jpnn.com, JAKARTA - Langkah Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir dengan menginisiasi pembentukan holding BUMN bisa dikatakan sebagai sebuah tonggak kebangkitan ekonomi masa depan. Langkah semacam ini layak diberikan apresiasi.
Demikian disampaikan anggota Komisi VI DPR RI Darmadi Durianto saat menjadi pembicara inti dalam seri diskusi bertema "Holding BUMN Sebagai Lokomotif Kebangkitan Ekonomi Masa Depan" yang diselenggarakan di restoran Empurau, Jakarta, Sabtu (08/10/202).
BACA JUGA: Johan Pertanyakan Tujuan Pembentukan Holding BUMN Pangan
Terhitung dua tahun menjabat, Erick Thohir sudah membentuk sejumlah holding BUMN seperti holding BUMN pangan, farmasi, pariwisata, ultra mikro, dan perhotelan.
Darmadi yang juga pakar ekonomi kerakyatan itu juga mengatakan, langkah yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir tersebut merupakan langkah yang cukup strategis jika dilihat dari aspek ekonomi.
BACA JUGA: Nevi DPR Merespons Pembentukan Holding BUMN di Bidang Pariwisata
Menurut Darmadi Durianto, dengan adanya skema holding maka inefisiensi yang terjadi pada BUMN-BUMN selama ini dapat diminimalisasi.
"Dengan adanya holding justru BUMN bisa lebih efisien dan geraknya akan makin lincah. Dari sisi pengawasan pun akan jauh lebih mudah," ujar Assc Prof Dr Darmadi Durianto kepada wartawan, Kamis (6/10/2022).
BACA JUGA: Kabar Terkini Pembentukan Holding BUMN Sektor Pangan
Selain itu, Darmadi menambahkan holding merupakan solusi yang cukup memadai di tengah ketatnya kompetisi ekonomi saat ini.
“Baik di kawasan regional maupun global. Tentu untuk bisa bersaing maka format BUMN mesti ditata ulang. Melalui format holding inilah diharapkan BUMN-BUMN kita bisa ekspansi dan berkompetisi dengan BUMN asing. Holding BUMN bisa dikatakan sebagai lokomotif kebangkitan ekonomi masa depan,” tegas Bendahara Megawati Institute itu.
Darmadi juga mengatakan jumlah BUMN yang ada sejauh ini cukup membebani keuangan negara.
“Dari ratusan BUMN yang ada, kita tahu hanya segelintir saja yang berkontribusi ke negara. Selebihnya hanya jadi beban yang kita dengar hanya kerugian dan merengek minta Penyertaan Modal Negara (PMN). Kultur semacam inilah yang membuat gerak BUMN kita lamban. Jadi, skema holding gagasan yang cukup futuristik,” tegas Pakar Ekonomi & Hukum Wiyatamandala Business School itu.
Namun berkat adanya skema holding BUMN, Darmadi mengatakan, kini kondisi BUMN kian menunjukkan performanya yang cukup baik. Baik dari sisi kinerja keuangan maupun kontribusi pajak kepada negara.
"Berdasarkan catatan yang ada total pendapatan BUMN sepanjang tahun 2021 tercatat sebesar Rp 1.983 triliun. Kinerja keuangan ini berdampak positif terhadap kontribusi BUMN kepada negara berupa pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga dividen secara konsolidasi mencapai Rp 371 triliun," ungkapnya.
Kendati demikian, Darmadi tetap berharap semangat melakukan holding BUMN tidak berhenti pada upaya melakukan efisiensi semata.
"Namun, holding ditujukan untuk mencapai cita-cita kesejahteraan bersama. Holding harus dirancang sebagai wajah atau simbol kebangkitan ekonomi kita," pungkas Legislator dari dapil DKI Jakarta III meliputi Jakarta Barat, Utara dan Kepulauan Seribu itu.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari