jpnn.com, MALANG - Pengamat sepakbola dari Universitas Muhammadiyah Malang Yunan Syaifullah menjelaskan bahwa sebenarnya terdapat tiga faktor yang membuat Arema FC terpuruk pada putaran pertama Liga 1 2018. Ia juga menyimpulkan kalau tahun ini menjadi musim yang kelam bagi klub berjuluk Singo Edan ini.
Diketahui, Arema FC baru menjalani 13 laga dari total 34 pertandingan di ajang Liga 1 2018. Masih ada kesempatan untuk mengerek posisi. Saat ini, Arema FC berada di peringkat 15 klasemen sementara dengan 15 poin.
BACA JUGA: Inikah Penyebab Arema FC Terpuruk di Liga 1 2018?
”Kompetisi 2018 ini adalah duka dan awan kelabu yang dihadapi Arema FC,” ucap Yunan. Ia menjelaskan seperti itu lantaran pencapaian Arema FC pada musim ini begitu teramat buruk dan begitu jauh dari ekspektasi publik Malang Raya.
”Karena pencapaian ini hingga anjlok di titik nadir. Semakin bersahabat di zona degradasi,” sambung pria yang juga penulis buku Filosofi Bola tersebut.
BACA JUGA: Borneo FC Punya Banyak Waktu Benahi Tim Jelang Jamu Perseru
Ia mengungkapkan, faktor pertama yang mempengaruhi pencapaian Arema di musim ini adalah mengenai perekrutan pelatih.
”Sebenarnya ada waktu cukup lama dalam penentuan siapa pelatih kepalanya. Sisi lain, kontestan lain sudah memiliki pelatih dan memasuki training center (pemustan latihan),” terangnya. Keterlambatan itu pula membuat proses seleksi pemain juga menjadi mundur dan terhambat.
BACA JUGA: Laga Tunda Persija vs Persebaya Akhirnya Digelar 26 Juni
Sedang faktor kedua adalah pada perekrutan pemain itu sendiri.”Ternyata nama besar Arema FC tidak menjadi daya tarik bagi pemain di Indonesia,” ujarnya. Ia menilai bahwa usaha manajemen kurang maksimal dalam mencari pemain.
”Ini kurang cepatnya manajemen untuk bergerilya mencari dan negosiasi pemain. Mungkin karena nilai kontraknya terlalu murah, alhasil Arema FC hanya mendapat pemain ‘sisa’ yang belum terikat klub lain,” kritiknya.
Sedangkan faktor terakhir adalah masalah hoki di mana Arema memang menghadapi pertandingan bagai neraka di awal musim putaran pertama ini.
“Drawing kompetisi. Arema mendapat musibah sistemik yakni 10 pertandingan di awal kompetisi harus berjibaku dengan klub papan atas,” imbuhnya.
Memang, Arema harus melawan tim-tim seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, Madura United, Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya, Bali United, dan Bhayangkara FC pada awal musim ini.
BACA JUGA: Inikah Penyebab Arema FC Terpuruk di Liga 1 2018?
Ia menjelaskan, bahwa harus ada perubahan signifikan yang terdapat di tubuh Arema. “Harus berbenah totalitas bila tak ingin sejarah yang berulang. Yakni degradasi untuk kedua kalinya,” terang dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMM itu.
Ia menjelaskan bahwa Arema harus bisa membuat dan mencari pemain yang bertipe pejuang. “Dibutuhkan pemain pejuang sejati. Siap mati di lapangan hijau bila belum meraih hasil maksimal,” terangnya.
Tak hanya itu, ia juga berharap ada pembenaran di sisi pelatih yang saat ini masih dianggap melempem dalam memimpin sebuah klub.
”Dalam kondisi kritis, Arema FC butuh tangan besi ala militer. Baik itu official maupun pelatih. Itu semualah yang hilang di Arema FC hari ini,” tandasnya. (gg/riq)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Ingin Jadi Musafir, PSM Terus Benahi Kekurangan Stadion
Redaktur & Reporter : Soetomo