jpnn.com, JEDDAH - Arab Saudi menunjukkan sikapnya yang kian toleran terhadap warga nonmuslim. Pada momen Natal tahun ini, warga beragama Kristen bisa natalan dengan lebih leluasa.
Memang beberapa tahun sebelumnya ekspatriat beragama Kristen di Arab Saudi merayakan Natal secara tertutup di rumah masing-masing.
BACA JUGA: Pangeran MbS ke Indonesia, Arab Saudi Bakal Bantu Restorasi Masjid Jakarta Islamic Center
Namun, kini mereka bisa merayakan hari kelahiran Isa Almasih itu dengan lebih terbuka karena lingkungan dan budaya yang kian toleran.
Lagu “All I Want for Christmas Is You” milik Mariah Carey pun berkumandang di wilayah sibuk di Jeddah. Suasana Natal juga hadir di toko roti kondang di kota pelabuhan itu.
BACA JUGA: Kecam Taliban, Arab Saudi Bela Hak Perempuan Afghanistan
Negeri bernama Al-Mamlakah al-Arabiyah as-Su'udiyah itu merupakan negara Islam. Oleh karena itu, Natal bukanlah tradisi di negeri pimpinan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud tersebut.
Meski demikian, banyak muslim di negeri kaya minyak itu meyakini Natal sebagai waktu untuk berbagi kebahagiaan bersama keluarga, tetangga, dan teman-teman.
BACA JUGA: Xi Jinping Kunjungi Raja Salman, China dan Arab Saudi Makin Mesra
“Sebagai muslim, kami memahami hari raya itu (Natal, red) bukan bagian dari agama kami, tetapi sebagai sebuah bangsa dengan banyak kebangsaan, kami libur dan merayakan hari raya mereka,” kata seorang perempuan Arab Saudi.
Seorang warga lainnya menyatakan Natal adalah tentang karunia pemberian. “Itu adalah pesan umum, dan bukankah Alkitab mengatakan kasihilah sesamamu?” tuturnya.
Menurut dia, pesan ‘kasihilah sesamamu’ itu sama dengan ajaran dalam Islam. “Ini adalah titik penghubung antaragama karena Islam menekankan untuk menghormati tetangga dan mencintai mereka seperti keluarga,” ucapnya.
Warga Arab Saudi yang tak mau disebut namanya itu mengatakan nilai tersebut ada di semua agama. Menurut dia, Natal penuh warna.
“Ini (Natal) menyenangkan dan merayakan di sini (Arab Saudi) bersama muslim dan umat Kristen adalah tanda kesalehan dan toleransi beragama,” tuturnya.
Kurang dari satu dekade lalu, suasana Natal seperti itu tidak akan mungkin ditemukan di mana pun di Arab Saudi.
Kini, berbagai simbol, atribut, dan lagu Natal pun telah diserap ke area komersial dan kehidupan sosial di kota-kota di Negeri Petrodolar itu.
Beberapa tahun lalu, acara keagamaan non-Islam, seperti Natal, digelar secara sembunyi-sembunyi di kompon ekspatriat yang dioperasikan perusahaan swasta.
Namun, baru belakangan ini Natalan bisa dilaksanakan secara terbuka. Pada 2016, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) menyodorkan konsepnya tentang Visi Arab Saudi 2030.
Seirin dengan itu, Kerajaan Arab Saudi mulai melakukan serangkaian reformasi. Selama empat tahun terakhir ini, visi tersebut mendorong Arab Saudi menciptakan budaya toleran dan lebih terbuka.
Institusi keagamaan kerajaan pun direstukturisasi. Pangeran MbS juga terus mendorong modernisasi dan Islam moderat.
“Arab Saudi adalah sebuah negeri toleran dengan Islam sebagai konstitusinya dan moderasi sebagai metodenya,” ujar Pangeran MbS dalam sebuah wawancara tahun lalu.
Menurut dia, kebijakan itu hanya mengikuti apa yang telah dianutnya. “Islam moderat terbuka bagi dunia dan semua agama,” ucapnya.(ArabNews/JPNN.com)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi