Aptika Kemenkominfo dan DPR RI Dorong Literasi Digital

Rabu, 08 September 2021 – 19:14 WIB
Dirjen Aptika Kemenkominfo Samuel A Pangerapan dan anggota Komisi I DPR RI Kresna Dewanata Prosakh menjadi pembicara Webinar Literasi Digital bertema Pentingnya Literasi Digital Dalam Menciptakan Kondusifitas Bermedia Sosial pada Rabu (8/9). FotO: Tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Ditjen Aptika Kemenkominfo RI) bekerja sama dengan DPR RI mengadakan acara Webinar Literasi Digital Kemenkominfo bertema Pentingnya Literasi Digital Dalam Menciptakan Kondusifitas Bermedia Sosial pada Rabu (8/9).

Ditjen Aptika Kominfo dan DPR RI ingin mengedukasi peserta Webinar dari berbagai pegiat teknologi informasi digital seperti para aktivis media sosial, blogger dan jurnalis yang tersebar di berbagai media online.

BACA JUGA: Wamenag: Pengusaha Muslimah Harus Kuasai Literasi Digital

Kegiatan ini bertujuan agar peserta dapat memahami pentingnya Literasi Digital dalam menciptakan kondusifitas dan meningkatkan kecerdasan dalam menggunakan media sosial.

Webinar Literasi Digital Aptika Kemenkominfo menghadirkan empat narasumber di antaranya anggota Komisi I DPR RI Kresna Dewanata Prosakh (Keynote Speaker), Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo Samuel A Pangerapan, Dewan Penasihat PLutera Puteri Pendidikan Indonesia Prof. Roy Darmawan, Pegiat Literasi Masyarakat Wawan Gunawan.

BACA JUGA: Lebih 20 Ribu Orang Ikuti Webinar Literasi Digital Kemenkominfo di Jateng

Webinar Literasi Digital Aptika Kemenkominfo dipandu oleh MC Ifta Pradipta dan dimoderatori oleh Ilhamsyah.

Untuk menghibur Peserta Webinar Literasi Digital, Aptika Kominfo mengundang Faiz Band sebagai Music Performance.

Dirjen Aptika Kemenkominfo Samuel A Pangerapan dalam sambutan secara virtual memaparkan kehadiran pandemi dan pesatnya perkembangan ekonomi telah mengubah aktivitas kita dalam beraktivitas dan bekerja.

Menurut dia, kehadiran teknologi sebagai bagian kehidupan masyarakat inilah yang makin mempertegas bahwa kita sedang menghadapi era disrupsi teknologi.

Untuk menghadapi hal tersebut, kata dia, kita semua harus mempercepat kerja sama dalam mewujudkan agenda reformasi digital di Indonesia.

“Salah satu pilar tertinggi untuk mendukung transformasi digital menciptakan masyarakat digital dimana tingkat kemampuan literasi digital menjadi peranan yang sangat penting,” kata Samuel.

Anggota Komisi I DPR RI Kresna Dewanata Prosakh menyampaikan di era digital saat ini banyak sekali terkait dengan suasana-suasana yang tidak kondusif. Hal ini dikarenakan adanya berita hoaks, berita-berita yang tidak valid, orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Menurut Kresna, hampir di seluruh pelosok wilayah Indonesia akan diselesaikan terkait dengan BTS dan Indonesia akan memasuki merdeka sinyal dalam beberapa tahun ke depan.

“Saya mengharapkan terkait dengan percepatan teknologi digital saat ini kedepannya bisa dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat," kata Kresna.

Dewan Penasihat Putera Puteri Pendidikan Indonesia Prof. Roy Darmawan mengatakan adanya Literasi Digital merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas nasional. Literasi digital memiliki peran yang strategis untuk menciptakan kondusifitas dalam bermedia sosial.

“Sosial media punya andil yang besar untuk perdamaian dunia, ketahanan regional, dan kemaslahatan dunia," ujar Roy.

Beberapa dampak negatif Sosial media seperti depresi, menjadi korban cyberbullyng,

kecanduan konten negatif, tersebarnya hoaks, kejahatan siber ini harus kita atasi bersama-sama.

“Salah satu caranya adalah menggunakan kiat jitu berperilaku aman di dunia digital yaitu selalu hindari posting data/informasi pribadi, ingat dan simpan password hanya untuk diri kita sendiri, setelah online pastikan selalu log off, waspada jika berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal dan patuhi batasan umur yang telah ditetapkan di situs media sosial," ujarnya.

Menurut data mengenai Penetrasi Internet di Indonesia Tahun 2020, Jumlah Pengguna Internet di Indonesia mencapai 196,7 Juta, Tumbuh sekitar 25,5 Juta (8,9 persen). Hal ini terjadi karena dampak WFH dalam masa pandemi Covid-19.

Pegiat Literasi Masyarakat Wawan Gunawan mengatakan untuk menciptakan kondusifitas dalam bermedia sosial kita harus menggunakan bahasa dan media secara kritis.

Dia menyebut berpikir kritis diperlukan dalam era digital karena kita dapat memikirkan ulang secara mendalam sesuatu yang sudah dianggap benar secara umum dan mengantarkan pada penemuan baru dan cara pandang baru.

Dampaknya kita dapat lebih berhati-hati dalam menyaring maupun menyebarkan informasi apakah termasuk berita hoaks atau tidak.

Menurut Data Kominfo Bulan Agustus 2018 - Maret 2019 telah ditemukan isu hoaks dengan total 1.224 dimana capaian grafik setiap bulannya selalu mengalami peningkatan.

Untuk itu perlu melakukan beberapa aksi untuk menjaga kondusifitas dalam bermedia sosial di tengah maraknya hoaks. Di antaranya melaksanakan Pendidikan Publik melalui Media literasi, memperbanyak Media Alternatif Jurnalisme Warga, Cek dan Ricek Suatu Berita atau Informasi.

Selain itu, jangan mudah menyebarkan postingan sebelum melihat kebenaran, manfaat dan dampak buruk berita.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler