APPI Mengadu ke Komisi X

Jumat, 08 Februari 2013 – 08:03 WIB
Bambang Pamungkas. Foto: Hendra Eka/Jawa Pos
JAKARTA - Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) terus berupaya memperjuangkan hak-hak pemain yang dikemplang klub.

Organisasi pimpinan Valentino Simanjuntak itu mengadu ke Komisi X kemarin (7/2). Selain curhat tentang kinerja klub yang bobrok, mereka juga menyerahkan dokumen pembayaran sejumlah pemain yang sampai saat ini belum lunas.    

APPI datang dengan pejabat teras mereka. Selain Valentino, ikut muncul di ruang sidang Komisi X Wakil Presiden APPI Bambang Pamungkas. Mereka diterima anggota komisi Dedi "Miing" Gumelar, Zulfadhil, dan Jefri Riwu Kore.

"Pemain adalah yang memiliki peranan di lapangan. Bagaimana bisa hak-hak mereka tidak dipenuhi," kata Valentino.     

Hal senada diungkapkan Bambang Pamungkas. Bomber timnas tersebut menegaskan bahwa ulah klub tak mau membayar gaji menunjukkan perilaku tidak profesional. "Masak pemain yang disuruh menghibur penonton, justru gaji mereka tidak dibayar," katanya.

Aduan tersebut ditanggapi dengan keras oleh anggota komisi pemuda dan olahraga tersebut. Mereka menganggap perilaku klub sebagai tidak berperi kemanusiaan. Klub harus segera menuntaskan kewajibannya. "Klub telah menelantarkan kemanusiaan," kata Dedi.

Politikus asal PDI Perjuangan itu mengungkapkan, persoalan tersebut harus diselesaikan oleh PSSI dan Kemenpora. Dua lembaga tersebut harus menekan klub sampai lunas semua tunggakan. Bahkan, klub harus dibubarkan jika tak mampu membayarnya.     

Dedi juga meminta agar persoalan tersebut tak hanya menjadi perhatian Kemenpora. Tapi juga kementerian terkait seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Sebab, isu tersebut sudah jadi isu pelanggaran ketenagakerjaan.     

Hal senada diungkapkan Jefri Riwu Kore. Jefri meminta regulasi terkait kesehatan finansial klub harus diperketat. Sebelum kompetisi dimulai, klub harus diaudit terkait kemampuan mereka membayar gaji pemain selama satu musim ke depan. Jika tak mampu, klub dilarang ikut kompetisi. "Harus tegas," katanya.     

Di bagian lain, CEO PT Liga Indonesia yang menaungi ISL mengatakan, pembubaran klub bukanlah solusi. Sebab, jika dibubarkan klub justru semakin tak mampu membayar hutang-hutangnya. Apalagi persoalan itu merupakan akibat dari dualisme PSSI pasca suksesi 2011 silam. Dualisme tersebut, kata dia, berpengaruh terhadap industri sepakbola yang berakibat pada ketidakmampuan klub meraup pendapatan seperti yang mereka rencanakan.     

Saat ini, kata dia, solusi yang bisa dilakukan adalah membikin termin-termin untuk pelunasan. Karena besarnya gaji yang harus dibayar, klub tak bisa langsung melunasinya. Tapi, pembayaran bisa dilakukan dalam beberapa gelombang.      

"Hutang tetap hutang, harus dibayar. Tapi membubarkan klub justru akan semakin banyak korban. Berapa banyak karyawan dan masyarakat yang terlibat dalam industri ini yang jadi korban," katanya. (aga/aam)
      

ISL   
Sriwijaya FC 2 Bulan
Pelita             2,5 Bulan + 25% Signing Fee
Persiba          5 Bulan
Persija           5 Bulan, Sebagian pesepakbola sudah dilunasi
Arema           6 Bulan
Deltras          Ada pembayaran 11 Juta Rupiah Bulan u/ pesepakbola yang masih berada di Deltras dari total 6 Bulan
Persela          4 Bulan + 10% Signing Fee
PSMS            8 Bulan
Persidafon    9 Bulan + Signing Fee
PSPS            Ada pembayaran 1 Bulan u/ pesepakbola yg msh berada di PSPS dan 1/2 Bulan untuk yang sudah keluar, dr total 10 Bulan
Persiwa        5 Bulan
PSAP SIgli     8 Bulan


IPL
Bontang FC                           6,5 - 8 Bulan
Persebaya                             1-4 Bulan
Persema                                Beberapa pemain belum menerima gaji selama 5-8 Bulan
Perseman Manokwari            4 Bulan
Persipasi Bekasi                    9 Bulan
Persipro Bondowoso United  5 Bulan (Pesepakbola Asing)
Gresik United                         90% dari Gaji satu musim (2011/2012) belum dibayarkan.

Sumber APPI

BACA ARTIKEL LAINNYA... Robert-Popo Masih Cedera, Pelita Jaya Cari Strategi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler