik sipil maupun aparat keamanan.
BACA JUGA: Antisipasi Agama Menjadi Pemicu Kisruh
Tahun 2011 hingga 2012, korban sipil 26 orang dan aparat 14 orang. Sepanjang 2013 ada 19 orang tewas, sembilan di antaranya TNI dan seorang polisi.
"Jika dilihat datanya memang ada penurunan. Tapi yang memilukan adalah negara tidak dapat membasmi kelompok sipil bersenjata di Papua yang menyebabkan korban tewas terus berjatuhan," kata Neta.
BACA JUGA: Situs Mahkamah Agung Kena Hack
Menurut Neta, terus berulangnya peristiwa penembakan di Papua ini mengindikasikan adanya pembiaran terhadap aksi kekerasan di wilayah itu. "Fakta ini tak sejalan dengan kebijakan membangun Papua yang damai," jelasnya.
IPW kecewa dengan sistem keamanan yang dibangun di Papua. Pemerintahan SBY tidak hanya gagal menjamin rasa aman warga Papua. "Tapi juga tidak pernah memberikan kepastian hukum, seperti menangkap pelaku penembakan misterius dalam empat tahun terakhir," ungkap Neta.
Bahkan aksi penembakan yang menewaskan delapan anggota TNI di Pos TNI di Puncak Jaya pada 21 Februari 2013 tak kunjung tertangkap pelakunya hingga saat ini. "Semua seakan terbiarkan," tegasnya.
Padahal, sambung Neta, peristiwa demi peristiwa penembakan itu sangat merendahkan martabat bangsa. "Seakan kehadiran aparat keamanan di Papua semakin tak berdaya," pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemda Main-main Urus Seleksi CPNS
Redaktur : Tim Redaksi