Aprindo Bongkar Penyebab Harga Beras Naik di Toko Ritel, Ya Ampun!

Minggu, 11 Februari 2024 – 13:53 WIB
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) buka-bukaan soal alasan kenaikan harga beras di toko ritel modern. Ilustrasi/Foto: Elvi R/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) buka-bukaan soal alasan kenaikan harga beras di toko ritel modern.

Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengaku peritel terpaksa menjual komoditas bahan pokok seperti beras, gula, dan minyak goreng di atas harga eceran tertinggi (HET) serta harga acuan lainnya lantaran mendapat harga yang tinggi dari produsen.

BACA JUGA: Pedagang Menjerit, Harga Beras Nyaris Rp 20 Ribu Per Kilogram

Menurutnya, para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20-35 persen di atas HET sejak sepekan terakhir, sehingga peritel juga harus menaikkan harga jual.

"Faktanya saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," ujar Roy saat di Jakarta, Minggu (11/2).

BACA JUGA: Pasokan dan Harga Beras jadi Kunci Mengendalikan Inflasi

Aprindo menyebutkan tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.

Harga yang ditetapkan oleh produsen sebagai sektor hulu selanjutnya mengalir kepada peritel di sektor hilir melalui jaringan distribusi, kemudian dibeli atau dibelanjakan oleh masyarakat pada gerai ritel modern.

BACA JUGA: Harga Beras Naik Lagi, Jan Prince Permata: Perlu Memperkuat Kebijakan Pangan yang Prorakyat

Kenaikan harga dari produsen dapat menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai toko ritel modern Indonesia.

Selain itu kelangkaan yang terjadi di kemudian hari mampu menimbulkan panic buying atau pembelian secara berlebihan karena takut kekurangan stok.

Peritel saat ini disebut mulai kesulitan mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan lima kilogram. Keterbatasan ini disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.

Selain itu, belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor pemerintah juga menjadi penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras.

"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat," kata Roy.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler