Arif Sempat Bertanya, Naik Pesawat Boleh Pakai Sendal gak?

Rabu, 31 Oktober 2018 – 00:14 WIB
Pihak keluarga menunjukkan identitas Arif Yustian, korban jatuhnya Lion Air JT610, di rumahnya Bojonggede, Kabupaten Bogor. Foto: Fikri Setiawan/Radar Bogor/JPNN.com

jpnn.com - Setidaknya ada lima warga Bogor menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 jurusan Jakarta - Pangkal Pinang itu. Arif Yustian (20), Warga RT 05/19 Desa Rawa Panjang Kecamatan Bojonggede, Bogor, salah satunya.

Laporan: Fikri Setiawan

BACA JUGA: Sering Habiskan Waktu di Pesawat, Enda Hanya Bisa Berserah

Kabar hilangnya Pesawat Lion Air JT610 dari peredaran, bagai petir di siang bolong bagi Sariyoso (54). Warga RT 05/19 Desa Rawa Panjang Kecamatan Bojonggede ini dibuat tak karuan ketika baru saja sampai di tempat kerjanya yang berlokasi di Kelapa Gading Jakarta, Senin (29/10) pagi.

Saat itu, sekitar pukul 10.00 WIB tersiar kabar pesawat yang membawa 189 penumpang dan kru jatuh di utara laut Karawang. Informasi tersebut lantas membuat Sariyoso bergegas kembali pulang ke rumah. Sepanjang jalan mengendarai sepeda motor, ia terbayang putra sulungnya Arif Yustian yang Minggu (28/10) pamit hanya menggunakan sambungan telepon.

BACA JUGA: Rangkulan Menteri Siti untuk Keluarga Korban Lior Air JT610

Sejak mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMAKBO), Arif memang sudah terbiasa mandiri. Ia tinggal di sebuah rumah kost yang berlokasi di bilangan Ciheuleut Kecamatan Bogor Tengah sejak sekolah hingga sudah bersatus sebagai pegawai di PT Sky Pacific Indonesia.

“Hari Sabtu dia telepon, mau pulang dulu karena mau berangkat ke Bangka. Ternyata pas mau pulang tidak jadi karena hujan gede. Jadinya dia pamit doang lewat telepon hari Minggu,” ujar Sariyoso saat disambangi Radar Bogor di rumahnya, Senin (29/10).

BACA JUGA: 2 Warga Depok jadi Korban Jatuhnya Lion Air JT610

Arif dikenal pendiam. Ketika pulang ke rumahnya di Bojonggede sekitar tiga pekan lalu, tak banyak yang dibicarakannya pada Sariyoso. Hanya saja, ia sempat bercerita kepada ibundanya, Yenti Sulastri (43) mengenai pekerjannya yang baru empat bulan dia geluti.
Maklum, selepas dari SMAKBO Arif tak lantas bekerja di PT Sky Pacific Indonesia, melainkan sempat beberapa bulan bekerja di perusahaan kosmetik.

Kini, sulung dari lima bersaudara itu bekerja di bidang sampling udara. Keberangkatannya ke Bangka Belitung juga guna mengambil sample udara untuk kemudian diuji di laboratorium tempatnya bekerja. Bagaimanapun, Sariyoso merasa terbantu sudah mendapat pendampingan dari PT Sky Pacific Indonesia sejak pesawat yang ditumpangi Arif hilang.

Sore hari, Sariyoso diajak oleh PT Sky Pacific Indonesia ke Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Kedatangan Sariyoso guna menjemput informasi yang terpusat. Pasalnya, hingga Senin sore belum ada kabar ditemukan jenazah Arif dari lokasi evakuasi di perairan Karawang.

Selain orang tua Arif, Tsaqiful (24) menjadi orang yang paling terpukul atas kepergian Arif setelah keluarganya. Rekan satu kost yang juga berstatus pegawai di PT Sky Pacific Indonesia ini masih terlihat lemas ketika ditemui Radar Bogor di kediaman Arif di RT 05/19 Desa Rawa Panjang Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.

Ia masih ingat betul ketika Arif membangunkan tidur lelapnya sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, Senin.Dari raut wajah Arif tergambar raut kekhawatiran saat hendak pamit meninggalkan rumah kost. Pasalnya, Lion Air JT 610 merupakan pesawat perdana yang ditumpangi Arif.

“Tadi pagi dia sempat bangunin karena dia baru pertama kali (naik pesawat) kan. Nanya boleh pakai sendal atau enggak. Boleh bawa cairan atau enggak,” ujarnya.

Selama empat tahun tinggal bersama di tempat kost membuat Tsaqiful menganggap Arif layaknya adik kandung sendiri. Ia bahkan sempat tak tega mengenai permintaan terakhir Arif yang hingga sekarang belum terwujud.

Permintaan tersebut untuk mengunjungi tempat pemandian air panas. Pribadinya yang pekerja keras kerap kali membuat Arif merasa pegal-pegal. “Waktu liburnya juga kan terlalu singkat. Jadi sampai sekarang belum kesampaian untuk ke pemandian Dia mau ngilangin pegal-pegalnya, katanya,” kenang Tsaqiful.

Awalnya, Tsaqiful sempat tak percaya mengenai kabar hilangnya pesawat yang ditumpangi Arif. Sejak pagi, ia sudah mendengar kabar teresbut di media sosial, namun ketika dikroscek ke teman kantornya, kabar tersebut memang benar adanya.

“Seharusnya saya kerja, tapi dapat kabar di media sosial ada pesawat lion air jatuh. Tadinya tidak percaya. Tapi pas dicek sama, JT 610,” ucapnya.

Sementara itu, perwakilan PT Sky Pacific Indonesia, Maman Suparman mengaku sudah sejak pagi mendampingi keluarga Arif. Menurutnya, ada juga beberapa pegawai lainnya mendampingi dua keluarga korban lainnya yang merupakan pegawai PT Sky Pacific Indonesia.

Sore hari, pihaknya mengajak keluarga Arif ke Halim Perdana Kusuma untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengani Arif. “Kita dampingi, ada juga yang ke bandara. Kita dari pagi sudah standby di sini, tapi akan kita ajak ke Jakarta,” tukasnya. (fik/d)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tragedi Lion Air JT 610: PMJ Kerahkan Tim Trauma Healing


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler