jpnn.com, JAKARTA - Indonesia menyeru Azerbaijan dan Armenia untuk menghentikan kontak senjata di wilayah konflik Nagorno-Karabakh.
“Indonesia menyerukan agar kedua pihak dapat menahan diri, melakukan gencatan senjata, mengedepankan dialog, dan menyelesaikan konflik secara damai sesuai dengan hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang ada,” demikian seruan yang disampaikan melalui Twitter resmi Kementerian Luar Negeri RI, Kamis (1/10).
BACA JUGA: Armenia dan Azerbaijan Kirim Senjata Berat ke Garis Depan
Indonesia juga menyerukan Azerbaijan dan Armenia kembali ke meja perundingan Minsk Process yang difasilitasi oleh OCSE.
OCSE Minsk Group, yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat, dibentuk pada 1992 untuk menemukan solusi damai atas konflik berkepanjangan di Nagorno-Karabakh, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, disepakati pada 1994.
BACA JUGA: DPR Minta PBB Damaikan Konflik Armenia dan Azerbaijan
Nagorno-Karabakh merupakan daerah pegunungan di Azerbaijan yang terletak di Kaukasus Selatan. Meskipun wilayah itu bagian dari Azerbaijan, Nagorno-Karabakh dihuni oleh sebagian besar etnis Armenia.
Wilayah itu telah memisahkan diri pada 1990-an, tetapi tidak mendapat pengakuan dari banyak negara sebagai negara yang merdeka.
BACA JUGA: Sempat Menang, Pasukan Azerbaijan Tak Berdaya Melawan Serangan Balik Armenia di Hari Kedua
Bentrokan antara pasukan Azerbaijan dan Armenia kembali meletus di Nagorno-Karabakh sejak Minggu (27/9) Pertempuran semakin meluas dan melewati wilayah perbatasan sehingga dua negara bekas Uni Soviet itu berpotensi berperang.
Merespons konflik tersebut, pemerintah mengimbau WNI yang berada di Azerbaijan dan Armenia untuk selalu mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat dan selalu menjalin komunikasi dengan KBRI.
Berdasarkan catatan KBRI Baku, saat ini terdapat 130 orang WNI di Azerbaijan. Sementara berdasarkan catatan KBRI Kyiv terdapat dua orang WNI di Armenia. Kondisi WNI seluruhnya dalam keadaan aman. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil