jpnn.com - JAKARTA – Selama ini ada anggapan hanya restoran menengah atas saja yang dipermudah dengan layanan delivery order. Ternyata tidak.
Kini hadir aplikasi layanan reservasi dan antar makanan dari pedagang kaki lima.
BACA JUGA: Kuasai Pasar Tablet, Advan Targetkan 45 Persen pada 2017
Aplikasi besutan Fitrah Akbar Budiono, wiraswasta muda asal Serpong, ini dinamai FoodGasm.
Fitrah menceritakan awal mula tercetusnya ide pembuatan aplikasi ini ketika dia dan teman-temannya kesulitan untuk reservasi dan delivery order di restoran pada 2013 lalu.
BACA JUGA: Senang Berkomunikasi, Orang Indonesia Belum Kreatif Menciptakan Teknologi
“Layanan reservasi dan delivery order hanya dimiliki oleh restoran kelas B sampai A+. Layanan tersebut belum dimiliki pelaku industri UKM yang sebenarnya potensinya jauh lebih besar dibanding restoran kelas B sampai A+,” kata pria kelahiran tahun 1983 itu di Jakarta, (28/11).
Sejak 2013 itulah, Fitrah kemudian menuangkan ide dan gagasan aplikasi FoodGasm.
BACA JUGA: Smartfren Luncurkan Paket Streaming Musik Tanpa Batas
Selain ditujukan untuk pasar yang lebih besar hingga restoran pinggir jalan dan pedagang kaki lima, keunggulan lainnya dari FoodGasm dapat mempermudah transaksi pembayaran.
“Sampai saat ini dalam sistem food delivery order yang ada, para driver pengantar mesti melakukan pembayaran terlebih dahulu atau talangan. Padahal tidak semua driver pengantar memiliki dana talangan. Selain itu, masih adanya kasus penyimpangan (fraud) yang dilakukan user fiktif, pada akhirnya merugikan driver. Nah FoodGasm hadir sebagai solusi bersama,” ujar pria dengan latar belakang pendidikan akuntansi itu.
Aplikasi FoodGasm akan memudahkan konsumen karena dapat diinstal di smartphone yang terkoneksi dengan smart printer di merchant-merchant yang notabene adalah restoran dan pedagang makanan secara luas.
Fitrah menjelaskan aplikasi teknis itu sangat mudah dipakai oleh konsumen maupun merchant.
“Khusus untuk merchant (penjual makanan), kami akan mengarahkan untuk membuat account di e-wallet sehingga hasil transaksi bisa mereka ambil di convinience store atau atm bank yang sudah bekerjasama dengan FoodGasm, pada hari yang sama selepas mereka menutup lapak dagangan,” paparnya.
Dengan demikian, merchant yang kebanyakan usaha kecil menengah (UKM) tidak harus memiliki bank account, cukup memiliki account e-wallet yang artinya cukup memiliki nomor ponsel dan user bisa melakukan pembayaran melalui berbagai macam payment channel.
Di sisi lain, driver tidak harus mengeluarkan uang talangan, mereka hanya bertanggung jawab mengantar sampai tujuan.
Integrasi antara aplikasi FoodGasm di smartphone dan smart printer membuat UKM leluasa untuk mengelola order serta menerbitkan print bukti pembelian dan pembayaran.
Dalam smartprinter juga disediakan delivery button yang akan otomatis memanggil driver pengantar dalam radius 3 kilometer ketika pesanan sudah jadi dan siap diantar.
Aplikasi ini, kata Fitrah, akan memudahkan UKM terutama pedagang kaki lima seperti penjual roti bakar pinggir jalan, penjual martabak, penjual bakso, dan lainnya.
“Dengan integrasi menggunakan e-wallet, konsumen juga disediakan alternatif pembayaran selain cash, yakni dengan kartu kredit,” paparnya.
Proses Trial & Error
Fitrah yang pernah bekerja di salah satu perusahaan internet service provider sebelum akhirnya banting setir ke aplikasi digital mengaku ide pembuatan FoodGasm telah melalui proses panjang sejak 2013.
“Setelah melalui masa trial &error serta proses research and development (R&D) selama 3 tahun, baru kami berani memperkenalkan ke publik. Kami telah melalui proses R&D dan soft launching product serta pendaftaran merchant,” tuturnya.
Selanjutnya, lanjut dia, pihaknya menunggu investor untuk melakukan investasi sehingga bisa memproduksi secara massal smart printer sekaligus melakukan penetrasi pasar lebih dalam lagi.
Setelah soft launching, diperlukan grand launching sehingga FoodGasm bisa diperkenalkan kepada masyarakat luas.
Fitrah mengaku optimistis dapat menjaring 350.000 user dan 1.500 merchant pada tahun pertama setelah grand launching. Target tersebut akan terus tumbuh seiring penetrasi pasar yang tepat dan efektif.
Untuk mendukung pertumbuhannya, Foodgasm membutuhkan peran pemerintah untuk melakukan penetrasi lebih dalam, serta memajukan industri kecil untuk memasuki persaingan global.
“Bukan hanya fasilitas pendanaan, kami juga butuh pemerintah untuk sosialisasi dan kerjasama dalam bidang edukasi pengguna agar dapat dinikmati setiap kalangan,” paparnya.
Kebijakan pemerintah yang memihak industri UKM saat ini, dinilai Fitrah, sangat membantu untuk membuat masyarakat semakin berani membuka usaha dan membuat ide-ide kreatif sebagai sarana perdagangan.
“Dan kami siap membantu di sisi teknologi baik dari sisi pemasaran maupun transaksinya. FoodGasm turut membantu program pemerintah yakni Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dengan merangsang transaksi tanpa harus menggunakan tunai sebagai sistem pembayaran,” ujarnya.
Aplikasi FoodGasm yang digagas Fitrah merupakan salah satu pemenang juara I IWIC 10 untuk kategori university students & public – Apps.
Sebanyak 34 peserta menjadi juara pada IWIC 10 dari total 3.592 proposal yang diterima, baik itu ide maupun aplikasi yang berasal dari Indonesia dan peserta global seperti Jepang dan Myanmar.
Kompetisi Digital
IWIC merupakan ajang kompetisi/kontes ide dan aplikasi yang digelar Indosat Ooredoo untuk merangsang minat generasi muda Indonesia di dunia digital.
Pada penyelenggaraan tahun ke-10 ini, IWIC Go Global difokuskan untuk mensejajarkan talenta digital Indonesia dengan pemain internasional melalui kompetisi penciptaan ide dan aplikasi.
Tema ini digunakan seiring dengan banyaknya aplikasi mobile yang diciptakan untuk memudahkan hidup masyarakat banyak.
Setelah 10 tahun berturut-turut menggelar ajang kompetisi pembuatan aplikasi mobile, tahun ini Indosat Ooredoo mulai menjaring talenta digital Indonesia untuk go global (bersaing secara global).
Tujuannya untuk menunjukkan kepada dunia global bahwa Indonesia tidak hanya sebagai negara pengguna, namun juga pembuat aplikasi mobile yang siap bersaing di kancah internasional.
IWIC merupakan program corporate social responsibility (CSR) Indosat Ooredoo untuk pilar edukasi dan inovasi.
Pada penyelenggaraan yang ke-10 ini, Indosat Ooredoo telah membawa kompetisi IWIC ke pentas global dengan mengajak para generasi muda Indonesia berkompetisi dengan developer di tingkat global dengan tema #changetheworld.
"Kami sangat senang dengan hadirnya generasi muda dari luar negeri, yang secara otomatis memberikan kesempatan pada developer muda terbaik Indonesia bersaing dengan para developer global. Kami berharap hal ini akan dapat meningkatkan daya saing talenta lokal agar mampu bersaing di tingkat global. Ini merupakan kesempatan bagi generasi muda untuk menunjukkan kemampuan mereka di pentas global, sekaligus mencitptakan aplikasi berkualitas buat bangsa dan masyarakat Indonesia," ujar Presiden Direktur & CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli. (rl/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ITS Kirim 2 Robot Berlaga di Beijing
Redaktur : Tim Redaksi