jpnn.com, JAKARTA - Harga beras terus mengalami kenaikan pada Februari 2023. Dipantau dari laman resmi https://www.bi.go.id/hargapangan beras mengalami kenaikan hampir di seluruh wilayah di Indonesia.
Secara nasional, rerata harga beras kualitas bawah naik menjadi Rp 13.950 per kilogram.
BACA JUGA: Soal Impor Beras 5 Juta Ton, Maruf Amin: Belum Tentu
Kemudian, harga beras kualitas bawah II menjadi Rp 13.800 per kilogram.
Harga beras kualitas medium I Rp 15.150 per kilogram dan kualitas medium II Rp 15 ribu per kilogram.
BACA JUGA: Pasokan dan Harga Beras jadi Kunci Mengendalikan Inflasi
Harga beras kualitas super menembus Rp 16.500 per kilogram dan beras kualitas super II Rp 16 ribu per kilogram.
Masih dipantau dari laman resmi harga pangan, sejumlah daerah memiliki harga beras cukup fantastis.
BACA JUGA: BPS Catat Beras Masih Mengalami Inflasi, Harganya Menanjak Terus
Di Pasar Jatinegara DKI Jakarta harga beras kualitas super I menyentuh angka Rp 19.800 per kilogram. Selain itu, di Pasar Kramat, Cirebon, Jabar harga beras kualitas super I mencapai Rp 26 ribu per kilogram.
Pedagang beras di daerah Jakarta Selatan, Umi (54) mengatakan kesulitan menjual dagangan karena harga yang terlalu tinggi.
"Saya menjual per liter, kabarnya bakal makin naik lagi, isu-isunya sampai Rp 17 ribu lebih per liter," ujar Umi kepada JPNN, Senin (5/2).
Pedagang lain Dede (45) menyebut harga beras terus naik dari hari ke hari, tidak menunggu hitungan bulan.
"Jenis petruk naik lagi bahkan sampai Rp 3.000 per liter, sekarang jadi Rp 16 ribu per liter di agen saya," kata Dede.
Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Eliza Mardian mengatakan stok beras masih cukup baik jika dilihat dari data per Desember 2023.
Eliza menyebut Bulog memiliki sekitar 1,6 juta ton, Id Food kurang lebih dua juta ton, dan di tingkat daerah 6,7 juta ton, seharusnya stok masih terjaga apalagi kebutuhan beras nasional berkisar 2,25 sampai 2,5 juta ton per bulan.
“Memang puncak panen raya akan mundur sekitar tiga minggu sampai satu bulan. Namun, mulai Maret itu biasanya sudah ada yang panen, sehingga dengan cadangan yang masih cukup menurut saya semestinya impor tidak dilakukan awal tahun,” ucap Eliza.
Dia mengatakan jika impor untuk memenuhi kebutuhan akibat kekurangan produksi dalam negeri, semestinya keputusan tersebut diambil setelah panen raya. Bukan sebelum panen.
“Kita bisa memperkirakan produksi 2024 itu dari panen raya, karena lebih dari 60 persen produksi beras disumbang dari panen raya. Pada panen kedua biasanya jumlah produksinya lebih sedikit karena kekurangan air,” kata Eliza.
Selain itu, dia menyarankan pemerintah agar melakukan manajemen stok hingga penyaluran atau distribusi dengan baik. Di tahun 2023, lanjut Eliza, jika dihitung secara agregat Indonesia surplus tipis 0,27 juta ton, tetapi pemerintah impor sebanyak tiga juta ton.
“Karena rata-rata panennya setahun dua kali maka pemerintah harus dapat me-manage stok dan distribusinya. Panen dua kali dalam setahun tapi dapat memenuhi kebutuhan setiap bulannya,” kata Eliaza.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah berusaha menjaga harga gabah di tingkat petani tetap tinggi di kisaran Rp 7.000 per kilogram yang dianggap sebagai harga yang bagus untuk komoditas tersebut.
“Harga Rp 7.000 itu sudah harga bagus, Pak,” ujar Airlangga Hartarto kepada salah satu peserta "Dialog Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bersama Petani" di Bekasi, Jawa Barat, Minggu (4/2).
Airlangga juga menjelaskan bahwa pemerintah tidak mengimpor beras pada masa panen raya. Akan tetapi, pemerintah tetap mengimpor beras saat produksi panen tidak maksimal dengan kuota impor yang disesuaikan.
“Seperti kemarin di November-Desember (2023) kan produksinya hanya sekitar 1,2 juta ton dan diperkirakan bulan Januari ini produksinya juga hanya 1,2 juta ton. Oleh karena itu, pemerintah melakukan impor agar minimal cadangan beras pemerintah mencapai 1,2 juta ton,” ujarnya.
Airlangga mengatakan impor diperlukan agar harga beras stabil di tengah cuaca ekstrem akhir-akhir ini akibat El Nino. Kestabilan harga ini juga pemerintah jaga dengan menyalurkan bantuan pangan beras sebesar 10 kilogram per keluarga setiap bulannya kepada 22 juta penduduk.(mcr10/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul