Apkasindo dan TSIT Jalin Kerja Sama Menyiapkan Petani Sawit Indonesia Hadapi EUDR

Kamis, 17 Oktober 2024 – 20:23 WIB
Acara penandatanganan MoU dilakukan Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung, dan General Manager PT Tribuana Solusi Inovasi Teknologi Nicko Arywibowo, Rabu (16/10). Foto: Dokumentasi Apkasindo

jpnn.com, JAKARTA - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) bersama PT Tribuana Solusi Inovasi Teknologi (TSIT) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU), Rabu (16/10).

Penandatanganan MoU dilakukan Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung, dan General Manager PT Tribuana Solusi Inovasi Teknologi Nicko Arywibowo.

BACA JUGA: Gubernur Herman Deru Dorong Apkasindo Bangun Pabrik Minyak Goreng di Sumsel

Kerja sama ini sebagai bentuk komitmen dari Apkasindo dan TSIT dalam mempersiapkan petani sawit Indonesia untuk menghadapi peraturan ketat sehubungan dengan akan diberlakukannya Undang-Undang Anti Deforestasi Uni Eropa (EUDR).

Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung menyampaikan kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para petani sawit untuk berbenah dan memenuhi tuntutan pasar internasional.

BACA JUGA: Kemenko & PT Surveyor Indonesia Matangkan Dasbor Nasional dalam Implementasi EUDR

“Uni Eropa telah resmi menunda satu tahun (EUDR). Satu tahun itu hanya seperti sekejap mata. Oleh karena itu, petani sawit tidak berpangku tangan, tidak hanya mengeluh, maka kita harus melakukan terobosan,” tegas Gulat.

Lebih lanjut Gulat menyebutkan terdapat tiga kunci utama dalam EUDR, yaitu larangan deforestasi, ketelusuran asal buah dengan geolokasi, dan kepatuhan terhadap regulasi.

Menurut Gulat, dua poin pertama memiliki kaitan yang erat dengan teknologi pemetaan.

“Teknologi pemetaan itu ada di drone yang distributornya adalah PT Tribuana Solusi Inovasi Teknologi, dengan merk DJI. Sebagian teman-teman, termasuk Apkasindo, telah memiliki satu unit alat pemetaan dengan merek ini. Cukup keren,” ungkap Gulat.

Gulat menekankan kebutuhan akan teknologi tidak hanya bertujuan untuk memenuhi tuntutan EUDR.

Namun, menurutnya, teknologi juga merupakan bagian yang sangat penting bagi para petani sawit.

“Kita boleh membantah EUDR itu hanya ancaman politik dagang dan lain sebagainya. Namun, tanpa adanya EUDR pu, memang sudah sepatutnya petani itu by name, by address, by location. Artinya apa? Dibutuhkan teknologi,” tutur Gulat.

Di kesempatan yang sama, General Manager PT Tribuana Solusi Inovasi Teknologi Nicko Arywibowo turut mengamini penggunaan drone dapat membantu petani kelapa sawit dalam menghadapi tantangan-tantangan baru di masa depan.

“Penggunaan teknologi drone diharapkan mampu membantu petani kelapa sawit dalam menghadapi tantangan akan berkurangnya tenaga kerja di sektor perkebunan,” ujar Nicko.

Dia meyakini teknologi drone DJI dari TSIT akan mempermudah proses pemetaan dan mekanisasi pemupukan.

Gulat pun berharap bahwa kerja sama antara TSIT dan Apkasindo dapat menjadi langkah awal bagi para petani sawit untuk berperan aktif membantu program-program pemerintah terkait replanting.

“Kami berharap dapat memberikan bantuan semaksimal mungkin, sehingga seluruh petani kelapa sawit, tidak hanya perusahaan besar saja, bisa menikmati teknologi ini,” pungkas Gulat. (mar1/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler