JAKARTA - Pelaku pasar terus mencermati rencana pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Kepala Riset PT Trust Securities Reza Priyambada menuturkan, porsi subsidi yang terlalu besar dalam jangka panjang akan memberatkan sekaligus menghambat akselerasi ekonomi.
"Akibat subsidi beban APBN yang ditanggung semakin berat, bisa memengaruhi laju neraca perdagangan maupun neraca pembayaran," tegasnya kepada wartawan di Jakarta, Minggu (9/6).
Menurut dia, investor yang hendak menanamkan modalnya ke suatu negara juga melihat kondisi kesehatan fiskalnya. Nah, selama ini investor menilai porsi subsidi yang terlalu besar sebagai sesuatu yang tak bagus. "Investor menilai jika terlalu banyak subsidi memberatkan perekonomian akan datang," ujar dia.
Investor sendiri, sambung Reza, saat ini tetap melihat Indonesia sangat positif dengan jumlah penduduk besar sekaligus punya banyak sumber daya ekonomi. Namun jika porsi APBN subsidi perlahan tidak dikurangi, akan banyak hambatan yang menggangu perekonomian jika dari sisi APBN terlalu banyak subsidi.
"Jika subsidi memberatkan APBN maka daya saing berkurang. Jika dikurangi bisa lebih akselerasi," ujarnya.
Reza menambahkan, kenaikan BBM sebenarnya ditunggu pelaku pasar. Sebab, lembaga pemeringkat juga ingin mengetahui kepastian tentang rencana menaikkan harga BBM.
Di luar kepastian harga BBM, investor juga ingin melihat keseriusan pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah lain seperti korupsi dan birokrasi. "Outlook mereka terhadap Indonesia masih positif kok, hanya mereka melihat dalam penanganan APBN belum terlihat kemajuan, " pungkasnya.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pabrik Gula Kini Bisa Sebersih Mal
Redaktur : Tim Redaksi