Areal Terdampak Likuifaksi Sepakat Ditutup

Rabu, 10 Oktober 2018 – 00:45 WIB
Sejumlah warga meninggalkan perkampungan di wilayah Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

jpnn.com, PALU - Haris Kariming, Juru Bicara Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, menegaskan tiga titik wilayah terdampak likuifaksi bakal ditimbun setelah status tanggap darurat pascagempa dan tsunami, dicabut 11 Oktober 2018.

Itu artinya, upaya pencarian korban timbunan tanah otomatis dihentikan. "Dan akan dibangun suatu monumen, kedepan akan dibuat ruang terbuka hijau oleh pemda (Kota Palu dan Sigi, Red))," ujarnya, seperti diberitakan Jawa Pos.

BACA JUGA: Relawan Ubaya Bantu Proses Healing Anak Korban Gempa

Tiga lokasi itu berada di Balaroa dan Petobo (Kota Palu) serta Jonooge (Sigi). Haris menyatakan, kesepakatan penutupan lokasi terdampak bencana itu merupakan hasil rapat Senin pagi.

Rapat itu dihadiri semua pihak terkait. Mulai dari pemda Sigi, pemkot Palu, tokoh masyarakat, tokoh adat, forum kerukunan umat beragama (FKUB), Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan jajaran kementerian.

BACA JUGA: H+11 Gempa Sulteng: 2.010 Korban Meninggal

Kesepakatan itu diambil setelah semua pihak mendengarkan paparan otoritas kesehatan dan pihak-pihak yang melakukan evakuasi di lapangan. "Tidak ada lagi (korban likuifaksi, Red) yang mau bermukim di lokasi tersebut (Balaroa, Petobo dan Jonooge, Red)," klaim pria yang menjabat Kepala Biro Humas Protokol Pemprov Sulteng itu.

Rencananya, para pengungsi yang kini tinggal di posko-posko darurat di lokasi terdampak likuefaksi bakal direlokasi ke beberapa titik. Ada beberapa titik yang menjadi opsi lokasi relokasi. Diantaranya, Ngatabaru, Kecamatan Biromaru (Sigi) untuk pengungsi Petobo dan stadion Gawalise untuk warga Balaroa. Lokasi-lokasi itu akan dikaji tim energi sumber daya mineral (ESDM) sebelum ditempati.

BACA JUGA: HMI Dapat Kabar Ada Korban Gempa Meninggal Kelaparan

"(Relokasi) di Sigi ada 2, di Palu ada 3, Donggala belum menentukan sikap karena dampak rumah yang hilang hanya sekitar 15-20an," paparnya.

Para korban terdampak gempa bakal direlokasi selama 3-4 bulan di tenda semi permanen yang lebih layak daripada sekarang. Tenda-tenda itu akan menjadi hunian sementara (huntara) para korban hingga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun kembali rumah-rumah mereka. "Teknisnya (pembangunan rumah, Red) ada di Kementerian PUPR," terangnya.

Koordinator pelaksanaan evakuasi korban gempa-tsunami Palu Badan SAR Nasional (Basarnas) Basrano menambahkan pihaknya tetap akan melakukan evakuasi sampai status tanggap darurat dicabut.

Namun, dia mengatakan, upaya itu memang tidak bisa maksimal. Sebab, hampir semua jenazah korban yang ditemukan tidak dapat dikenali. "Jenazah pun sudah muncul belatung," ungkapnya.

Fakta itu, kata dia, sudah disampaikan dalam rapat. Dan menjadi salah satu pertimbangan untuk menutup lokasi likuefaksi di tiga lokaasi. "Inilah salah satu yang menjadi pertimbangan-pertimbangan pemerintah dalam rangka pengambilan kebijakan tindak lanjut," tutur Kepala Kantor Basarnas Palu tersebut.

Komandan Satgas Kesehatan Gabungan (Dasatgasgab) Laksma TNI dr IDG Nalendra mengklaim pemeriksaan jenazah yang ditemukan dalam timbunan likuefaksi sulit diidentifikasi. Dalam kondisi itu, pencarian korban secara tidak langsung akan sia-sia. "Pemeriksaan jenazah sudah susah untuk diidentifikasi," tegasnya.

Kepala rumah sakit (Karumkit) Dr Ramelan Surabaya itu pun menyarankan agar lokasi likuefaksi segera ditutup. Untuk meminimalkan potensi penyakit yang berasal dari jenazah-jenazah itu. "Jangan sampai terjadi dampak infeksi yang sangat meluas melalui lalat," paparnya. (tyo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... NTB dan Sulteng Berduka, Bambang Malah Berdoa Minta Gempa


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler